LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN NAMA NAMA JALAN DI WILAYAH KOTA SERANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENAMAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MEHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN FASILITAS UMUM

Dengan Persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 4

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN NAMA JALAN / GANG DALAM KABUPATEN SERUYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 68 TAHUN : 2006 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERIAN NAMA JALAN DAN TEMPAT-TEMPAT UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN JENAZAH

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II NOMOR : 34 TAHUN 1996

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN TANAH UNTUK PEMASANGAN JARINGAN PIPA GAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN, SARANA UMUM DAN RUPABUMI

Menimbang : Mengingat :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 14 TAHUN : 2003 SERI :E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 1 TAHUN 1997 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG. PENGGUNAAN LABEL "batik Pekalongan"

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penataan dan pemberian nama-nama jalan di Kota Bogor sesuai dengan karateristik dan identitas wilayah telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor; b. bahwa dalam rangka mengapresiasi perkembangan dan tuntutan masyarakat dalam hal pemberian nama jalan dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, maka terhadap peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu diubah dan disesuaikan; c. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah; 1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu) tentang Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Kecil di Jawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 2

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 5 Seri E); 10. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2005 Nomor 3 Seri E); 11. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 2 Seri E); 12. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Penyerahan Prasarana, Sarana, Utilitas Perumahan, dan Permukiman (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 7 Seri E); 13. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri D); 3

14. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Nomor 2 Seri E); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BOGOR dan WALIKOTA BOGOR MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Bogor. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Walikota adalah Walikota Bogor. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah satuan kerja perangkat daerah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya terkait dengan tugas pokok dan fungsi yang berkaitan dengan pemberian nama jalan. 6. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 4

7. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan lingkungan. 8. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 9. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki. 10. Nama jalan adalah papan nama jalan sebagai tanda/papan pengenal dari suatu jaringan jalan. 11. Wilayah administrasi adalah pembagian wilayah jalan di daerah yang terbagi menjadi 6 (enam) wilayah Kecamatan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pedoman ini dimaksudkan untuk mewujudkan tertib administrasi dalam pemberian nama jalan. (2) Pedoman ini bertujuan: a. sebagai acuan dalam pemberian nama-nama jalan di wilayah daerah; b. memudahkan pengenalan nama jalan; c. menjaga karakteristik dan kekhasan suatu wilayah. BAB III PEMBERIAN DAN PENETAPAN NAMA JALAN Pasal 3 (1) Setiap jalan dalam daerah diberi nama untuk memudahkan pengenalan nama jalan. 5

(2) Nama jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokan berdasarkan wilayah administrasi. (3) Pemberian dan penetapan nama jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) di masing-masing wilayah ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Jenis-jenis jalan umum terdiri: a. jalan nasional; b. jalan provinsi; c. jalan kota; d. jalan lingkungan. BAB IV JENIS JALAN Pasal 4 BAB V TATA CARA PEMBERIAN NAMA JALAN Pasal 5 (1) Pemberian nama jalan dapat diusulkan oleh: a. organisasi kemasyarakatan; b. tokoh masyarakat; c. keluarga/ahli waris dan tokoh pejuang/masyarakat yang dianggap berjasa bagi negara dan bangsa; d. perusahaan pengembang perumahan bagi jalan-jalan di lingkungan pemukiman yang dibangunnya. (2) Usulan pemberian nama jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Walikota yang mekanismenya diatur dalam Peraturan Walikota. (3) Pemerintah Daerah dapat memberikan nama jalan bagi jalan di wilayah daerah sesuai dengan kareteristik dan kekhasannya. 6

BAB VI KETENTUAN PEMBERIAN NAMA JALAN Pasal 6 (1) Untuk nama jalan nasional diberi nama pahlawan/tokoh nasional/sejarah. (2) Untuk nama jalan provinsi diberi nama pahlawan/tokoh masyarakat/sejarah yang bersifat regional/lokal. (3) Untuk nama jalan kota dan jalan lingkungan diberi nama tokoh masyarakat Bogor dan/atau sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini. BAB VII PEMBAGIAN WILAYAH UNTUK PEMBERIAN NAMA-NAMA JALAN Pasal 7 Pembagian wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) untuk pemberian nama jalan kota dan jalan lingkungan dibagi ke dalam 6 (enam) wilayah yaitu: a. wilayah Kecamatan Bogor Barat diberi nama yaitu: 1. nama tanaman rempah-rempah; 2. nama-nama bunga; 3. nama yang berkaitan dengan bidang pertanian; 4. nama-nama situ/danau; 5. nama-nama yang berkaitan dengan kesehatan; 6. nama-nama yang berkaitan dengan jenis kayu-kayuan/ pohon keras; 7. nama-nama tokoh setempat; b. wilayah Kecamatan Tanah Sareal diberi nama yaitu: 1. nama-nama ikan; 2. nama-nama jenis rumputan; 3. nama-nama tanaman perdu; 4. nama-nama tanaman bambu; 7

