BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

2011, No Tata Cara Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG DAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembara

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelaya

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 351 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG KEPUTUSAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.01/2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI,

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 313, 2012

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

BUPATI CIAMIS. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2013 LAMPIRAN : 2 (dua) TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK KABUPATEN CIAMIS

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI.

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PENGELOLAAN LAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN - 1 -

PERATURAN WALIKOTA MATARAM TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 32/Permentan/OT.140/5/2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BUPATI BATANG PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN NOMOR : : PER- 01 /MENKO/POLHUKAM/5/2011 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 194 TAHUN 2012

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 19/PERMEN-KP/2013 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMNAS HAM. Informasi. Publik. Pelayanan.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 42 TAHUN 2017

STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI FITRA RIAU

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

BUPATI KLATEN PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2014 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DAN DOKUMENTASI BADAN SAR NASIONAL

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor P

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

c. bahwa agar pelaksanaan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR :115 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

SOP PERMINTAAN INFORMASI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

Maklumat Pelayanan Informasi Publik. Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan

MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN UU KIP DI PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA BARAT TAHUN 2016 KELENGKAPAN STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Penyelesaian Sengketa. Informasi Pemilihan Umum. Standar Layanan. Prosedur.

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 200 /PMK.01/2016 TENT ANG

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.340, 2015 DJSN. Informasi Publik. Pelayanan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan kewajiban Dewan Jaminan Sosial Nasional sebagai Badan Publik untuk memberikan akses informasi kepada publik, perlu menetapkan Peraturan Dewan Jaminan Sosial Nasional tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Dewan Jaminan Sosial Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99,

2015, No.340 2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 4. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 272, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL. BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Dalam Peraturan DJSN ini yang dimaksud dengan: 1. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah dewan yang berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional. 2. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan/atau dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik. 3. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. 4. Dokumentasi Publik adalah pengumpulan, pengolahan, penyusunan, dan pencatatan dokumen, data, gambar, dan suara untuk bahan informasi publik. 5. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat PPID DJSN adalah pejabat yang bertanggung jawab dalam pengumpulan, pendokumentasian, penyimpanan, pemeliharaan, penyediaan, distribusi, dan pelayanan informasi di lingkungan Dewan Jaminan Sosial Nasional.

3 2015, No.340 6. Atasan PPID adalah Sekretaris Dewan Jaminan Sosial Nasional. 7. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau badan publik sebagaimana ketentuan peraturan perundangundangan. 8. Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 9. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh DJSN dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Pasal 2 DJSN sebagai lembaga yang mandiri yang bertanggung jawab untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional sesuai tugas dan kewenangan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, berkewajiban menyiapkan, menentukan, dan memberikan informasi yang bersangkutan dengan pelaksanaan tugas, kewenangan, maupun tanggung jawabnya kepada publik. Peraturan DJSN ini bertujuan untuk: Pasal 3 a. memberikan standar dan pedoman bagi DJSN dalam memberikan pelayanan informasi publik; b. meningkatkan pengelolaan dan kualitas pelayanan publik di lingkungan DJSN; dan c. mengintegrasikan peranan DJSN dalam pelayanan informasi publik yang diperlukan guna terselenggaranya keterbukaan informasi dan komunikasi dengan pengguna informasi. Pasal 4 Pelayanan Informasi Publik di lingkungan DJSN diselenggarakan berdasarkan pada prinsip: a. mudah, cepat, cermat, dan akurat dalam pemberian pelayanan informasi publik yang menyangkut ketepatan waktu, kelengkapan informasi yang dibutuhkan, dan kemudahan dalam mendapatkan informasi; b. transparansi dalam pemberian pelayanan informasi yang dilaksanakan dengan jelas dan terbuka;

