PENERAPAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL(CTL) DALAM PENGAJARAN KETERAMPILAN BAHASA INGGRIS Oleh Noviati Dosen Tetap Yayasan Universitas PGRI Palembang Abstract The main objective of this study is to overcome the problems found in teaching Integrated Skills using Contextual Teaching and Learning (CTL). These problems include: Content, Teaching Methods, and the passivity of the students in the class. Research conducted using action research. The population of this research is a high school student Bina Warga 2 Palembang academic year 2008/2009. There are 16 classes, but this study only takes this because researcher has only been teaching two classes. While other classes taught by other teachers. The main source of this research is supported by researchers and teachers who made observations when done in teams. This study not only observed but also questionnaires and interviews to determine students' progress in line with the problems. In the first period, the first issue (material) and the second issue (teaching methods) are almost resolved properly. Almost all students said that they felt happy and get the ease of learning to use materials related to their lives and experiences, as well as related from one skill to the second period is another problem. At the first and second can be addressed properly because all the students said that they feel happy and get the ease of learning to use material relating from one skill to another. In the third period students have easy and are happy with the material that relates to their lives and experiences and integrate the skills learned. For the problem of students passivity, it is solely due to the personal problems of students. Keywords : Contextual Teaching and Learning (CTL), Integrated English Skills, Learning A. PENDAHULUAN Ada empat keterampilan utama dari bahasa Inggris yang perlu dikuasai oleh seorang mahasiswa bahasa Inggris. Ajaran keterampilan ini dapatdipisahkan atau terintegrasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, pengalaman dan wawancara kepada beberapa siswa, ada beberapa masalah yang ditemukan dalam pengajaran keterampilan bahasa Inggris terpadu. Masalah, pertama adalah 53 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
materi. Bahan yang guru berikan tidak begitu menarik bagi siswa karena mereka tidak terhubung dengan kehidupan nyata siswa dan pengalaman. Dengan kata lain, materi tidak berarti bagi mereka. Akibatnya, mereka tidak tertarik dan termotivasi dalam belajar. Bahkan, menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa dan pengalaman akan memudahkan siswa dalam belajar karena mereka memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman terkait dalam bahan, yang membuat pembelajaran yang menarik bagi mereka. Masalah lain adalah metode guru. Dalam mengajarkan keterampilan terpadu, guru harus mengintegrasikan satu keterampilan dengan keterampilan lain, sehingga lebih mudah bagi siswa untuk terlibat dalam keterampilan. Misalnya, ketika ia mulai mengajar berbicara, dia harus mentransfer keterampilan dalam berbicara dengan keterampilan berikutnya, yang menulis dengan menghubungkan materi dalam berbicara untuk menulis. Hal ini lebih mudah bagi siswa untuk menulis karena mereka sudah mendapat pengetahuan latar belakang, materi yangdibahas dalam kegiatan berbicara sebelumnya. Namun demikian, berdasarkan pengamatan, guru belum mengintegrasikan keterampilan dalam mengajar. Akibatnya, para siswa mendapat kesulitan dalam mempraktekkan keterampilan seluruh interaktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil tulisan siswa. Sulit bagi mereka untuk mulai menulis ketika mereka mengatakan bahwa mereka tidak memiliki ide untuk menulis. Namun jika guru berkaitan materi yang dibahas dalam satu keterampilan untuk keterampilan lainnya, para siswa tidak akan memiliki kesulitan menulis karena tidak ada ide. Selain itu, dia hanya terfokus pada buku teks tanpa beberapa modifikasi dalam mengajar. Masalah terakhir adalah tentang siswa. Banyak dari mereka masih pasif. Dengan kata lain, hanya beberapa dari mereka benar-benar terlibatdalam kegiatan belajar. Ini mungkin terjadi karena guru belum menerapkan pembelajaran aktif dalam mengajar belum. Untuk membuat mereka terlibat secara optimal dalam kegiatan pembelajaran, guru harus menciptakan lebih banyak tugas atau kegiatan dalam empat keterampilan. Hal ini sangat penting dalam mengajar mata pelajaran keterampilan terpadu sehingga siswa akan memiliki bahasa Inggris mahir. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah pembelajaran kontekstual (CTL). CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk 54 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
