KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 12 Tahun 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU Nomor 04 Tahun 2011 Seri A Nomor 04

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 05 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 5

BUPATI GOWA PAJAK PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH

BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK PARKIR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 09 SERI A NOMOR 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN NOMOR 09 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE,

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 48 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

BUPATI TELUK WONDAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK AIR TANAH

Transkripsi:

9 PEBRUARI 2011 LEMBARAN DAERAH SERI B KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 NOMOR 6 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-U ndang N om or 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah perlu disesuaikan; b. bahwa berdasarkan pertim bangan sebagaim ana dimaksud pada huruf a diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Penerangan Jalan. Mengingat : 1. U ndang-u ndang N om or 12 Tahun 1950 tentang Pem bentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tim ur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaim ana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tam bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 2730); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nom or 76 Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 3 2 0 9 ); 3. U ndang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 1997 Nom or 42 Tam bahan Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaim ana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129 Tam bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4048) ; 4. U ndang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembeatukan Peraturan perundang-undangan (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tam bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4389);

2 5. U ndang-u ndang N om or 32 Tahun 2004 tentang Pem erintahan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaim ana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nom or 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas U ndang-u ndang N om or 32 Tahun 2004 tentang Pem erintahan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. U ndang-u ndang N om or 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nom or 132, Tambahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4444); 7. U ndang-u ndang N om or 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tam bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 5038); 8. U ndang-u ndang N om or 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan R etribusi Daerah (Lem baran Negara R epublik Indonesia Tahun 2009 N om or 130 T am bahan Negara R epublik Indonesia N om or 5049); 9. U ndang-u ndang N om or 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133 T am bahan Negara R epublik Indonesia N om or 5052); 10. Peraturan Pem erintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pem anfaatan Tenaga Listrik (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 24, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nomor 3527) sebagaim ana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pem erintah Nomor 26 Tahun 2006 (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 56, Tam bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 4628); 11. Peraturan Pem erintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, T a m bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia N om or 3527); 12. Peraturan Pem erintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 N om or 140, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 4578); 13. Peraturan Pem erintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pem binaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, T a m bahan Lem baran Negara R epublik Indonesia Nom or 4593); 14. Peraturan Pem erintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pem berian dan Pem anfaatan Insentif Pem ungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom or 119, Tam bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nom or 13 Tahun 2006 tentang Pedom an Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaim ana telah diubah dengan P eraturan M enteri Dalam Negeri N om or 59 Tahun 2007;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Jom bang Nom or 5 Tahun 2008 tentang O rganisasi Perangkat Daerah (Lem baran Daerah Kabupaten Jom bang Tahun 2008 Nom or 5/D, Tam bahan Lem baran Daerah K abupaten Jom bang N om or 5/D); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pem erintah Kabupaten Jom bang (Lem baran Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2010 Nomor 3/E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jombang Nom or 3/E). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG Dan BUPATI JOMBANG MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P eraturan Daerah ini yang dim aksud dengan : 1. K abupaten, adalah K abupaten Jom bang. 2. Pem erintah Kabupaten, adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pem erintahan daerah. 3. Bupati, adalah Bupati Jom bang. 4. Badan adalah sekum pulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha m aupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nam a dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lem baga dan bentuk badan lainnya term asuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri m aupun diperoleh dari sumbe^ la in c -e-i'a-ca- 3,- aza.sn penggunaan tenaga iistnk untuk menerangi jalan um um yang rekeningnya dibayar oleh P em erintah Kabupaten. 7. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi W ajib Pajak untuk m enghitung, m enyetor, dan m elaporkan pajak yang terutang.

