BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

III. METODE PENELITIAN. denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) dan dengan pendekatan Post Test Only Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

III. METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih galur Sprague dawley dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test-only control group design. Menggunakan 25

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya sebagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan the post test only control group design karena pengukuran. dilakukan sesudah perlakuan pada hewan coba.

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. desain The Post Test-Only Control Group (rancangan eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

III. METODE PENELITIAN. only control group. Dilakukan dengan cara membandingkan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

METODOLOGI PENELITIAN. Penlitian ini merupakan penelitian penelitian eksperimental dengan rancangan

Transkripsi:

26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan Balai Penyelidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III selama 4 (empat) minggu.

27 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah tikus putih betina Sprague Dawley. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 tikus putih betina galur Sprague Dawley berusia 2 bulan dengan berat antara 100-200 gram yang telah diinduksi DMBA dengan dosis dan kurun waktu tertentu. Tikus-tikus ini diperoleh dari Fakultas Peternakan Institute Pertanian Bogor. DMBA diperoleh dari LABTIAP, Serpong. 3.3.2. Sampel a. Kriteria Sampel Kriteria Inklusi a. Tikus putih betina Sprague dawley b. Sehat (gerak aktif, rambut tidak kusam dan rontok) c. Berat badan antara 100-200 gram d. Berusia sekitar 5-7 minggu Kriteria Eksklusi Tikus sakit atau mati sebelum waktu terminasi

28 b. Besar Sampel Sampel penelitian ini ditentukan menurut rumus Federer untuk uji eksperimental rancangan acak lengkap, yaitu: t (n-1) 15 dimana (t) adalah kelompok perlakuan, dan (n) adalah jumlah sampel perkelompok perlakuan. t (n - 1) 15 4(n-1) 15 4n-4 15 4n 15+4 4n 19 n 19/4 n 4,75 n 5 Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor tikus putih Sprague Dawley betina yang terbagi dalam 4 kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus), yaitu : Kelompok I : tikus tidak diinduksi DMBA, hanya diberi akuades 1 ml per hari selama 4 minggu

29 Kelompok II : tikus diinduksi DMBA 20 mg/kgbb 2 kali seminggu selama 4 minggu Kelompok III : tikus diinduksi DMBA 20 mg/kgbb 2 kali seminggu selama 4 minggu dan diberi ekstrak daun sirsak dosis 20 mg/kgbb 1 kali sehari selama 4 minggu Kelompok IV : tikus diinduksi DMBA 20 mg/kgbb 2 kali seminggu selama 4 minggu dan diberi ekstrak daun sirsak dosis 40 mg/kgbb 1 kali sehari selama 4 minggu 3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1. Variabel Penelitian a. Variabel Bebas (Independent variable) Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.). b. Variabel Terikat (Dependent variable) Variabel terikat pada penelitian ini adalah gambaran histopatologi jaringan paru tikus putih betina yang diinduksi karsinogen DMBA.

30 3.4.2. Definisi Operasional Variabel Untuk memudahkan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

31 Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Definisi Skala Dosis ekstrak daun sirsak Ada 4 kelompok dengan perlakuan yang berbeda : Kelompok I (kontrol negatif) = akuades 1 ml/hari selama 4 minggu Kelompok II (kontrol positif) = induksi DMBA 20 mg/kgbb 2 kali seminggu selama 4 minggu Kelompok III (perlakuan coba) = induksi DMBA 20 mg/kgbb 2 kali seminggu selama 4 minggu + ekstrak daun sirsak 20 mg/kgbb/hari selama 4 minggu Kelompok IV (perlakuan coba) = induksi DMBA 20 mg/kgbb 2 kali seminggu selama 4 minggu + ekstrak daun sirsak 40 mg/kgbb/hari selama 4 minggu Kategorik (nominal) Gambaran histopatologi paru Melihat gambaran mikroskopis jaringan paru tikus dengan menggunakan skala kategorik pada 5 lapang pandang dengan skoring 0-3 untuk melihat derajat kerusakan alveolus paru (Kirana, 2009). = Tidak terjadi perubahan struktur histologis (normal) = Kerusakan alveolus paru >0% - 30% (kerusakan ringan) = Kerusakan alveolus paru 31% - 60% (kerusakan sedang) = Kerusakan alveolus paru >60% (kerusakan berat) Kategorik (ordinal)

32 3.5. Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1. Alat Penelitian Peralatan yang digunakan untuk ekstrak adalah alat-alat gelas, blender, rotary evaporator, dan kertas saring. Alat yang dibutuhkan dalam pemeliharaan tikus berupa kandang, tempat minum dan makan, timbangan digital, sonde lambung berujung Nasogastric tube (NGT). Untuk pengambilan jaringan, digunakan alatalat bedah minor. Sedangkan alat untuk pembuatan serta pengamatan preparat histopatologi adalah wadah untuk jaringan paru, object glass, cover glass, spidol, label, tissue cassette, automatic tissue processor, tissue embedding console, inkubator, mikrotom, mikroskop cahaya dan digital electronic eyepiece camera serta satu unit komputer untuk pengambilan foto preparat histopatologi. 3.5.2. Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirsak (Annona muricata L.). Hewan percobaan yang digunakan untuk pengujian efek kemopreventif kanker payudara adalah tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley. Tikus tersebut diperoleh dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

