BAB I PENDAHULUAN. pemanasan global (global warming), pencemaran udara, pencemaran air, mahkluk hidup lain yang mengisi ruang di atas bumi ini.

dokumen-dokumen yang mirip
Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati *

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KOMITMEN GLOBAL INDONESIA

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang

KEAMANAN LINGKUNGAN DAN COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. penunjang hidup bagi manusia dan makluk hidup lainnya demi kelangsungan dan

termasuk manusia dan prilakunya

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah-

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam.

KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia yang semakin maju, Indonesia

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan

Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

RINGKASAN. vii. Ringkasan

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu memang sudah direncanakan tetapi dalam setiap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

BERITA DAERAH KOTA DEPOK

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Indonesia Tahun Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa

MODUL SISTEM EKONOMI INDONESIA (2 SKS) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT) & HAMBATAN PEMBANGUNAN

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan cara pandang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XV/2017 Pertanggungjawaban atas Kerusakan Lingkungan dan Kebakaran Hutan

BAB I PENDAHULUAN. dicetuskannya konsep social responsibility yang merupakan kelanjutan konsep

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi yang ada


BAB III PEMBAHASAN 3.1. Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Manusia

BUPATI KULONPROGO. Sambutan Pada Acara SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL KEMITRAAN PENYELAMATAN AIR (GNKPA) Tanggal, 10 Maret 2011

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu aspek penunjang kemajuan suatu wilayah adalah pembangunan.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

PEMBINAAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA BAGI INDUSTRI

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

I.PENDAHULUAN. Bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

Bab II Perencanaan Kinerja

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

BAB I PARTISIPASI PELAKU USAHA RESTORAN DALAM PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN MENURUT UU NO.23 TAHUN 1997

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan serta kualitas lingkungan hidup saat ini semakin menunjukkan angka penurunan, fenomena ini sesungguhnya dapat mengancam kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Ancaman yang saat ini terjadi berupa pemanasan global (global warming), pencemaran udara, pencemaran air, pembakaran hutan yang mempengaruhi perubahan iklim bahkan mempengaruhi fungsi lingkungan hidup yang dulunya seimbang sekarang menjadi timpang. Akibat ancaman tersebut lingkungan hidup tidak berfungsi secara optimal dan seimbang sehingga pada akhirnya akan mendatangkan petaka bagi manusia dan mahkluk hidup lain yang mengisi ruang di atas bumi ini. Permasalahan lingkungan hidup sangat gencar dibicarakan saat ini, mengingat keadaan bumi yang mulai memprihatinkan. Hal ini memicu munculnya organisasi baik perjanjian oleh berbagai negara di belahan bumi ini sepakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dengan pertimbangan bumi ini tetap lestari bagi generasi yang akan datang sehingga muncul sebuah prinsip keadilan antargenerasi. Prinsip keadilan antargenerasi dalam Silalahi (2001: 261) dikenal dengan The Rio de Janeiro Declaration On Environment and Development (1992) in Principle Three : The Right to development must be fulfilled so as to equitably meet developmental and environmental needs of present and future generations (hak atas pembangunan harus dipenuhi sehingga adil dalam memenuhi kebutuhan lingkungan bagi generasi sekarang dan generasi di masa yang akan datang). 1

2 Prinsip keadilan antargenerasi mengandung makna, bahwa pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup oleh generasi sekarang tidak boleh mengorbankan kepentingan atau kebutuhan generasi di masa yang akan datang atas sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dengan demikian generasi sekarang diharapkan bijaksana dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga sumber daya akan tetap ada dalam kuantitas maupun kualitas bagi generasi berikutnya. Prinsip ini diharapkan menjadi dasar dalam pengembangan hukum lingkungan nasional maupun internasional. Banyak pihak yang sedang berusaha dan berjuang untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan, disisi lain banyak pula pihak dengan ego yang tinggi memanfaatkan alam dengan sesuka hati demi menimbun harta tanpa memperhatikan keadaan lingkungan sehingga kerap menimbulkan masalah yang pada akhirnya menjadi sengketa lingkungan hidup yang perlu diproses ataupun diselesaikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya semua pemangku kepentingan. Dalam pranata hukum Indonesia, upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup telah dilakukan dengan usaha membentuk peraturan perundang-udangan oleh pemerintah. Dalam konstitusi negara Indonesia yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 selanjutnya UUD 1945 pada pasal 28H ayat (1) yang berbunyi Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dan juga pada pasal 33 ayat (4) yang

