BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Victorian, kehidupan governess menjadi salah satu bagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. tentang kajian sastra sangatlah beragam. Triyono (2003: 23) di dalam bukunya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objektivitas menempatkan dirinya sebagai instrumen kunci (Semi, 1990:20).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

Strukturalisme Genetik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

I. PENDAHULUAN. memberikan kesan tersendiri bagi para pembacanya. Selain itu, dalam membaca

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan nyata maupun di luar alam nyata. Sastra merupakan salah satu bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sebuah karya sastra yang bermanfaat bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. imaginasi, pengamatan, dan perenungannya dalam bentuk karya sastra. Karya-karya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman Victorian, kehidupan governess menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat. Governess adalah sebuah profesi yang biasanya dikerjakan oleh wanita yang dipercaya untuk mengasuh, mendidik dan menjaga anak-anak khususnya di rumah pribadi. Governess juga mempunyai tugas-tugas yang lain, seperti: untuk merawat, menemani, mendampingi anak-anak, mengajari cara bergaul pada si anak, serta bertanggung jawab terhadap kesehatan anak yang diasuhnya dan melakukan apa yang diperintahkan oleh sang anak padanya. Selain itu governess bertugas untuk membentuk sikap pada anak perempuan sehingga mereka mampu untuk mendapatkan suami yang tepat. Jasa governess biasanya dibutuhkan di Amerika dan Eropa. Kebanyakan dari governess berasal dari keluarga miskin. Sebagai governess, Mereka biasanya tinggal bersama di rumah majikannya. Walaupun mereka telah tinggal bersama keluarga majikannya, mereka tidaklah dianggap sebagai bagian dari keluarga tersebut. Bahkan dalam melakukan pekerjaannya sebagai seorang governess, mereka hanya mendapatkan gaji yang kecil. 1

2 Di dalam kehidupan sehari-harinya, governess tidak dipandang sebagai seorang pembantu (servant). Meskipun governess dan pembantu mempunyai kesamaan pekerjaan dalam bertugas, seperti mempersiapkan kebutuhan majikannya dan juga merapikan kamar majikannya tetapi pada nyatanya governess dan pembantu berbeda karena pekerjaan utama dari governess adalah hanya mengurusi keperluan si anak dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikannya, dan juga mengajari cara berperilaku hidup dengan baik; sedangkan tugas pembantu adalah mengambil alih semua pekerjaan rumah. Governess juga menjadi salah satu bahan topik dalam pembuatan karya sastra khususnya pada novel. Pada zaman Victorian kehidupan governess tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat; oleh karena itu banyak pengarang menuliskan tentang governess di dalam cerita yang mereka ciptakan. Ini terjadi karena beberapa pengarang mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan kondisi governess. Pada zaman Victorian ada beberapa pengarang yang pernah menjadi governess. Anne Bronte adalah salah satunya. Pada novel Agnes Grey, Anne Bronte menciptakan karyanya berdasarkan pengalaman pribadinya sebagai governess. Hal ini dapat diketahui oleh para pembaca dari kata pengantar novel The Tenant of Wildfell Hall produksi Penguin Popular Classics yang mana novel ini menjadi salah satu novel ciptaan Anne Bronte selain Agnes Grey. Di dalam kata pengantar novel The Tenant of Wildfell Hall dinyatakan bahwa: Anne

3 Bronte (1820-1849). The youngest of the Bronte children, she is best known for her novel, Agnes Grey and The Tenant of Wildfell Hall, Which are largely drawn from her own experiences as a governess.(1994). Pernyataan di atas memperkuat bahwa Anne Bronte membicarakan dan menggambarkan kondisi governess yang dicerminkan dalam karyanya. Karena fenomena ini, penulis tertarik menganalisis kondisi governess sebagai topik penelitiannya. Selain menganalisis tentang kondisi governess dalam novel Agnes Grey, penulis juga tertarik untuk mengetahui pengalamanpengalaman yang pernah dialami oleh pengarang sebagai governess dalam karyanya. Dalam penelitian ini pula, penulis ingin mengetahui mengapa pekerjaan governess menjadi salah satu pilihan pekerjaan terbaik untuk wanita saat itu dan untuk lebih memahami hal-hal di atas tersebut, penulis menggunakan biografi dari Anne Bronte sebagai salah satu bahan tambahan dalam melakukan analisis.