33 Bahan yang digunakan pada ekstrak daun sirsak adalah etanol 70%. Bahan kimia yang digunakan untuk penginduksian tikus ialah 7,12-dymethyilbenz(a)antracene (DMBA) dan minyak jagung. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan mikroskopis jaringan paru adalah kertas tisu, Ketamine-xylazine, buffered neutral formaline (BNF) 10%, xylol, alkohol, alkohol absolut, alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 70%, parafin, Mayer s Hematoxyllin, lithium karbonat, eosin, larutan albumin, air hangat, larutan periodic acid 1%, schiff reagent, sodium bisulfit 10%, 1 N HCl dan akuades. 3.6. Prosedur Penelitian 3.6.1. Persiapan Hewan Percobaan Tikus betina ditempatkan dalam kandang plastik dengan tutup terbuat dari kawat ram dan dialasi sekam, pakan berupa pelet dan air minum diberikan ad libitum. Lingkungan kandang dibuat agar tidak lembab, ventilasi yang cukup serta penyinaran yang cukup dimana lamanya terang 14 jam dan lama gelap 10 jam. Sebelum melakukan percobaan tikus diadaptasi dalam kandang selama 7 hari untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Kesehatan tikus dipantau setiap hari dan berat tikus ditimbang setiap minggu.

34 3.6.2. Ekstraksi Daun Sirsak Dalam Etanol 70% Pembuatan ekstrak daun sirsak menggunakan bahan berupa daun sirsak yang telah di keringkan sebanyak 500 gram. Kemudian daun sirsak di giling dan di ayak dengan ayakan yang sesuai. Setelah di giling dan di ayak, daun sirsak di rendam dalam larutan etanol 70%. Setiap hari rendaman diaduk-aduk dan disaring sampai didapatkan maserat yang jernih. Maserat di kentalkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak daun sirsak. Dosis ekstrak daun sirsak yang akan di berikan adalah 20mg/kgBB pada kelompok III dan 40mg/kgBB pada kelompok IV setiap hari selama 4 minggu. Berat tikus rata-rata yang digunakan adalah 200 gram, sehingga perhitungan dosis ekstrak daun sirsak pada penelitian ini adalah : Dosis ekstrak daun sirsak untuk kelompok III Dosis ekstrak daun sirsak untuk kelompok IV

35 kemudian dari masing-masing dosis ini dilarutkan dalam 1 ml akuades untuk diberikan secara per oral dengan menggunakan sonde lambung. 3.6.3. Pembuatan Larutan DMBA Pelarut yang digunakan untuk senyawa DMBA adalah minyak jagung karena DMBA larut dalam pelarut ini. Minyak jagung merupakan senyawa inert yang digunakan untuk melarutkan DMBA dan tidak memiliki sifat karsinogenik (Singletary et al., 2007). Berdasarkan penelitian oleh Meiyanto (2007) telah ditetapkan dosis serta frekuensi DMBA yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 20 mg/kg BB, dua kali seminggu selama 4 minggu. Selain itu disebutkan pula bahwa pemberian DMBA dengan dosis 20 mg/kg BB sebanyak 10 kali dalam 4 minggu telah dapat mengakibatkan perubahan secara mikroskopis. Berat tikus rata-rata yang digunakan adalah 200 gram, sehingga perhitungan dosis pada penelitian ini adalah : kemudian 4 mg DMBA ini dilarutkan dalam 1 ml minyak jagung untuk diberikan secara per oral dengan menggunakan sonde lambung.

36 3.6.4. Induksi Kanker Dengan DMBA, Ekstrak Daun Sirsak, dan Pengambilan Sampel Mula-mula tikus ditimbang untuk mengetahui volume larutan DMBA dan ekstrak daun sirsak yang akan diberikan. Bahan yang akan digunakan untuk larutan DMBA adalah serbuk DMBA yang dilarutkan dalam minyak jagung. Induksi menggunakan sonde oral, seminggu dua kali dengan dosis 20 mg/kgbb yang dilarutkan dalam minyak jagung dan diberikan selama 4 minggu. Setiap tikus pada kelompok II, III, dan IV dengan berat ± 200gr mendapatkan 1ml larutan DMBA dengan konsentrasi 4 mg/ml. Bahan yang akan digunakan untuk larutan ekstrak daun sirsak adalah ekstrak daun sirsak yang dilarutkan dalam akuades. Ekstrak daun sirsak diberikan dengan dosis 20 mg/kgbb pada kelompok III dan 40 mg/kgbb pada kelompok IV, dengan menggunakan sonde lambung. Setiap tikus dengan berat ± 200gr mendapatkan 1ml larutan ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi 4mg/ml untuk kelompok III dan konsentrasi 8mg/ml untuk kelompok IV. Selama penginduksian senyawa DMBA, tikus setiap hari diinduksi ekstrak daun sirsak. Penginduksian DMBA dan ekstrak daun sirsak dilakukan selama 4 minggu. Sonde untuk tikus kontrol dibedakan dengan tikus perlakuan untuk mencegah adanya kontaminasi. Berat badan tikus ditimbang sebelum, selama, dan setelah intervensi.

