BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan hal yang. pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berganti menjadi era Reformasi. Pada era ini, desentralisasi dimulai ketika

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberi kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan asas desentralisasi yang lebih dikenal dengan otonomi daerah. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memperkuat Daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah berdasarkan kewenangannya secara mandiri. Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel sebagai upaya mewujudkan Pemerintahan yang baik (Good Governance). Dalam upaya penyelenggaraan pengelolaan keuangan pemerintahan yang baik (Good Governance) telah ditetapkan Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang memuat berbagai perubahan mendasar dalam penyusunan pengelolaan dan pelaporan anggaran negara yang berasas pada akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, profesionalitas, proposionalitas, transparan dalam pengelolaan, dan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Penetapan kebijakan tersebut menjadi titik awal perbaikan dalam sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan pemerintah yang baik di tingkat pusat maupun daerah. Sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukkan laporan keuangan pemda untuk tahun anggaran 2010 buruk. BPK menyatakan 326 pemda atau 91% dari 358 pemda mendapat predikat buruk, hanya 32 pemda yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Namun hasil tersebut meningkat dari tahun anggaran 2009. Buruknya pengelolaan laporan keuangan pemda sebagian besar terjadi karena sistem pengendalian intern (SPI) yang belum berfungsi secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait atas pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP) untuk tahun anggaran 2010. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah kota Bandung merupakan salah satu pemerintah daerah yang belum menerapkan sistem pengendalian internal secara optimal. Pelaksanaan pengendalian intern memerlukan suatu prosedur yang dapat menyatukan elemen-elemen agar dapat bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikenal dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), sistem pengendalian intern pemerintah ini penting mengingat adanya tuntutan

penyelenggaraan pemerintah yang baik untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi yang efektif dan efisien. SPIP menekankan pada pentingnya komitmen dari pimpinan instansi pemerintah dalam menerapkan prinsip dan tanggung jawab. SPIP menjadi kunci untuk menyelenggarakan pemerintahan yang lebih baik dalam menghasilkan kualitas pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu Pemerintah mengatur sistem pengendalian intern dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Salah satu tujuan dari sistem pengandalian intern pemerintah adalah menyajikan laporan keuangan yang dapat diandalkan. Laporan keuangan yang dapat diandalkan merupakan salah satu karakteristik kualitatif laporan keuangan yang baik. Selain dari laporan keuangan yang Andal, karakteristik laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) paragraph 32 terdiri dari relevan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Salah satu bentuk dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan sistem pengendalian internal yaitu dengan menggunakan sistem aplikasi berbasis komputer dalam menerapkan sistem akuntansinya. Dengan adanya sistem aplikasi teknologi komputer diharapkan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban publik dapat disusun lebih akurat dan mengurangi kesalahan dalam penyajian informasi. Terdapat banyak software aplikasi akuntansi berbasis komputer saat ini, salah satunya milik Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dikhususkan untuk pemerintah daerah yaitu Sistem

Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan yang telah disesuaikan dengan Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah No 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, dan Peraturan Mentri Dalam Negeri (Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. SIMDA yaitu suatu aplikasi sistem akuntansi pemerintah daerah yang terpadu yang dibangun sebagai alat bantu bagi pemerintah daerah dalam menjalankan sistem akuntansinya, mulai dari penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah. Pengarah tim pengembangan aplikasi SIMDA dari BPKP menyatakan baru sekitar 152 dari 473 pemerintah daerah di Indonesia yang sudah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) atau sekitar 32% (Saefudin Rizal, Harian Kompas.com, 29 Agustus 2008). Dengan digunakannya aplikasi SIMDA terjadi perubahan pencatatan, pendokumentasian, dan pelaporan secara manual beralih dengan terkomputerisasi yang membantu daerah dalam pengelolaan keuangan daerah. Namun pada kenyataanya dalam pemanfaatan sistem informasi, satu hal yang diperlukan adalah bagaimana instansi dapat memastikan bahwa sistem informasi yang ada memiliki sistem pengamanan dan pengendalian yang memadai. Penggunaan sistem informasi di organisasi bukannya tanpa risiko, akses yang tidak sah, perangkat