3 berbunyi Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Berdasarkan kedua Pasal tersebut di atas maka sudah jelas bahwa UUD 1945 juga telah mengakomodasi perlindungan konstitusi (constitutional protection) baik terhadap warga negara Indonesia untuk memperoleh lingkungan hidup yang memadai maupun jaminan terjaganya tatanan dan fungsi lingkungan hidup yang lestari atas dampak negatif dari aktivitas perekonomian nasional yang dijalankan oleh berbagai pihak Tidak hanya berhenti di situ saja, namun pemerintah juga membentuk regulasi yang lebih khusus untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu dengan membentuk undang-undang yaitu diawali dengan terbentuknya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH) selanjutnya diganti dengan Undangundang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan Hidup (UUPLH), kemudian mengalami perubahan lagi menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) dan berlaku sampai saat ini. Terbentuknya regulasi tersebut diharapkan mampu membatasi berbagai tindakan yang akan dilakukan setiap pihak yang mungkin berpeluang akan merusak fungsi lingkungan hidup. Namun dalam keadaan yang sesungguhnya bahwa untuk mewujudkan terlaksananya regulasi tersebut dengan baik, kadangkadang sulit karena perbuatan individu atau beberapa individu yang melalui

4 kegiatan ekonomi yaitu produksi menyebabkan rusaknya atau terganggunya fungsi lingkungan hidup. Banyak pabrik ataupun perusahaan yang tidak memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), jika pabrik atau perusahaan itu saja tidak memiliki AMDAL bagaimana mungkin pihak-pihak tersebut akan beroperasi sesuai dengan aturan tertulis yang senantiasa berorientasi pada pelestarian lingkungan hidup. Kesadaran bagi pemilik modal masih relatif rendah untuk senantiasa bekerja sesuai sistem yang ditetapkan. Tindakan ini tidak jarang akan memunculkan berbagai sengketa lingkungan hidup misalnya berupa pencemaran air melalui pembuangan limbah ke sungai. Masalah seperti itu kerap ditemui dalam kehidupan kita khususnya di wilayah kota Medan, kurang tegasnya pemerintah serta kurang pemahaman dalam menjalankan undang-undang yang ada mengakibatkan banyak perusahaan yang berdiri tanpa memperhatikan AMDAL sehingga pada akhirnya hal tersebut berujung pada munculnya sengketa. Sengketa yang muncul diharapkan ditangani dan diselesaikan dengan serius berpedoman kepada UUPPLH. Penaatan hukum di bidang lingkungan hidup oleh para pelaku kegiatan di bidang lingkungan hidup mutlak diperlukan untuk mencegah dampak negatif dari kegiatan yang dilakukan. Menurut struktur ketatanegaraan di era otonomi daerah, koordinasi pengelolaan lingkungan termasuk penaatan hukum berada di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kota. Karena itu diperlukan kerja sama yang baik antara institusi di tingkat pusat, dalam hal ini Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan Badan Lingkungan Hidup Provinsi, serta dengan Badan Lingkungan Hidup Kota utamanya dalam hal penguatan kapasitas kelembagaan di bidang penegakan hukum.

5 Maka dengan adanya latar belakang di atas penulis mengambil judul Implementasi UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (Studi Kasus Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Medan). B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang yang ada dalam suatu penelitian perlu ditentukan identifikasi masalah yang diteliti, agar peneliti menjadi terarah dan jelas tujuannya sehingga tidak timbul kesimpang siuran dalam penelitian dan tetap konsisten dalam membahas masalah yang ada. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk bekerja sama dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 2. Sengketa lingkungan hidup belum terselesaikan dengan maksimal oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan 3. Peranan Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup 4. Faktor-faktor yang mendorong belum terlaksananya peraturan perundang-undangan dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup dengan baik. 5. Banyaknya kendala yang dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Medan dalam upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup. 6. Rendahnya kesadaran bagi pihak pengusaha akan kepemilikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

6 C. Batasan Masalah Pembatasan masalah harus dilakukan dalam setiap penelitian agar terfokus pada masalah yang diteliti dan juga untuk menghindari kesimpang siuran dalam penelitian ini serta mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini terfokus pada: 1. Sengketa lingkungan hidup belum terselesaikan dengan maksimal oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan 2. Banyaknya kendala yang dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Medan dalam upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Mengapa Sengketa lingkungan hidup belum terselesaikan dengan maksimal oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan? 2. Apa kendala yang dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dalam upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup? E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian, maka perlu adanya tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa lingkungan hidup oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan yang belum maksimal.

7 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dalam upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup. F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang diteliti memiliki daya guna. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoretis Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan mempunyai arti penting bagi Pemerintah Daerah Kota Medan berkaitan dengan implementasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. 2. Secara praktis a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Medan dan aparat penegak hukum dalam upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup di Kota Medan. b. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu hukum terutama dalam bidang hukum lingkungan, khususnya mengenai Peranan Badan Lingkungan Hidup (BLH) di Kota Medan.