BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. depannya pada hal-hal yang baik. Menurut Sagala (2013 : 3) Pendidikan adalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

Menurut Rozak, dkk, Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010, hlm. 273) Mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa masih kurang memuaskan. Rata rata ujian formatif siswa masih

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses bimbingan yang diberikan oleh pendidik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

I. PENDAHULUAN. keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dan menuntut kreativitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pradja. AL

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan kepribadian yang baik, spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, moralitas, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya peranan pendidikan ini telah memberikan dorongan kepada setiap lapisan masyarakat untuk berupaya dan memberikan perhatian yang lebih terhadap dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan yang ada, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk dapat memperbaiki kualitas pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah menciptakan proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Pemerintah dari tahun ketahun selalu menyoroti dunia pendidikan bahkan selalu mengadakan perubahan perbaikan kurikulum, dimaksudkan agar pendidikan Indonesia ini semakin menuju kearah yang lebih baik dan menciptakan manusia- 1

manusia yang berkarakter dan kecerdasan yang tinggi, karena kemajuan bangsa ditentukan pada generasi-generasi yang hebat. Salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki dunia pendidikan adalah merumuskan Kurikulum 2013 berbasis karakter, dimana kurikulum 2013 tersebut menuntut siswa lebih aktif, kreatif, inovatif, kerjasama dan mandiri dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat, menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Namun pada saat pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada masih banyak menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah dalam menyampaikan materi. Sehingga pada saat proses pembelajaran siswa cenderung menjadi individu yang pasif. Sedangkan dalam kurikulum 2013, siswa dituntut berperan aktif dalam membangun konsep diri. Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Inti dari kegiatan pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan di sekolah dilihat berdasarkan hasil belajarnya. 2

Purwanto (2008, h.46) Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan Hasil belajar siswa mencerminkan kualitas pembelajaran yang terjadi di sekolah melalui keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dengan demikian berarti adanya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa di sekolah. Siswa dianggap berhasil ketika mendapatkan nilai pada siswa yang mengikuti proses blajar mengajar.yang tinggi dan sebaliknya belum berhasil ketika nilainya rendah. Namun kenyataanya siswa tidak selalu mencapai nilai yang baik dalam ujiannya, hal ini terjadi di salah satu sekolah swasta yakni SMA PGRI 1 Bandung. Dimana hasil belajar siswa berdasarkan nilai-nilai ulangan pada mata pelajaran ekonomi kelas X IIS tahun ajaran 2015/2016 mengalami masalah, dimana masalah tersebut terjadi karena siswa tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah, KKM disetiap sekolah berbeda-beda begitupun di SMA PGRI 1 Bandung, dimana KKM yang harus dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran ekonomi yaitu sebesar 68. Setelah dilakukan observasi diperoleh data hasil belajar siswa kelas X rata rata nilai ulangan harian dibawah standar KKM. Seperti tabel 1.1 dibawah ini : Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Harian Siwa Kelas Rata-Rata Nilai Harian SIswa X IIS 1 6,7 X IIS 2 6,5 Sumber : Guru kelas X SMA PGRI 1 Bandung Cara belajar mengasyikkan, menyenangkan dan menarik minat siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dan 3

mengutamakan siswa lebih aktif di kelas dibandingkan dengan guru. Sanjaya, W (2012, h. 102) menyatakan: Jika pembelajaran lebih terpusat pada guru, maka siswa hanya akan mendapatakan hafalan bukanlah pemahaman yang didapatkan dalam pembelajaran. Namun dengan pembelajaran terpusat pada siswa, maka siswa akan menemukan pemahamannya sendiri dengan berbagai strategi yang mereka ciptakan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan model pembelajaran kooperatif yang tepat untuk menarik dan memotivasi siswa agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bisa membangkitkan keberanian siswa untuk tampil didepan kelas. Sanjaya, W dalam Feni ( 2015, h. 6) Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis khusus dari aktivitas kelompok yang berusaha untuk memajukan pembelajaran dan keterampilan sosial dengan kerjasama, tiga konsep ke dalam pengajaran, yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban pribadi dan peluang yang sama untuk berhasil. Pada pembelajaran koorperatif ditekankan bahwa untuk dapat menguasai struktur kognitif yang mendasari mata pelajaran tertentu, maka siswa harus bekerja. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi 4

kepada kelompok lain. Pembelajaran Two Stay Two Stray memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain Menurut Huda dalam Feni (2015 h.4) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Ekonomi Dikelas X IIS SMA PGRI 1 Bandung) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Guru belum mampu menciptakan kelas dengan suasana belajar yang mengasyikkan, menyenangkan dan menarik minat siswa sehingga siswa merasa jenuh dan bosan serta belum dapat merangsang siswa untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan mengenai konsep materi ekonomi baik secara lisan maupun tertulis agar siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan oleh gurubagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar. 2. Siswa belum pernah mengenal proses pembelajaran dengan menggunakan metode cooperatif terutama tipe Two Stay Two Stray (TSTS). 5

3. Kurangnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan mengemukakan pendapatnya di muka kelas. C. Rumusan masalah dan Batasan 1. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka permasalahan yang diteliti dirumuskan sebagai berikut : a) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada pembelajaran ekonomi kelas X IIS di SMA PGRI 1 Bandung? b) Bagaimana hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada pembelajaran ekonomi kelas X IIS di SMA PGRI 1 Bandung? c) Berapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar siswa kelas X IIS di SMA PGRI 1 Bandung? 2. Batasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan mempertimbangkan keterbatasan waktu,tenaga,sumber,dan lain sebagainya,agar penelitian ini lebih efektif,maka penulis hanya membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut : 1. Siswa kelas X IIS 1 di SMA PGRI 1 Bandung semester genap sebanyak 1 kelas. 6

2. Materi yang dijadikan penelitian yaitu pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan sistem dan alat pembayaran. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada pembelajaran ekonomi kelas X IIS di SMA PGRI 1 Bandung 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa dalam menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada pembelajaran ekonomi kelas X IIS di SMA PGRI 1 Bandung 3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar siswa kelas X IIS di SMA PGRI 1 Bandung E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a) Dapat menemukan teori atau pengetahuan baru tentang peningkatan kualitas pembelajaran ekonomi melalui penggunaan metode Two Stay Two Stray (TSTS). b) Sebagai bahan pemikiran untuk penelitian yang lebih mendalam tentang hasil belajar. 7

2. Secara Praktis a) Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan dan sumber data dalam merumuskan teknik pembelajaran terbaik untuk siswanya agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. b) Bagi siswa Diharapkan siswa mampu meningkatkan kemampuan pemahaman dalam pembelajaran pengetahuan produk dan memberikan suasana baru bagi siswa dalam proses pembelajaran. c) Bagi sekolah Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan variasi metode pembelajaran guna untuk meningkatkan keaktifan siswa. d) Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut,serta referensi terhadap penelitian yang sejenis. F. Definisi Operasional Sugiyono (2013, h. 38) mengemukakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan peneliti sendiri dan menjelaskan bagaimana peneliti itu mengukur variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian.definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan 8

makna serta penegasan istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian. Maka penulis mendefinisikan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian sebagai berikut: 1. Belajar Menurut Asep Sjamsulbachri ( 2006, h.6 ) belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Jadi tujuan kegiatan belajar adalaah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan,keterampilan, maupun sikap. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan mengajar, menilai proses hasil belajar, merupakan bagian dari tanggung jawab guru. Untuk memahami kegiatan belajar itu perlulah dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat dari kegiatan ini. 2. Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,( 2005, h. 849 ) Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 3. Model Pembelajaran Coopetative Menurut Solihatin ( 2008, h. 5) Model pembelajaran cooperative Merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat sehungga dengan bekerja secara bersama-sama diantara 9

sesame anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar 4. Model pembelajaran Two Stay Two Stray Menurut lie dalam Feni (2015, h. 9) Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk belajar dalam sebuah kelompok dengan teman sebayanya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. 5. Hasil Belajar Menurut Winkel dalam purwanto (2008, h.45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Dari definisi-definisi diatas model pembelajaran cooperative TSTS ( Twi Stay Two Stray ) adalah tipe pembelajaran cooperative yang melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Kelompok yang heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuannya. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang, dimana 2 orang tinggal dan 2 orang tamu. 10

Disamping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa mereka mampu mengatur pekerjaanya serta menjelaskan kepada kelompok tinggal yang mereka kunjungi. Berdasarkan pengertian istilah di atas, maka yang dimaksud dengan Pengaruh Model pembelajaran cooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Ekonomi Dikelas X IIS SMA PGRI 1 Bandung) dalam penelitian ini adalah suatu daya yang dapat membentuk suatu perbuatan pada hal ini yang dimaksud adalah model pembelajaran secara berkelompok sehingga mendapatkan peningkatan hasil belajar yang lebih baik dari proses belajar mengajar sebelumnya. 11