lunak yang tidak berfungsi, kerusakan pada perangkat keras, gangguan dalam komunikasi, bencana alam, dan kesalahan lainnya dapat saja terjadi. Kesalahankesalahan yang ada dalam pemanfaatan sistem informasi yang digunakan dalam suatu instansi dapat mempengaruhi output yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dalam hal ini akibat dari lemahnya pengendalian dalam sistem informasi manajemen keuangan daerah (SIMDA) yang digunakan oleh pemerintah daerah dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak relevan, tidak andal, tidak dapat dibandingkan, dan tidak dapat dipahami. Oleh karena itu dalam setiap aktivitas pemerintah diperlukan sistem pengendalian internal, termasuk dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dengan menggunakan sistem informasi manajemen keuangan daerah dibutuhkan pengendalian sistem informasi yang disebutkan pula dalam Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang Pengendalian Intern yang menjelaskan salah satu kegiatan pengendalian intern yaitu melakukan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, sehingga output yang dihasilkan dari sistem yang berupa laporan keuangan dapat dihasilkan dengan kualitas yang baik berupa laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Pemerintah Kota Bandung merupakan salah satu pemerintah daerah yang menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sejak tahun 2009 dalam pengelolaan keuangan daerah untuk menghasilkan laporan keuangan daerah. Dan pada tahun anggaran 2010 menurut hasil wawancara terkait

hasil audit atas laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung mendapat opini wajar dengan pengecualian (WDP), opini tersebut meningkat dari tahun anggaran sebelumnya yaitu tahun anggaran 2009 yang mendapatkan opini disclaimer. Hal tersebut membuktikan bahwa Pemerintah Kota Bandung merupakan salah satu pemerintah daerah yang belum melaksanakan sistem pengendalian intern maupun pengendalian sistem informasi secara optimal. Penelitian ini merujuk pada Budi Prabowo (2010) yang telah melakukan penelitian mengenai Pengaruh Sistem Informasi Manajemen (SIMDA) Keuangan terhadap Kualitas Laporan Keuangan (survey pada Pemerintah Kota Cimahi). Hasil penelitian menunjukkan sistem aplikasi SIMDA Keuangan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Cimahi sebesar 73,9%. Berdasarkan uraian diatas, penulis melihat adanya suatu fenomena yang menarik, yaitu kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dipengaruhi oleh pelaksanaan sistem pengendalian intern yang belum dilakukan secara optimal, sesuai dengan PP No 60 Tahun 2008 salah satu kegiatan pengendalian intern yang dapat dilakukan yaitu pengendalian atas pengelolaan sistem informasi. Dan sistem informasi yang digunakan dalam kegiatan akuntansi di Pemerintah Kota Bandung yaitu sistem informasi manajemen keuangan daerah (SIMDA). Dalam melaksanakan pemanfaatan sistem informasi tersebut dibutuhkan pengendalian sistem informasi yang berupa pengendalian umum dan pengendalian aplikasi, sehingga dapat menjamin bahwa informasi berupa laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan dari sistem tersebut dihasilkan dengan kualitas yang baik. Dengan

demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: PENGARUH PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI SIMDA (SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH) TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Bandung). 1.2 Perumusan Masalah Penelitan Berdasarkan latar belakang dari fenomena yang telah diungkapkan di atas, maka peneliti membuat perumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pengelolaan keuangan daerah dengan aplikasi SIMDA yang saat ini dijalankan khususnya dalam menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Apa saja elemen-elemen dalam pelaksanaan Pengendalian Sistem Informasi SIMDA tersebut. 3. Seberapa besar pengaruh pengendalian sistem informasi yang meliputi pengendalian umum (general control) dan pengendalian aplikasi (application control) terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Batasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan agar penelitian dapat dilakukan secara lebih fokus dan mendalam, maka tidak semua faktor terkait diteliti. Untuk itu peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada implementasi SIMDA di Instansi Pemerintah Kota Bandung yaitu Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Bandung dan Inspektorat Pemerintah Kota Bandung sebagai bagian penting dalam melakukan pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan. 2. Penelitian di fokuskan pada Pengendalian Sistem Informasi yang terdiri dari Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diterapkan dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah yang menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah berbasis komputer. 3. Tidak semua indikator dalam pengendalian sistem informasi diteliti, seperti pengaruh jaringan komputer. 4. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Bandung dan Inspektorat Pemerintah Kota Bandung yang lebih bersifat pendapat atau persepsi. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui elemen Pengendalian Sistem Informasi yang ada dalam menjalankan aplikasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah).

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh Pengendalian Sistem Informasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah) terhadap kualitas laporan keuangan (meliputi: relevan, andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami). 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk pihak-pihak terkait, antara lain: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pengaruh pengendalian sistem informasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Bagi Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi kepustakaan bagi mahasiswa maupun penulis yang ingin meneliti mengenai Pengendalian Sistem Informasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah), selain itu diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 3. Bagi Organisasi Pemerintah Menjadi bahan masukkan bagi Pemerintah Kota Bandung untuk melaksanakan Pengendalian Sistem Informasi SIMDA (Sistem Informasi

Manajemen Keuangan Daerah) sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.