BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Secara keseluruhan penelitian ini telah mencapai tujuan umum dan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan model pelatihan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

Studi Penyelenggaraan Pendidikan Non Formal Dalam Era Otonomi Daerah (Pedoman Wawancara untuk Penilik PLS)

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan semakin meningkatnya peradaban hidup

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam

Kabupaten Bogor, orang diantaranya peserta didik Pendidikan kewirausahaan masyarakat yang didalamnya termasuk program Kursus

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan, analisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yakni mengembangkan sebuah model pendekatan andragogi pada pembelajaran

2016 MANFAAT HASIL KURSUS TATA RIAS WAJAH PENGANTIN MODEREN SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENATA RIAS PENGANTIN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan hidup ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

WORKSHOP EVALUASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

bagi warga masyarakat dalam menemukan kebutuhan belajarnya berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

1. Profil sekolah setelah diterapkan pengawasan patok duga standar pelayanan. sekolah), berdasarkan hasil pengawasan dan peniiaian dapat dicapai skor

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap proses pelatihan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab penutup ini berisi dua hal yang akan dikemukakan yakni pada bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR IPA TENTANG SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI METODE DISKUSI DENGAN TEHNIK PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 40 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN TERHADAP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (Penelitian Tentang Keaksaraan di PKBM Hidayah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap umat manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

6.3.2 Pengadministrasian Satuan PAUD SEHARUSNYA memiliki berbagai buku untuk admnistrasi.

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI PIDIE NOMOR : 09 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

DIVESIFIKASI LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN & REVIEW MATERI. Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan umat manusia. berkualitas yang akan mampu menghadapi tantangan kehidupan yang

Transkripsi:

224 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara keseluruhan penelitian ini telah mencapai tujuan umum dan tujuan khusus penelitian. Tujuan umum penelitian ini adalah menemukan model pembelajaran program kursus wirausaha pedesaan berbasis potensi lokal untuk kemandirian warga belajar. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan kondisi objektif pembelajaran program keterampilan yang dilaksanakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2) mengembangkan model pembelajaran program kursus wirausaha pedesaan berbasis potensi lokal untuk kemandirian warga belajar yang dilaksanakan oleh PKBM Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 3) mengkaji efektifitas model pembelajaran program kursus wirausaha pedesaan berbasis potensi lokal untuk kemandirian warga belajar yang dilaksanakan oleh PKBM Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 1. Deskripsi Kondisi Objektif Pembelajaran Program Keterampilan yang dilaksanakan oleh PKBM Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Pembelajaran program keterampilan yang dilaksanakan oleh PKBM di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo belum berlangsung secara optimal. Hal ini terlihat pada kegiatan yang dilaksanakan ditahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pembinaan, penilaian dan pengembangan serta kekurang mampuan warga belajar mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupannya setelah ia mengikuti kegiatan belajar.

225 Studi pendahuluan menunjukkan bahwa: 1) ditahap perencanaan, rekrutmen calon warga belajar tidak disertai dengan upaya mengetahui karakteristik calon warga belajar, program keterampilan ditentukan sendiri oleh pengelola PKBM tanpa melalui identifikasi kebutuhan yang melibatkan warga belajar, penyusunan program pembelajaran belum berorientasi kepada pemanfaatan potensi lokal dan kewirausahaan sehingga warga belajar setelah mengikuti kegiatan belajar baru sekedar mengetahui apa yang ia pelajari belum sampai kepada merasakan manfaatnya, 2) ditahap pengorganisasian, pembagian tugas penyelenggara program dan tutor dilakukan sendiri oleh pengelola PKBM, uraian tugas yang disusun pengelola PKBM kurang lengkap dan proporsional, 3) ditahap pelaksanaan, pendekatan andragogi dan metode pembelajaran partisipatif belum diterapkan secara optimal seperti kurangnya tutor melakukan bina keakraban di awal pembelajaran, kurangnya tutor memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk bertanya atau menjawab pertanyaan, 4) ditahap pembinaan, kegiatannya belum optimal dan tidak terdokumen dengan baik sehingga sulit untuk melakukan tindak lanjut, 5) ditahap penilaian, kegiatannya berbentuk nontes yang dilakukan tutor disaat proses belajar berlangsung dan hasil pelaksanaannya tidak terdokumentasi dengan baik. Akibatnya hasil evaluasi tidak terkomunikasikan kepada warga belajar kursus, 6) ditahap pengembangan, pengelola PKBM dan penyelenggara membentuk kelompok usaha mandiri tanpa ada pendampingan teknis maupun program jaringan kemitraan yang jelas sehingga hal ini menyebabkan antara lain warga belajar mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan hasil belajarnya.