37 Terminasi tikus dilakukan setelah perlakuan terakhir. Tikus diterminasi dengan anastesi terlebih dahulu menggunakan ketamine-xylazine dosis 75-100mg/kg + 5-10mg/kg secara IP, kemudian di euthanasia dengan metode cervical dislocation. Setelah itu jaringan paru tikus di ambil melalui pembedahan. 3.6.5. Pembuatan Preparat Dari Jaringan Paru Tikus a. Fiksasi Jaringan yang akan dibuat sediaan histopatologi difiksasi dalam larutan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10% minimal 48 jam hingga mengeras (matang). Sampel organ yang terfiksasi dengan sempurna ditrimming setebal ± 0,5 cm. Potongan kemudian dimasukan dalam tissue cassette untuk dimasukan dalam tissue processor automatic. b. Dehidrasi Proses dehidrasi dimaksudkan untuk menarik air dari jaringan dan mencegah terjadinya pengerutan sampel yang diuji. Dehidrasi dilakukan dengan cara merendam sampel dalam larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat (75%, 95%, dan alkohol absolut). Proses perendaman pada masing-masing konsentrasi alkohol dilakukan selama 2 jam. Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan mesin otomatis yaitu automatic tissue processor.

38 c. Clearing Proses clearing atau penjernihan dilakukan 2 tahap dengan menggunakan xylol I dan xylol II. Penggunaan xylol dimaksudkan untuk melarutkan alkohol dan parafin. d. Infiltrasi Infiltrasi atau impregnasi adalah proses pengisian parafin ke dalam pori-pori jaringan. Pengisian pori-pori ini dimaksudkan untuk mengeraskan jaringan agar mudah dipotong dengan pisau mikrotom. Parafin yang digunakan adalah parafin histoplast. e. Embedding dan Blocking Embedding atau blocking adalah proses penanaman jaringan dalam blok parafin. Parafin yang digunakan parafin histoplast. Proses embedding dilakukan dengan menggunakan alat tissue embedding console. f. Sectioning Sectioning adalah proses pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4 5 μm. Pemotongan dilakukan dengan alat rotary microtome spencer. Sediaan kemudian di letakan pada gelas objek dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37 C selama 24 jam. g. Pewarnaan Hematoxyllin-Eosin Sebelum melakukan pewarnaan, preparat histopatologi dideparafinisasi dengan larutan xylol (I dan II) selama dua menit. Kemudian dilakukan proses rehidrasi dengan cara mencelupkan sediaan ke dalam alkohol bertingkat (Alkohol absolut, alkohol 95%, alkohol 80%). Perendaman dalam alkohol 95% dan 80% dilakukan selama 1 menit. Kemudian sediaan dicuci dengan air yang mengalir (air kran)

39 selama 1 menit. Sediaan diwarnai dengan pewarna Mayer s Hematoxyllin dengan tahapan sebagai berikut : a) Preparat direndam dalam larutan Mayer s Hematoxyllin selama 8 menit; b) Dicuci dengan air mengalir (air kran) selama 30 detik; c) Dicelupkan ke dalam larutan larutan lithium karbonat selama 15 30 detik; d) Dicuci dengan air mengalir (air kran) selama 2 menit; e) Preparat direndam dalam larutan Eosin selama 2-3 menit; f) Cuci dengan air mengalir (air kran) selama 30 60 detik; g) Preparat dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95% dan alkohol absolut sebanyak 10 kali celupan, absolut II selama dua menit, xylol I selama satu menit dan xylol II selama dua menit. h. Mounting Setelah tahapan pewarnaan, sediaan ditetesi perekat permount dan ditutup dengan cover glass. 3.7. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan yang bermakna di antara semua kelompok perlakuan, kemudian untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok perlakuan digunakan uji statistik Mann Whitney. Derajat kemaknaan yang digunakan α = 0,05 (Dahlan, 2010).

40 3.8. Diagram Alir Aklimatisasi hewan coba di laboratorium Klp K Klp 1 Klp 2 Klp 3 Induksi akuades 1 ml/hari (selama 4 minggu) Induksi DMBA 20mg/kgBB 2 kali seminggu (selama 4 minggu) Induksi DMBA 20mg/kgBB 2 kali seminggu (selama 4 minggu) + ekstrak daun sirsak 20mg/kgBB/hari (selama 4 minggu) Induksi DMBA 20mg/kgBB 2 kali seminggu (selama 4 minggu) + ekstrak daun sirsak 40mg/kgBB/hari (selama 4 minggu) Terminasi, pengambilan sampel jaringan paru tikus Pembuatan preparat dari jaringan paru tikus, pemeriksaan mikroskopik Pengolahan dan analisis data Gambar 6. Alur Penelitian

41 3.9. Etika Penelitian Sebelum penelitian dilakukan, peneliti akan mengajukan etical approval ke Unit Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.