membantu siswa untuk melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan menghubungkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka(johnson, 2005:25). Selain itu, dengan CTL, guru dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar sejak CTL adalah berpusat pada peserta didik (bukan guru berpusat). Dengan kata lain, siswa harus aktif untuk membangun dan menanyakan pengetahuan dan keterampilan sendiri karena konstruktivisme dan penyelidikan adalah dua komponen CTL ketujuh, orang lain mempertanyakan, belajar masyarakat, pemodelan, refleksi dan menerapkan, penilaian autentik. Selain itu, guru-guru CTL harus membuat sebuah komunitas belajar sehingga siswa dapat bekerja sama dalam belajar. Singkatnya, CTL dapat membuat mereka aktif dalam kegiatan belajar. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai: "Sejauh mana dapat CTL meningkatkan pengajaran keterampilan bahasa Inggris terpadu dikelas X SMA Bina Warga 2 Palembang?" Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pengajaran keterampilan bahasa Inggris terpadu dikelas X SMA BinaWarga 2 Palembang. B. TINJAUAN PUSTAKA Pengajaran keterampilan terintegrasi adalah ajaran dari empat kemampuan bahasa Inggris: mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis terintegrasi. Ini cara mengajar juga disebut pendekatan terpadu-keterampilan. Celce dan Murcia (2001:301) menyatakan bahwa pendekatan terpadu mendorong pengajaran keempat keterampilan dalam kerangka umum menggunakan bahasa untuk belajar serta untuk komunikasi. Ini berarti bahwa peserta didik akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menggunakan bahasa Inggris secara alami karena dalam komunikasi alami lebih dari satu keahlian yang dibutuhkan. Keterampilan Bahasa Inggris Contextual Teaching and learning (CTL) membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya untuk kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja dan terlibat dalam kerja keras yang membutuhkan pembelajaran. 55 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
Hasil pembelajaran dengan konsep ini akan lebih bermakna bagi siswa, yang membuat pembelajaran yang menarik bagi mereka. Johnson (2003:3) menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah sistem instruksional yang didasarkan pada premis bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Konteks memberikan makna pada konten. Yang lebih luas konteks di mana siswa mampu membuat koneksi, isi makna lebih akan terus untuk mereka. Ini berarti bahwa tugas guru dalam CTL adalah untuk memberikan konteks kepada siswa. Para siswa lebih mampu menghubungkan pelajaran akademis mereka dengan konteks, makna semakin mereka akan berasal dari pelajaran. Ini berarti bahwa dalam CTL baik guru dan siswa harus aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Para guru harus kreatif untuk memberikan konteks dan siswa harus aktif dan kreatif untuk terlibat dalam kegiatan kelas karena CTL berfokus peserta didik sebagai pusat (learnercentered). Seperti telah dibahas sebelumnya CTL yang terjadi dalam pengajaran keterampilan yang terintegrasi ketika para guru menerapkan tujuh komponen CTL. Nurhadi dan Agus (2003:31) menyatakan bahwa ada tujuh komponen dasar dari CTL. Mereka adalah konstruktivisme, pertanyaan, penyelidikan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik. Menurut Johnson (2002:24), ada delapan karakteristik utama dari Contextual Teaching and Learning (CTL). Mereka adalah sebagai Berikut: a. Membuat koneksi bermakna b. Melakukan kerja yang signifikan c. Self-regulated learning d. Berkolaborasi e. Kritis dan kreatif berpikir f. Memupuk individu g. Mencapai standar yang tinggi h. Menggunakan penilaian otentik Nurhadi dan Agus (2002:55) menggambarkan Contextual Teaching and Learning strategi dalam mengajar keterampilan bahasa Inggris terpadu. Mereka adalah sebagai berikut: a. Masalah Pembelajaran Berbasis b. Koperasi Belajar c. Penyelidikan d. Authentic Belajar e. Proyek Pembelajaran Berbasis f. Kerja-Pembelajaran Berbasis g. Layanan Belajar Berdasarkan definisi, komponen, dan strategi CTL untuk mengajar dijelaskan sebelumnya pengajaran keterampilan yang terintegrasi 56 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