2015, No.340 4 c. akuntabel dalam setiap kegiatan pemberian pelayanan informasi publik, sehingga setiap informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan; d. proporsionalitas dalam setiap pemberian pelayanan informasi publik yang dalam hal ini harus memperhatikan aspek keseimbangan antara hak, kepentingan, dan kewajiban dalam penggunaan informasi DJSN; dan e. kerahasiaan dalam pelayanan informasi dengan memperhatikan uji konsekuensi, kategorikal, dan klasifikasi informasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II KLASIFIKASI INFORMASI DAN DOKUMEN PUBLIK DI LINGKUNGAN DJSN Pasal 5 (1) Informasi di lingkungan DJSN diklasifikasikan sebagai informasi yang terbuka dan informasi yang dikecualikan; (2) Informasi yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. informasi yang disediakan dan diumumkan secara berkala; b. informasi yang tersedia setiap saat; dan c. informasi yang diumumkan secara serta merta. (3) Informasi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. informasi yang bersifat rahasia; dan b. informasi yang bersifat terbatas. Pasal 6 (1) Layanan Informasi Publik yang disediakan dan diumumkan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dilakukan dalam periodesasi bulanan, triwulan, dan tahunan, yang memuat data statistik penerimaan permohonan, kinerja, dan realisasi anggaran DJSN. (2) Layanan Informasi Publik yang tersedia setiap saat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf b, meliputi informasi dan/atau dokumen antara lain: a. profil DJSN yang meliputi visi, misi dan struktur organisasi; b. peraturan-peraturan DJSN; c. keputusan Ketua DJSN yang tidak dikecualikan; d. pengumuman tentang pengadaan barang dan jasa;

5 2015, No.340 e. pengumuman tentang penerimaan Pegawai; f. petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan aktivitas implementasi jaminan sosial dan tidak termasuk informasi yang dikecualikan; g. nota kesepahaman kerjasama DJSN dengan lembaga, instansi, dan atau pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan kinerja DJSN, dan tidak termasuk informasi yang dikecualikan; dan h. data pelayanan informasi publik yang telah dilakukan. (3) Informasi yang diumumkan secara serta merta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, disediakan DJSN sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 7 (1) Informasi yang bersifat rahasia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a, antara lain: a. informasi yang menimbulkan resiko terhadap reputasi keberadaan dan kelangsungan organisasi DJSN; b. informasi tentang pelaksanaan operasional dalam aktivitas implementasi jaminan sosial; dan c. informasi yang telah dinyatakan harus dirahasiakan oleh DJSN setelah melalui proses uji konsekuensi oleh pejabat yang berwenang sebagaimana diatur dalam peraturan ini. (2) Informasi yang bersifat terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf b, antara lain: a. informasi tentang aktivitas DJSN yang tidak mengganggu pelaksanaan tugas, fungsi, kegiatan dan/atau kebijakan DJSN; b. informasi yang hanya digunakan oleh kalangan terbatas; dan c. informasi yang dinyatakan terbatas dalam beberapa aspek menurut DJSN. Pasal 8 Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat disampaikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik, website, dan media publikasi DJSN.

2015, No.340 6 BAB III TANGGUNG JAWAB, WEWENANG, DAN KEDUDUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI Pasal 9 (1) Setiap unit kerja di lingkungan DJSN menyelenggarakan sistem informasi dan dokumentasi dalam rangka informasi publik secara bertingkat dan sesuai dengan tugas dan fungsinya. (2) Penyelenggaraan pengelolaan informasi dan dokumentasi dilaksanakan secara baik, efisien dan mudah diakses. Pasal 10 Unit kerja di lingkungan DJSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), terdiri dari: a. dewan; dan b. sekretariat. PPID di lingkungan DJSN terdiri dari: a. atasan PPID; b. PPID; dan c. Petugas Informasi. Pasal 11 Pasal 12 Atasan PPID sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, mempunyai tanggung jawab memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik sesuai prosedur penyelesaian keberatan, membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik sesuai dengan tugas fungsi masingmasing secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah dan menyelesaikan sengketa informasi publik. Pasal 13 (1) PPID DJSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b mempunyai tanggung jawab meliputi: a. menyediakan informasi secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah; b. mendokumentasikan dan menyimpan informasi secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah;