4 8. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lam anya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila W ajib Pajak m enggunakan tahun buku yang tidak sam a dengan tahun kalender. 9. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam bagian Tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah S atuan Kerja P erangkat Daerah Kabupaten Jom bang. 11. Pem ungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghim punan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada W ajib Pajak serta pengaw asan penyetorannya. 12. Insentif Pem ungutan adalah insentif yang diberikan kepada Aparat Pelaksanaan Pem ungutan Pajak Daerah dan A parat Penunjang yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan A parat Pem ungut Pajak dalam rangka m eningkatkan penerim aan Pajak Daerah. 13. SKPD Pem ungut adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya m elaksanakah pem ungutan pajak penerangan jalan. 14. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya m em bidangi pem ungutan pajak penerangan jalan. 15. Surat Pem beritahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh W ajib Pajak digunakan untuk m elaporkan penghitungan dan/atau pem bayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah. 16. S urat K etetapan Pajak Daerah Kurang B ayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jum lah pokok pajak, jum lah kredit pajak, jum lah kekurangan pem bayaran pokok pajak, besarnya sanksi adm inistratif, dan jumlah pajak yang m asih harus dibayar. 17. S urat K etetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tam bahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan yang m enentukan tam bahan atas jum lah pajak yang ditetapkan. 18. S urat K etetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang m enentukan jum lah pokok pajak sam a besarnya dengan jum lah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 19. S urat K etetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pem bayaran pajak karena jum lah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

5 20. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan penagihan pajak dan/atau sanksi adm inistratif berupa bunga atau denda. 21. Surat Keputusan Pem betulan adalah surat keputusan yang m em betulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pem beritahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak ' Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tam bahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan P em betulan, atau S urat Keputusan Keberatan. 22. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pem beritahuan Pajak terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tam bahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pem otongan atau pem ungutan oleh pihak ketiga yang diajukan W ajib Pajak. 23. Pem bukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk m engum pulkan data dan inform asi keuangan yang meliputi harta- kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan m enyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. 24. Pem eriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pem eriksaan untuk menguji kepatuhan pem enuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka m elaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 25. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk m encari serta m engum pulkan bukti yang dengan bukti itu m em buat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta m enem ukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK Pasa! 2 S etiap penggunaan tenaga listrik dipungut pajak dengan nama Pajak Penerangan Jalan. Pasal 3 (1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri m aupun yang diperoleh dari sum ber lain. (2) S um ber lain sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) adalah Perusahaan Listrik Negara.

6 (3) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) m eliputi seluruh pem bangkit listrik. (4) D ikecualikan dari objek pajak adalah : a. Penggunaan tenaga listrik oleh Instansi Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan P em erintah K abupaten ; b. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak m em erlukan izin dari instansi teknis terkait. Pasal 4 (1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang m enggunakan tenaga listrik. (2) W ajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang m enggunakan tenaga listrik. (3) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sum ber lain, W ajib Pajak P enerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik. BAB III DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK Pasal 5 (1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik. (2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) ditetapkan : a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari sum ber PLN dengan pem bayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jum lah tagihan biaya beban/tetap ditam bah dengan biaya pem akaian kw h/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik; b. Dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pem akaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Kabupaten. (3) Harga satuan listrik sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan oleh Bupati dengan berpedom an pada harga satuan listrik yang berlaku untuk PLN. Pasal 6 Tarif Pajak ditetapkan sebagai berikut: (1) Penggunaan tenaga listrik dari sum ber lain oleh industri, pertam bangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga persen). (2) T arif Pajak Penerangan Jalan selain sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen). (3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak P enerangan Jalan ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen).

7 Pasal 7 Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan d asar pengenaan pajak. BAB IV WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 8 Pajak P enerangan Jalan yang terutang dipungut di w ilayah Kabupaten. BAB V MASA PAJAK DAN SAAT TERUTANGNYA PAJAK Pasal 9 M asa Pajak P enerangan Jalan adalah ja n gka waktu yang lam anya 1 (satu) bulan kalender. Pasal 10 Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pem bayaran kepada penyelenggaraan penerangan jalan atau sejak diterbitkan SPTPD dan rekening listrik. BAB VI SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH Pasal 11 (1) S etiap W ajib Pajak wajib m engisi SPTPD. (2) SPTPD sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh W ajib Pajak atau kuasanya. (3) SPTPD sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk selam bat-lam batnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya m asa pajak. (4) Pejabat yang ditunjuk sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VII PEMUNGUTAN PAJAK Bagian Kesatu Tata Cara P em ungutan Pasal 12 (1) P em ungutan Pajak dilarang diborongkan. (2) W ajib Pajak yang mem enuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan m enggunakan SPTPD, S KP D K B, dan/atau SKPDKBT.