226 2. Pengembangan Model Pembelajaran Program Kursus Wirausaha Pedesaan Berbasis Potensi Lokal untuk Kemandirian Warga Belajar Pengembangan model pembelajaran ini landasan konsepnya adalah kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi (UU Nomor 20 tentang Sisdiknas Tahun 2003). Untuk memudahkan pemahaman mengaplikasikan model pembelajaran ini, mekanisme kerjanya menggunakan pendekatan fungsi manajemen pendidikan nonformal meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pembinaan, penilaian dan pengembangan dengan memilah secara jelas komponen, proses dan tujuannya. 1) perencanaan, meliputi: rekrutmen calon warga belajar, identifikasi kebutuhan dan sumber serta kemungkinan hambatan, rekrutmen calon tutor, menyusun program pembelajaran, menyusun tata tertib kursus, 2) pengorganisasian, meliputi; pembentukan penanggung jawab kursus, pembagian tugas pengelola PKBM, penyelenggara kursus, tutor dan warga belajar, 3) pelaksanaan, terdiri dari orientasi bagi penyelenggara dan tutor mengenai mekanisme pembelajaran, proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan andragogi dan metode pembelajaran partisipatif dan bimbingan individual, 4) pembinaan, meliputi: pembinaan internal yang dilakukan oleh pengelola PKBM, penyelenggara kursus dan tutor, pembinaan eksternal dilakukan oleh instansi teknis seperti Dinas Pendidikan Kecamatan/Kabupaten//Provinsi. 5) Penilaian, dilakukan untuk menilai: kegiatan

227 belajar, hasil belajar, dan pascabelajar, 6) Pengembangan, berupa: pembentukan kelompok usaha, pendampingan teknis, dan jaringan kemitraan Untuk mengetahui keberhasilan model pembelajaran yang dikembangkan ini ditetapkan indikator-indikator sebagai kriteria keberhasilannya, yaitu kriteria dilihat dari aspek proses pembelajaran dan kriteria dilihat dari pasca belajar. 3. Kajian Efektifitas Model Pembelajaran Program Kursus Wirausaha Pedesaan Berbasis Potensi Lokal untuk Kemandirian Warga Belajar Efektifitas model pembelajaran Progran Kursus Wirausaha Pedesaan berbasis potensi lokal untuk kemandirian warga belajar ditunjukkan oleh adanya apresiasi positif dari pihak pengelola PKBM, penyelenggara kursus, tutor dan warga belajar terhadap model yang sudah diimplementasikan. Mereka mengungkapkan bahwa a) langkah-langkah yang dilakukan dalam implementasi sistematik dan urutannya sangat tepat karena diawali dari perencanaan sampai pengembangan sehingga mudah dipahami dan diaplikasikan b) pendekatan andragogi, metode pembelajaran partisipatif dan bimbingan individual yang diterapkan dalam proses pembelajaran mampu menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan dan memberi kesempatan kepada setiap orang untuk berperan aktif c) materi kursus terdiri dari materi keterampilan berbasis potensi lokal dan materi kewirausahaan dapat menumbuhkan motivasi berusaha di kalangan warga belajar dengan memanfaatkan potensi lokal, selain itu memberi kesan bahwa warga belajar kursus tidak merasa asing dalam pemanfaatannya, mudah menyiapkannnya, murah mengadakannya, menumbuhkan rasa kebanggaan atas daerahnya, warga belajar kursus dapat