5. nama-nama burung; 6. nama-nama pulau; 7. nama-nama tokoh setempat; c. wilayah Kecamatan Bogor Utara diberi nama yaitu: 1. nama-nama wayang; 2. nama-nama kerajinan pewayangan; 3. nama-nama yang berkaitan dengan pendidikan; 4. nama-nama hewan; 5. nama-nama sungai di Jawa Barat; 6. nama-nama komponen bangunan dalam Bahasa Sunda; 7. nama-nama selat dan laut; 8. nama-nama tokoh setempat; d. wilayah Kecamatan Bogor Timur diberi nama yaitu: 1. nama-nama tempat peristirahatan; 2. nama-nama batu mulia; 3. nama-nama bintang; 4. nama-nama buah-buahan; 5. nama-nama jenis batik; 6. nama-nama tokoh setempat; e. wilayah Kecamatan Bogor Selatan diberi nama yaitu: 1. nama-nama yang ada kaitannya dengan sejarah Kerajaan Sunda Galuh dan Pajajaran; 2. nama-nama batu alam; 3. nama yang berkaitan dengan Kesenian Sunda; 4. nama-nama tanaman paku; 5. nama-nama Raja Tarumanegara, Sunda Galuh, dan Pajajaran; 6. nama-nama tokoh setempat; f. wilayah Kecamatan Bogor Tengah diberi nama sesuai dengan keadaan pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah ini. 8

Pasal 8 Pembagian wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dinyatakan dalam Peta Wilayah Administrasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini. BAB VIII PEMBUATAN DAN PEMASANGAN NAMA JALAN Pasal 9 (1) Papan nama jalan dibuat dari bahan yang kuat dan tahan lama berwarna dasar hijau dengan tulisan warna putih dan memperhatikan bentuk dan karakteristik daerah. (2) Papan nama jalan diletakkan dengan tidak menghalangi pandangan bagi pengguna jalan. (3) Papan nama jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipasang pada kedua ujung jalan di atas permukaan tanah. (4) Untuk menyatakan nama jalan dipersimpangan tiga tipe T, papan nama jalan ditempatkan di seberang jalan menghadap arus lalu lintas datang. (5) Teknis dan tata cara pembuatan dan pemasangan papan nama jalan ditetapkan dengan Keputusan Walikota. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 10 (1) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 3 dan Pasal 5 dan sengaja merusak, mengambil atau mengganggu tiang dan papan nama jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling tinggi sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. 9

(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baik berupa tindak pidana kejahatan dan/atau tindakan yang mengakibatkan kerugian bagi Pemerintah Daerah, orang pribadi, badan atau pihak lain atau mengakibatkan kerusakan fungsi jalan diancam dengan hukuman pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Hasil penerimaan denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan langsung ke rekening Kas Umum Daerah setelah terdapat putusan pengadilan. BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 11 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPNS berwenang: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka; g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; 10

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka, atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyidik berada di bawah koordinasi penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana. (4) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 Nama-nama jalan yang sudah ada sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini masih tetap berlaku, kecuali apabila terdapat usulan perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (3). BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Walikota. 11

Pasal 14 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pedoman Pemberian Nama Jalan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkannya pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bogor. Diundangkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 2012 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, Ditetapkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 2012 WALIKOTA BOGOR, ttd. DIANI BUDIARTO BAMBANG GUNAWAN S. LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI E 12

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT DAERAH KOTA BOGOR Kepala Bagian Hukum, BORIS DERURASMAN 13

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN I. UMUM Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menyebutkan bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat, serta dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perkembangan aktivitas masyarakat Kota Bogor yang pesat memicu berbagai pertumbuhan kebutuhan akan ruang untuk penggunaan bangunan, sarana, dan prasarana umum, serta fasilitas kota lainnya seperti jalan. Kota Bogor sebagai penyangga ibukota memiliki sistem jaringan jalan yang banyak dan kompleks, sehingga dibutuhkan penamaan jalan yang mengatur per wilayah untuk tertib administrasi dan pengenalan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1: Istilah-istilah dalam Pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan Pasal-pasal dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 2: Pasal 3: 14

Pasal 4: Huruf a: Yang dimaksud dengan jalan nasional adalah merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Huruf b: Yang dimaksud dengan jalan provinsi adalah merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Huruf c: Yang dimaksud dengan jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota. Huruf d: Yang dimaksud dengan jalan lingkungan adalah merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam kelurahan. Pasal 5: Pasal 6: Pemberian nama jalan hanya diberikan terhadap tokoh pejuang/masyarakat yang telah meninggal dunia. Pasal 7: Huruf a : 15

Huruf b Huruf c Huruf d angka 1 Huruf e Huruf f angka 2 Pasal 8: : : : Yang dimaksud dengan nama tempat peristirahatan adalah tempat untuk beristirahat seperti panenjoan, panyileukan, dan paniisan. : angka 3 : Yang dimaksud dengan nama-nama bintang adalah nama-nama bintang dan/atau rasi bintang seperti waluku, aries, dan leo. : : Pasal 9: Ayat 1: Yang dimaksud dengan karakteristik daerah adalah penulisan nama jalan dalam Aksara Sunda Kaganga untuk melestarikan nilai budaya bangsa. Ayat 2: Ayat 3: Ayat 4: Ayat 5: Pasal 10: 16

Pasal 11: Pasal 12: Pasal 13: Pasal 14: Pasal 15: TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 46 TAHUN 2012 17