7 2015, No.340 c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan informasi dan dokumentasi secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah; d. meningkatkan sumber daya manusia dalam pelayanan informasi; dan e. mengkoordinasikan setiap unit/satuan kerja di badan publik dalam pelaksanaan pelayanan informasi. (2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPID DJSN memiliki wewenang: a. memberikan informasi secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah; b. menjamin tersimpan dan terdokumentasi seluruh informasi secara fisik yang meliputi: 1. informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; 2. informasi yang wajib tersedia setiap saat; dan 3. informasi terbuka lainnya yang diminta pemohon informasi. c. menolak permohonan informasi apabila informasi yang dimohon termasuk informasi yang dikecualikan/rahasia dengan disertai alasan; d. mengumumkan laporan tentang layanan informasi serta menyampaikan salinan laporan kepada Komisi Informasi dan atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi; e. menyediakan sarana dan prasarana layanan informasi; f. menganggarkan pembiayaan secara memadai bagi layanan informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; g. menugaskan Petugas Informasi di bawah wewenang dan koordinasinya untuk membuat, memelihara, dan/atau memutakhirkan informasi; h. menetapkan program meningkatkan sumber daya manusia dalam pelayanan informasi; dan i. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan layanan informasi dan instansinya. Pasal 14 (1) Petugas Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, merupakan staf/pegawai DJSN yang berada pada unit kerja di bidang hubungan antar lembaga dan partisipasi masyarakat dalam lingkungan DJSN.

2015, No.340 8 (2) Petugas Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tanggung jawab: a. menyiapkan formulir aplikasi permohonan informasi; b. menerima aplikasi permohonan informasi; c. melakukan verifikasi data pemohon; d. melakukan verifikasi informasi yang diminta (informasi yang terbuka atau dikecualikan); e. registrasi pencatatan permohonan informasi dalam buku besar setelah selesai verifikasi; f. memproses lanjut informasi ke PPID; g. melakukan pencatatan penomoran surat informasi yang disampaikan kepada pemohon informasi; h. mendokumentasikan dan menyiapkan evaluasi pelaporan layanan informasi setiap bulan dan setiap akhir tahun; dan i. apabila menerima permohonan informasi yang dikecualikan, wajib meneruskan kepada PPID. BAB IV TATA KERJA Pasal 15 Dalam melaksanakan tanggung jawab dan wewenang pengelola informasi dan dokumentasi, Atasan PPID dan Petugas Informasi menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masingmasing dan antar unit kerja di lingkungan DJSN. Pasal 16 Setiap pimpinan unit kerja wajib mengawasi bawahannya masing-masing yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang dalam pengelolaan dan pelayanan informasi dan dokumentasi, serta dapat mengambil langkahlangkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan apabila terjadi penyimpangan. Pasal 17 Setiap pimpinan unit kerja wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggungjawab kepada atasannya masing-masing serta menyampaikan informasi tepat pada waktunya.

9 2015, No.340 BAB V MEKANISME PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN DJSN Pasal 18 (1) Setiap unit kerja Pengelola Informasi dan Dokumentasi melakukan pengelolaan informasi dan dokumentasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. (2) Informasi dan dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada pusat data dan informasi selaku PPID DJSN. Pasal 19 Ketentuan tata cara pengelolaan dan mekanisme penyampaian informasi dan dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, dilakukan sesuai dengan alur data dan informasi yang berlaku di lingkungan DJSN. BAB VI PROSEDUR PELAYANAN INFORMASI DI LINGKUNGAN DJSN Pasal 20 (1) Setiap orang dapat memperoleh informasi dan dokumentasi DJSN dengan mengajukan permohonan secara tertulis berdasarkan Peraturan DJSN ini. (2) Setiap Pemohon Informasi Publik harus mengisi formulir permohonan informasi yang telah disediakan sesuai dengan lampiran yang tidak terpisahkan dalam peraturan ini. (3) Petugas informasi akan mengevaluasi permohonan informasi terkait dengan: a. nama dan alamat pemohon informasi; b. subjek dan format informasi; c. cara penyampaian informasi yang diminta oleh pemohon informasi; dan d. alasan kepentingan permohonan informasi. (4) Permohonan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dicatat dalam buku register dan kepada pemohon informasi diberikan tanda bukti permohonan informasi. (5) Permohonan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diteruskan kepada PPID DJSN untuk didistribusikan kepada unit kerja sesuai dengan tugas fungsinya masing-masing untuk menyiapkan jawabannya.