8 Pasal 13 (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati m enerbitkan: a. SKPDKB dalam hal: 1. Jika berdasarkan hasil pem eriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak ataü kurang dibayar; 2. Jika SPTPD tidak disam paikan kepada Bupati sebagaimana dim aksud dalam pasal 11 ayat (3) dan ayat (4) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disam paikan pada waktunya sebagaim ana ditentukan dalam surat teguran; 3. Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. SKPDKBT Jika ditem ukan data.baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang m enyebabkan penam bahan jum lah pajak yang terutang. c. S K P D N 'jika jum lah pajak yang terutang sam a besarnya dengan jum lah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. (2) Jum lah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi adm inistrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlam bat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. (3) Jum lah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi adm istratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari ju m la h kekurangan pajak tersebut. (4) Kenaikan sebagaim ana dim aksud pada ayat (4) tidak dikenakan jika W ajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pem eriksaan. (5) Jum lah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaim ana dimaksud ayat (1) huruf a angka 3 dikenakan sanksi adm inistrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditam bah sanksi adm inistratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlam bat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh em pat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Pasal 14 (1) Tata cara penerbitan SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT sebagaimana dim aksud dalam Pasal 12 ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pengisian dan penyampaian SPTPD, SKPDKB dan SKPDKBT sebagaim ana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) diatur lebih lanjut dengan P eraturan Bupati.

9 Bagian Kedua Surat Tagihan Pajak Pasal 15 (1) Bupati dapat m enerbitkan STPD jika: a. Pajak dalam tahun berjalan tid ak atau kurang bayar;. b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung; c. W ajib pajak dikenakan sanksi adm inistratif berupa bunga dan/atau denda. (2) Jum lah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dim aksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditam bah dengan sanksi adm inistratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak. Bagian Ketiga Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pasal 16 (1) Pem bayaran Pajak dilakukan ke Kas Daerah atau tem pat lain yang ditunjuk oleh Bupati, sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD; (2) Apabila Pem bayaran Pajak dilakukan di tem pat lain yang ditunjuk, hasil penerim aan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambatlam batnya 1x24 jam. Pasal 17 (1) Tanggal jatuh tem po pem bayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lam a 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak. (2) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pem betulan dan Surat Keputusan Keberatan, yang m enyebabkan jum lah pajak yang harus dibayar bertam bah m erupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (3) Bupati atas perm ohonan W ajib Pajak setelah mem enuhi persyaratan yang ditentukan dapat m em berikan persetujuan kepada W ajib Pajak untuk m engangsur atau menunda pem bayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pem bayaran, penyetoran, tem pat pem bayaran, angsuran, dan penundaan pem bayaran pajak d iatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 18 (1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pem betulan dan Surat Keputusan Keberatan, yang tidak atau kurang dibayar oleh W ajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan S urat Paksa. (2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan P erundang-undangan.

10 Bagian Keem pat Keberatan Pasal 19 (1) W ajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas suatu: a. SKPDKB; b. SKPDKBT; c. SKPDLB; d. SKPDN; (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pem otongan atau pemungutan sebagaim ana dimaksud pada ayat (1), kecuali jika W ajib Pajak dapat m enunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (4) Keberatan dapat diajukan apabila W ajib pajak telah m em bayar paling sedikit sejum lah yang telah disetujui W ajib Pajak. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaim ana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggap sebagai S urat K eberatan sehingga, tidak dipertim bangkan. (6) Tanda penerim aan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercata t sebagai tanda bukti penerim aan surat keberatan. Pasal 20 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus m em beri keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau m enam bah besarnya pajak yang terutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Pasal 21 (1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pem bayaran pajak dikem balikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh em pat) bulan. (2) Imbalan bunga sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sam pai dengan diterbitkannya SKPDLB.

(3) Dalam hal keberatan W ajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, W ajib Pajak dikenai sanksi adm inistratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jum lah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum m engajukan keberatan. BAB VIII TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 22 (1) Atas perm ohonan W ajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapat m em betulkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. (2) Bupati dapat: a. M engurangkan atau m enghapuskan sanksi adm inistratif berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang m enurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan W ajib Pajak atau bukan karena kesalahannya. b. M engurangkan atau m em batalkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, S KPD N atau S KP D LB yang tidak benar. c. M engurangkan atau m em batalkan STPD. d. M em batalkan hasil pem eriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan e. M engurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertim bangan kemampuan m em bayar W ajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi adm inistratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) diatur dengan P eraturan Bupati. BAB IX PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 23; (1) W ajib Pajak dapat m engajukan perm ohonan pengem balian kelebihan pem bayaran pajak kepada Bupati secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya: a. Nama dan Alam at W ajib Pajak; b. M asa Pajak c. B esarnya kelebihan pem bayaran pajak d. A lasan yang jelas.