4 1.2 Rumusan Masalah Penulis mempunyai pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini yang akan menjadi panduan penulis dalam melaksanakan penelitian ini sebagai berikut: 1. Kondisi governess seperti apa yang tergambarkan dalam novel Agnes Grey karya Anne Bronte? 2. Alasan apa saja yang membuat Agnes Grey ingin menjadi governess saat itu? 3. Bagaimana gambaran pengalaman si pengarang sebagai governess mempengaruhi gambaran governess dalam novel? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menjelaskan kondisi governess dalam novel Agnes Grey karya Anne Bronte. 2. Menemukan alasan yang membuat Agnes Grey ingin menjadi governess. 3. Menemukan pengalaman si pengarang sebagai governess yang mempengaruhi cerita dalam novel.

5 1.4 Kegunaan Penelitian Di dalam skripsi ini, penulis meneliti hal-hal tentang kondisi governess yang digambarkan oleh Anne Bronte melalui karyanya. Penulis juga berusaha mengangkat suatu profesi yaitu governess untuk bisa lebih diketahui tentang pekerjaan dan keberadaan para governess oleh para pembaca. Melalui penelitian ini pula, penulis mencoba memaparkan tentang apa yang ingin disampaikan oleh si pengarang tentang kondisi governess melalui karyanya. Penelitian ini ditujukan untuk para pembaca agar dapat lebih memahami keberadaan governess dalam karya karya sastra yang berhubungan dengan sastra inggris. Penulis juga berharap penelitian ini dapat berguna untuk mahasiswa lainnya yang mempelajari sebuah karya sastra khususnya novel yang ceritanya terjadi pada zaman Victorian. 1.5 Kerangka Pemikiran Penulis ingin menganalisis kondisi governess dan hubungannya dengan latar belakang si pengarang. Dalam menganalisis kondisi governess, penulis menggunakan pendekatan strukturalisme genetik oleh Lucien Goldmann (1978). Goldmann beranggapan bahwa dalam menganalisis karya sastra dengan strukturalsime genetik, kita harus mengunakan master piece yang dibuat oleh si pengarang. Dalam karya sastra biasanya terdapat beberapa masalah di dalam

6 konflik pada ceritanya. Selain itu sudut pandang pengarang juga akan muncul dalam tokoh problematik (Problematic Hero). Pandangan pengarang atas tokoh problematik adalah sebuah struktural global yang mempunyai makna. Genetic structuralism sets out from the hypothesis that all human behavior is an attempt to give a meaningful response to a particular situation and tends, therefore, to create a balance between the subject of action and the object on which it bears the environment. (Goldmann, 1975: 157) Menurut pernyataan Goldmann, pengarang dan sejarah mempunyai peranan penting dalam karya sastra. Kehidupan masyarakat juga dapat mempengaruhi sebuah karya sastra tersebut. Drs. Iswanto berpendapat bahwa; Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan structuralisme murni yang anti-historis dan kausal (2003: 59). Drs. Iswanto (2003) dalam tulisannya metode penelitian sastra dalam prespektif strukturalisme genetik menceritakan bahwa strukturalisme genetik adalah sebuah reaksi dari teori strukturalisme yang mengatakan tentang penolakan campur tangan pada karya sastra dari elemen ekstrinsik. Dia juga menambahkan latar belakang dan kehidupan sosial dalam menganalisis karya sastra. Oleh karena itu keberadaan si pengarang dalam bermasyarakat sangatlah penting dan dapat mempengaruhi karya sastra tersebut. Faktor-faktor ini ikut serta mempengaruhi

7 pemikiran dan tingkah laku dalam menciptakan karya sastra. Dijelaskan oleh Juhl (via Teeuw, 1984:173) ; Penafsiran terhadap karya sastra yang mengabaikan pengarang sebagai pemberi makna akan sangat berbahaya karena penafsiran tersebut akan mengorbankan ciri khas kepribadian, cita-cita dan juga norma-norma yang di pegang teguh oleh pengarang tersebut dalam kultur tertentu. Berpedoman pada kutipan di atas, penafsiran yang menghilangkan faktor-faktor keberadaan si pengarang dalam karyanya akan diragukan karena telah terdapat campur tangan dari pihak luar. Oleh karena itu penulis mengunakan strukturalisme genetik untuk menjelaskan kondisi governess tanpa menghilangkan latar belakang pengarangnya.

8 Pada proses penelitian, penulis menciptakan sebuah kerangka penelitian yang akan dibentuk seperti dibawah ini; Analisis Kondisi Governess Pada Novel Agnes Grey Karya Anne Bronte dan Hubungannya dengan Latar Belakang Pengarang Novel Agnes Grey Elemen Intrinsik (Penokohan, Alur Cerita & Irony) Kondisi Governess Struktural Genetik Elemen Ekstrinsik (Sejarah Kehidupan Sosial Budaya Zaman Victorian & Biografi) Analisis Data SIMPULAN Penjelasan tentang kondisi Governess dan pengaruh pengalaman si pengarang pada karya sastranya