2015, No.340 10 (6) Jawaban informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), disampaikan secara tertulis paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima oleh petugas informasi dan dapat diperpanjang 7 (tujuh) hari kerja dengan memberikan alasan secara tertulis. (7) Alur prosedur pelayanan informasi sebagaimana termuat dalam Lampiran Peraturan DJSN ini. Pasal 21 (1) Penolakan informasi dapat dilakukan dengan pertimbangan informasi tersebut termasuk yang dikecualikan atau bersifat rahasia. (2) Penolakan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan Keputusan Ketua DJSN yang disertai alasan penolakan. Pasal 22 (1) Permohonan informasi dan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dapat disampaikan di meja informasi. (2) Meja informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas dalam hal pengelola informasi dan dokumentasi berada di kantor DJSN. (3) Meja informasi untuk pengelola informasi dan dokumentasi pada masing-masing satuan unit kerja di lingkungan DJSN ditentukan oleh PPID dan disetujui Atasan PPID. BAB VII TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN Bagian Kesatu Pengajuan Keberatan Pasal 23 (1) Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan keberatan dalam hal ditemukannya alasan sebagai berikut: a. penolakan atas permohonan informasi kecuali atas informasi yang dikecualikan atau bersifat rahasia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; b. tidak disediakannya informasi berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; c. tidak ditanggapinya/dipenuhinya permohonan informasi; d. permohonan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang diminta; dan/atau e. penyampaian informasi publik yang melebihi waktu sebagaimana diatur dalam peraturan ini.

11 2015, No.340 (2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada Atasan PPID melalui PPID. (3) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikuasakan kepada pihak lain sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Pasal 24 (1) DJSN wajib mengumumkan tata cara pengelolaan keberatan disertai nama, alamat, dan nomor kontak PPID. (2) DJSN dapat menggunakan sarana komunikasi yang efektif dalam menerima keberatan sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimilikinya. Bagian Kedua Registrasi Keberatan Pasal 25 (1) Pengajuan keberatan dilakukan dengan cara mengisi formulir keberatan yang disediakan oleh Petugas Informasi DJSN. (2) Dalam hal pengajuan keberatan disampaikan secara tidak tertulis, PPID wajib membantu Pemohon Informasi Publik yang mengajukan keberatan atau pihak yang menerima kuasa untuk mengisikan formulir keberatan. (3) Formulir keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya memuat: a. nomor pendaftaran permohonan informasi; b. tujuan penggunaan informasi; c. identitas lengkap Pemohon Informasi Publik/kuasa Pemohon Informasi Publik yang mengajukan keberatan; d. alasan pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23; e. kasus posisi permohonan informasi; f. waktu pemberian tanggapan atas keberatan yang diisi oleh petugas; g. nama dan tanda tangan Pemohon Informasi Publik/kuasa Pemohon Informasi Publik yang mengajukan keberatan; dan h. nama dan tanda tangan petugas yang menerima pengajuan keberatan. (4) PPID wajib memberikan salinan formulir keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Pemohon Informasi Publik yang

2015, No.340 12 mengajukan keberatan atau kuasanya sebagai tanda terima pengajuan keberatan. Bagian Ketiga Tanggapan Atas Keberatan Pasal 26 (1) Atasan PPID wajib memberikan tanggapan dalam bentuk keputusan tertulis yang disampaikan kepada Pemohon Informasi Publik yang mengajukan keberatan atau pihak yang menerima kuasa selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak dicatatnya pengajuan keberatan tersebut. (2) Keputusan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya memuat: a. tanggal pembuatan surat tanggapan atas keberatan; b. nomor surat tanggapan atas keberatan; c. tanggapan/jawaban tertulis atasan PPID atas keberatan yang diajukan; d. perintah atasan PPID kepada PPID untuk memberikan sebagian atau seluruh informasi yang diminta dalam hal keberatan diterima; dan e. jangka waktu pelaksanaan perintah sebagaimana dimaksud pada huruf d. (3) PPID wajib melaksanakan keputusan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat ditetapkannya keputusan tertulis tersebut. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

13 2015, No.340 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Februari 2015 KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL, CHAZALI H. SITUMORANG Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

2015, No.340 14

15 2015, No.340