(2) Bupati dalam jangka waktu p alin g'la m a 12 (dua belas) bulan sejak diterim anya perm ohonan pengem balian kelebihan pem bayaran pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) harus m em berikan keputusan. (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) telah dilampaui, Bupati tidak m em berikan suatu keputusan, perm ohonan pengem balian pem bayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila W ajib Pajak m e m p u n ya i; utang pajak lainnya, kelebihan pem bayaran pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk m elunasi terlebih dahulu utang pajak dim aksud. (5) Pengem balian kelebihan pem bayaran pajak sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKPDLB. (6) Jika pengem balian kelebihan pem bayaran pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati m em berikan im balan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlam batan pem bayaran kelebihan p em bayaran pajak. (7) Tata cara pengem balian kelebihan pem bayaran pajak sebagaimana dim aksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB X PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN Pasal 24 (1) W ajib Pajak yang melakukan usaha dengan om zet paling sedikit Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib m enyelenggarakan pem bukuan atau pencatatan. (2) Kriteria W ajib Pajak dan penentuan besaran om zet serta tata cara pem bukuan atau pencatatan sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) d iatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 25 (1) Bupati berwenang melakukan pem eriksaan untuk menguji kepatuhan pem enuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka m elaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. (2) W ajib Pajak yang diperiksa wajib: a. m em perlihatkan dan/atau m em injam kan buku atau catatan, dokum en yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Pajak yang terutang; b. m em berikan kesem patan untuk m em asuki tem pat atau ruangan yang dianggap perlu dan m em berikan bantuan guna kelancaran pem eriksaan; dan/atau c. m em berikan keterangan yang diperlukan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pem eriksaan Pajak diatur dengan Peraturan Bupati.

13 BAB XI INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 26 (1) SKPD yang m elaksanakan pem ungutan pajak diberikan insentif atas d asar pencapaian kinerja tertentu. (2) Pem berian insentif sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) ditetapkan m elalui A nggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (3) Tata cara penetapan, pem berian dan pem anfaatan insentif sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati dengan berpedom an pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XII KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 27 H, Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kedaluwarsa ss:e'a~ m elam paui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak, kecuali apabila W ajib pajak m elakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. (2) Kedaluwarsa penagihan Pajak sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. D iterbitkan S urat Teguran dan/atau S urat Paksa; atau b. Ada pengakuan utang pajak dari W ajib Pajak, baik langsung m aupun tidak langsung. (3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana dim aksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyam paian Surat Paksa tersebut. (4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaim ana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah W ajib Pajak dengan kesadarannya m enyatakan masih m empunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada P em erintah Daerah. (5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaim ana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pem bayaran dan perm ohonan keberatan oleh Wajib Pajak. Pasal 28 (1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk m elakukan penagihan sudah kedaluw arsa dapat dihapuskan. (2) Bupati m enetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang sudah kedaluw arsa sebagaim ana dim aksud pada ayat (1). (3) Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah kedaluwarsa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

14 BAB XIII PENYIDIKAN Pasal 29 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk m elakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah, sebagaim ana dim aksud dalam U ndang-u ndang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pem erintah Kabupaten yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) W ew enang Penyidik sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) adalah: a. M enerim a, mencari, m engum pulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas. b. Meneliti, mencari dan m engum pulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah. c. Mem inta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah. d. M em eriksa buku, catatan dan dokum en lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah. e. M elakukan penggeledahan untuk m endapatkan bahan bukti pem bukuan, pencatatan dan dokum en lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. f. Mem inta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas m enyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah. g. M enyuruh berhenti dan/atau m elarang seseorang meninggalkan ruangan atau tem pat pada saat pem eriksaan sedang berlangsung dan m em eriksa identitas o ra n g,. benda, dan/atau dokumen yang dibaw a. h. M em otret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah. i. M em anggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. M enghentikan penyidikan; dan/atau k. M elakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan ketentauan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dim ulainya penyidikan dan m enyam paikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam U ndang-u ndang Hukum Acara Pidana.

BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 30 (1) W ajib Pajak yang karena kealpaannya tidak m enyam paikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga m erugikan keuangan Daerah dapat dipidanakan dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jum lah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. (2) W ajib Pajak yang dengan sengaja tidak m enyam paikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau m elampirkan keterangan yang tidak benar sehingga m erugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jum lah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 31 Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melam paui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan. Pasal 32 Denda sebagaim ana dimaksud dalam Pasal 30 merupakan penerimaan negara. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Pajak terutang yang belum dibayar atau kurang dibayar oleh wajib pajak tetap harus dibayar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jom bang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pajak Penerangan Jalan, selam a jangka waktu 5 (lima tahun) sejak saat terutangnya pajak.

ffi a BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Jom bang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pajak Penerangan Jalan d in yatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 35 Peraturan Daerah ini m ulai berlaku pada tanggal diundangkan. A gar setiap orang m engetahuinya, m em erintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penem patannya dalam Lem baran Daerah K abupaten Jom bang. D itetapkan di Jom bang pada tanggal 23 D esem ber 2010 BUPATI JOMBANG, ttd. Diundangkan di Jom bang pada tanggal 9 Pebruari 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JOMBANG, S U YANTO ttd. M. MUNIF KUSNAN. SH. M.Si Pembina Utama Madya NIP. 195304121979031015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 NOMOR 6/B Salinan sesuai aslinya a.n Sekretaris Daerah Asisten Adm inistrasi Pem erintahan dan (anteraan R ak\ Drs. EKSAN GUNAJATI. Msi ^ ------ ------ PemErna NIP. 19621109 198501 1 003 -i''lem BARAN DAERAH 2011 \PER D A 16 TH 2010 Pajak P eneranganjaian doc

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN UMUM Untuk m enjam in keam anan pasokan energi listrik dan untuk mendukung pem bangunan yang berkelanjutan, maka penggunaan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari harus dilakukan secara efisien dan rasional tanpa m engurangi penggunaan energi yang m em ang b enar-benar diperlukan. Dalam rangka m endorong percepatan diversifikasi energi untuk pem bangkit tenaga listrik non bahan bakar minyak dan m eningkatkan partisipasi swasta dalam usaha penyediaan tenaga listrik, maka Pem erintah Kabupaten m enetapkan pajak penerangan jalan dengan tarif pajak yang berbeda berdasarkan asal sum ber tenaga listrik. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri tarif pajak penerangan jalan ditetapkan lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan oleh industri pertam bangan minyak bumi dan gas alam. Sedangkan penggunaan tenaga listrik yang berasal dan Perusahaan Listrik Negara (PLN), tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi yaitu sebesar 10 persen dari jumlah tagihan biaya beban/tetap ditam bah dengan biaya pem akaian kw h/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik. Selama ini pungutan Daerah yang berupa Pajak Penerangan Jalan diatur dengan Undang-Undang N om or 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaim ana telah diubah dengan Undang-Undang Nom or 34 Tahun 2000. Tetapi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pajak Penerangan Jalan harus disesuaikan baik dasar hukum, muatan m ateri m aupun tarif pajaknya. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 ;. Pasal 3 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3)

Ayat (4) H uruf a Yang dim aksud instansi pem erintah, pem erintah provinsi dan pem erintah kabupaten adalah fasilitas yang digunakan untuk penyelenggaraan pem erintah pusat, provinsi, kabupaten dan desa, tidak term asuk BUMN, BUMD. H uruf b Yang dim aksud dengan "kapasitas tertentu adalah kapasitas tenaga listrik yang dihasilkan di baw ah 10.000 VA. Pasal 4 Ayat(1) Ayat(2) C ukup jelas. Ayat (3) - ' Yang dim aksud dengan sum ber lain adalah tenaga listrik yang disediakan oleh PLN. Pasal 5 Pasal 6 C ukup jelas. Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14. Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21

19 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 NOMOR 4/B