dibangun. Mereka adalah sebagai berikut: a. Teknik ini mengambil 90 menit untuk satu pertemuan. b. Guru memperkenalkan topik yang akan dibahas. Topik dapat ditemukan dalam kehidupan nyata mereka. c. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang apa yang mereka tahu tentang topik. d. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, yang masingmasing terdiri dari empat siswa yang heterogen. e. Para siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok untuk menemukan solusi dari masalah. f. Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru harus berjalan sekitar sehingga mereka bisa membantu dan membimbing siswa komunikatif dan ramah. g. Setelah dua puluh menit, masingmasing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka secara lisan. h. Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, guru memberikan komentarnya atau saran tentang presentasi dan pahala juga. i. Kemudian, guru membagikan model menulis tentang topik yang sedang dibahas. j. Guru harus membimbing siswa untuk berhubungan model penulisan dengan kehidupan nyata siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan. k. Para siswa menulis komposisi berdasarkan model yang diberikan, tetapi siswa harus berhubungan dengan pengalaman mereka dan kehidupan mereka sehari-hari. l. Sementara siswa menulis, guru memantau dan membantu mereka komunikatif dan ramah. m. Guru mengumpulkan hasil karya siswa. n. Guru menggunakan penilaian otentik untuk mengevaluasi proses belajar siswa dan hasil. Sejumlah penelitian telah dilakukan tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) dan mengajar keterampilan yang terintegrasi. Misalnya, Shuqin (2004) melakukan penelitian aksi tentang bagaimana untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswanya di bagian berbicara dan mendengarkan di kelas keterampilan yang terintegrasi dari bahasa Inggris. Selain itu, Sylvia (2003) meneliti tentang penggunaan gambar latihan dikte untuk melatih semua empat keterampilan. Dia difokuskan pada memilih atau mempersiapkan teks dalam hal visual yang jelas sehingga dapat 57 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
digunakan untuk dikte gambar, yang melibatkan peserta didik dalam empat keterampilan mendengarkan dengan penuh perhatian, menyenangkan dan bunga, berbicara dengan percaya diri, membaca dengan hati-hati dan tujuan dan menulis dengan akurasi. Hasilnya adalah bahwa peserta didik menyukai dikte gambar karena itu positif dan menarik. Ketika mereka melakukan dikte yang sebenarnya, mereka telah sudah dipersiapkan dengan baik. C. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan dalam kelas bahasa adalah alat untuk guru dan pengembangan kurikulum. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang pengajaran di kelas dan pembelajaran (Gregory di Riordon, 1981). Dengan kata lain, teori dan praktek datang bersama-sama dalam penelitian ini. Penelitian tindakan dilakukan baik untuk memecahkan masalah guru atau meningkatkan pengajaran keterampilan yang terintegrasi bahasa Inggris di SMA Bina Warga 2 Palembang. Dalam penelitian ini, penulis menerapkan penelitian tindakan kolaboratif. Ini melibatkan mereka yang bertanggung jawab untuk tindakan dalam meningkatkan itu, memperluas kelompok peneliti dari mereka yang paling langsung terlibat sebanyak mungkin dari mereka yang terkena dampak oleh praktek yang bersangkutan (Kemis & Robin, 1988). Ini berarti peneliti dan lain guru bahasa Inggris menjadi tim yang bekerja sama untuk memecahkan masalah dalam mengajar keterampilan yang terintegrasi dari bahasa Inggris. Definisi Operasional Persyaratan Kunci: a. Contextual Teaching and Learning adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada premis bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteks (Johnson: 2002). b. Keterampilan Terpadu adalah ajaran dari empat keterampilan bahasa Inggris (Mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis) Para peserta penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Bina Warga 2 Palembang yang sedang belajar bahasa Inggris kemahiran II (subjek keterampilan terintegrasi). Kelas ini terdiri dari 25 siswa. Siswa-siswa ini terpilih sebagai peserta karena mereka sedang mempelajari subjek keterampilan terintegrasi dan peneliti sendiri mengajar subjek ini semester ini. 58 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
Pengamatan langsung dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi di kelas sambil menerapkan Contextual Teaching and Learning dalam mengajar keterampilan yang terintegrasi dari bahasa Inggris. Peneliti sebagai pengamat yang mengamati kegiatan, masyarakat, dan aspek fisik dari situasi dan terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan situasi tertentu yang memberikan informasi yang berguna (Spradley, 1980 di Mills, 2003:103) mengumpulkan data selama tindakan. Daftar periksa guru digunakan untuk membantu pengamat mengamati apa guru dan siswa lakukan di kelas. Selain itu, daftar periksa observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang keterampilan yang telah dikuasai oleh para siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, itu adalah penilaian bagi guru dan siswa. Untuk menganalisis data, analisis induktif digunakan. Analisis induktif menurut Johnson (2005:83-84) digunakan untuk melihat kelompok data dan mencoba untuk membujuk atau menciptakan ketertiban dengan mengorganisir ke dalam kelompok atau mendefinisikan dan menggambarkan kategori seperti item, tema, atau pola. Oleh karena itu, data yang diperoleh dari observasi, kuesioner, dan wawancara dianalisis secara induktif dengan tema daftar yang telah terlihat muncul. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dibagi menjadi tiga siklus, yang masing-masing terdiri dari lima tahap: amati, rencana, tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Tujuan utama dari penelitian tindakan adalah baik memecahkan masalah guru atau meningkatkan instruksi. Penelitian tindakan dilakukan baik untuk memecahkan masalah guru atau meningkatkan pengajaran keterampilan yang terintegrasi bahasa Inggris di Sekolah Bina 2 Warga Senior Tinggi Palembang.Berdasarkan kuesioner observasi dan wawancara dalam tiga siklus yang ditahan selama 10 pertemuan untuk mengetahui sejauh CTL dapat meningkatkan pengajaran keterampilan yang terintegrasi di kelas X Sekolah Bina Warga Senior Tinggi, ada beberapa masalah yang muncul selama tiga siklus ketika guru menerapkannya. Masalah adalah sebagai berikut: 4.2.1 Terbatas Kosakata; 4.2.2 Kurangnya kepercayaan diri; 4.2.3 Para anggota kelompok; 4.2.4 Menggunakan Bahasa Indonesia, dan 4.2.5 Kurangnya tata bahasa 59 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
E. KESIMPULAN Secara keseluruhan, Pelaksanaan Contextual Teaching and Learning dalam pengajaran keterampilan yang terintegrasi telah berhasil meningkatkan pengajaran keterampilan yang terintegrasi di kelas X Palembang Sekolah Bina Warga Senior Tinggi. Temuan utama dari penelitian ini adalah: a. Semua siswa tertarik pada materi yang berkaitan dengan kehidupan dan pengalaman mereka. b. Semua siswa menemukan mudah untuk terlibat dalam empat keterampilan setelah guru menghubungkan materi dalam satu keterampilan untuk keterampilan lain dengan baik. c. Para siswa termotivasi untuk belajar keterampilan yang terintegrasi (kemampuan bahasa Inggris) yang membuat mereka lebih aktif untuk terlibat dalam kegiatan kelas. Dengan kata lain, CTL dapat membuat siswa lebih aktif dari sebelumnya atau CTL dapat memecahkan masalah ketiga. Hal ini dapat diketahui dari kuesioner dan wawancara tentang motivasi mereka. d. Hampir semua siswa lebih percaya diri untuk mendapatkan terlibat dalam kegiatan kelas, yang membuat mereka lebih aktif di kelas. Hanya satu siswa yang tidak lebih percaya diri karena masalah pribadinya. e. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa CTL telah berhasil memecahkan tiga masalah (materi, metode: integrasi dari empat keterampilan, dan ketidakpedulian siswa). Dengan kata lain, CTL dapat meningkatkan pengajaran keterampilan yang terintegrasi di kelas X SMA Bina Warga 2 Palembang. 60 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
REFERENCES Andayani. 2007.Pemantapan Kemampuan Profesional. Tim FKIP. Jakarta: Universitas Terbuka Brown, H. Dauglas. 1994. Teaching by Principles: An Interaction Approach Language Pedagogy. New Jersey: Prentice hall Regents Prentice-Hall Inc. Celce, Marainne and Muricia. 2001. Teaching as English a Second or Foreign Language. New York: Heinle & Heinle. Johson, Andrew P. 2005. A Short Guide to Action Research. Boston: Pearson Education, Inc. Johnson, Elain. 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is and Why it s here to stay. California: Corwin Press, Inc. Linch, Richard L. and Dorothy Harnish. 2003. Implementing Contextual Teaching and Learning by Novice Teachers. (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Oxford, Rebecca. 2001. Integrated Skills in the ESL/EFL Classroom. Digest September. 2001. http://www.monografias.com/tra bajost17/integrated Skills/integrated-skill.html Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam mengajar. Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK. Richards, J. C and C Lockhart. 1994. Reflective Teaching in Second Language Classroom. Cambridge: Cambridge University Press. Kemmis, Stephen and Robin Mc Taggart. 1998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University. Beasley, Alan. 2001. Contextual Teaching and Learning. http:www.besteducationalservices.com/contextual,pdfh http://www.coc.uga.edu/ctl/case study/final.pdf Mills, Geffrey E. 2003. Action Research: A guide for the Teacher Researcher. New Jersey:Pearson Education Inc. Nunan, D. 1989. Designing tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press. Nurhadi, and Agus. G. S. 2003. Pembelajaran Kontextual 61 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)
62 (Ripteksi Kependidikan PGRI, Volume 1, Nomor 1, Februari 2013: Hlm. 53-61)