228 mewujudkan partisipasinya sebagai warga masyarakat menunjang salah satu program unggulan provinsi Gorontalo di bidang pertanian jagung. f) pembinaan program yang dilakukan membuat kegiatan kursus berjalan optimal dan jika ada permasalahan yang ditemui segera beroleh penyelesaiannya, g) hasil belajar yang diperoleh warga belajar disertai pengembangan program melalui pembentukan kelompok usaha, pendampingan tehnis, jaringan kemitraaan dan bantuan modal usaha dirasakan oleh warga belajar mampu menumbuhkan perilaku mandiri pada dirinya. Sikap-sikap seperti memiliki rasa tanggung jawab, tidak tergantung kepada orang lain, memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin dan berani menanggung resiko dapat ditunjukkan oleh warga belajar selama mereka mengikuti kegiatan kelompok usaha yang dibentuk oleh PKBM. Efektifitas model pembelajaran ini juga ditunjukkan oleh adanya hasil analisis data kuantitatif terhadap tes hasil belajar melalui uji t bahwa 1) kelompok eksperimen tingkat penguasaan materi pembelajarannya lebih merata dibanding kelompok kontrol, 2) rata-rata hasil tes kelompok eksperimen lebih tinggi dari ratarata hasil tes kelompok kontrol, 3) telah terjadi peningkatan prestasi belajar warga belajar dari pelaksanaan uji coba tahap pertama ke uji coba tahap kedua. B. Rekomendasi 1. Rekomendasi Untuk Perluasan Penerapan Model Model pembelajaran kursus wirausaha pedesaan berbasis potensi lokal untuk kemandirian warga belajar ini terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran program keterampilan di PKBM. Model pembelajaran ini disusun secara sederhana,

229 praktis dan sistematis sehingga mudah dipelajari dan diterapkan dalam satuan pendidikan nonformal. Data menunjukkan bahwa dalam implementasinya model pembelajaran ini telah mampu menghasilkan prestasi belajar warga belajar kursus dengan nilai hasil belajar yang diperoleh berkategori baik dan baik sekali (rentang nilai 61 s.d. 100). Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu data menunjukkan bahwa sejumlah 35 orang peserta kursus merasakan manfaat dari model pembelajaran ini berupa adanya motivasi berwirausaha dengan memanfaatkan potensi lokal dan tumbuhnya perilaku mandiri. Agar model pembelajaran program kursus wirausaha pedesaan berbasis potensi lokal ini dapat memberi peran kepada pengelolaan pembelajaran di bidang pendidikan nonformal, diperlukan upaya penyebarluasan kepada satuan pendidikan nonformal untuk dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan program pembelajaran keterampilan. Untuk keperluan di atas peneliti merasa tepat memberikan rekomondasi kepada: a) pemerintah yang bertanggungjawab membina program pendidikan nonformal khususnya subdin/bidang yang menangani pendidikan nonformal di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi untuk mempertimbangkan menerima model pembelajaran program kursus wirausaha pedesaan berbasis potensi lokal ini sebagai salah satu pedoman penyelenggaraan program pendidikan keterampilan di wilayahnya masingmasing sekaligus mensosialisasikannya kepada satuan pendidikan nonformal yang ada, b) Pengelola PKBM untuk mempertimbangkan menerima model pembelajaran kursus wirausaha pedesaan berbasis potensi lokal ini sebagai pedoman dalam

230 melaksanakan program keterampilan di PKBM yang dikelolanya, c) Tutor keterampilan di satuan pendidikan nonformal untuk mempertimbangkan mempelajari dan menguasai mekanisme pembelajaran yang ada dalam model pembelajaran ini sekaligus dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran, d) Petugas lapangan pendidikan nonformal (Penilik PNF dan Tenaga Lapangan Dikmas) untuk mempertimbangkan mempelajari model pembelajaran ini sekaligus menjadikannya sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan tugas pembinaan program pendidikan nonformal 2. Rekomendasi Untuk Penelitian Lanjutan Untuk kepentingan penelitian lanjutan dapat direkomendasikan mengambil beberapa tema yang bersumber dari hasil penelitian ini baik yang bersifat repleksi maupun perluasannya. Penelitian ini menemukan banyak hal yang sesungguhnya menarik untuk dilakukan penelitian lanjutan. Keterbatasan waktu dan kompleksitasnya pendidikan nonformal membuat ada hal-hal yang masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagaimana disebutkan dalam keterbatasan penelitian, faktor pendukung dan faktor penghambat.

231