BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

DIMAS WILANTORO NIM: C.

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional disatu sisi telah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Begitu pun dalam hal lalu-lintas atau transportasi.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tata cara kita berperilaku atau

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

I. PENDAHULUAN. dengan pulau yang lain. Kondisi dan keadaan seperti itulah yang mengakibatkan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari bidang kegiatan transportasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berbagai informasi, hal tersebut telah membawa dampak yang. signifikan dalam merencanakan sebuah perjalanan wisata.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 62

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. mempererat hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya

ASPEK HUKUM PERJANJIAN TERHADAP JASA ANGKUTAN UMUM DARAT ANDI ASTRIYANI MATTANANG / D

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi atau pengangkutan merupakan kebutuhan manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Pentingnya transportasi tersebut tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang dari dan keseluruh pelosok tanah air bahkan dari dan keluar negeri. Transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi namun belum berkembang dalam peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasilhasilnya. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya akan kebutuhan alat transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pembangunan yang berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan diberbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air misalnya, sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. 1 Secara umum masyarakat yang melakukan pergerakan dengan tujuan yang berbeda-beda membutuhkan sarana penunjang pergerakan berupa angkutan pribadi (mobil, motor) maupun angkutan umum (paratransit dan masstransit). Angkutan umum paratransit merupakan angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal yang tetap dalam beroperasi disepanjang rutenya, sedangkan angkutan 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm. 8. 1

umum masstransit merupakan angkutan yang memiliki rute dan jadwal yang tetap serta tempat pemberhentian yang jelas. Pada umumnya sebagian besar masyarakat sangat tergantung dengan angkutan umum bagi pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, karena sebagian besar masyarakat tingkat ekonominya masih tergolong lemah atau sebagian besar tidak memiliki kendaraan pribadi. Banyaknya kelompok yang masih tergantung dengan angkutan umum ini tidak diimbangi dengan penyediaan angkutan umum yang memadai, terutama ditinjau dari kapasitas angkut. Akibatnya hampir semua angkutan umum yang tersedia terisi penuh sesak oleh penumpang. Hal ini menyebabkan para penumpang berusaha memilih alternatif angkutan umum lainnya yang dirasa lebih nyaman, efektif dan efisien meskipun dengan biaya yang cukup besar. Hal tersebut menunjukkan arti pentingnya tranportasi di Indonesia, sehingga pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan transportasi atau pengangkutan mutlak diperlukan. Pembangunan yang baik dan berkualitas tidak hanya mengenai peningkatan mutu sarananya saja, tetapi juga harus menyangkut pembangunan aspek hukum transportasi sendiri. Pembangunan hukum tidak hanya menambah peraturan baru atau merobah peraturan lama dengan peraturan baru tetapi juga harus dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terkait dengan sistem transportasi terutama pengguna jasa trans portasi. Mengingat penting dan strategisnya peran lalu lintas dan angkutan jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak serta sangat penting bagi seluruh masyarakat, maka pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana pengangkutan perlu di tata dan di kembangkan dalam sistem terpadu. 2

Banyak pengemudi kendaraan bermotor tidak memiliki izin untuk mengemudi termasuk pengemudi angkutan kota, hal ini tentu menyalahi aturan karena dalam penerapannya Surat Izin Mengemudi (SIM) itu diperlukan untuk membuktikan bahwa pengemudi mampu mengendarai kendaraan dengan baik dan benar. Apabila pengemudi angkutan kota tidak memiliki SIM maka akan berdampak merugikan dan membahayakan keselamatan penumpang. Angkutan kota yang dikemudikan oleh seorang sopir tentunya harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), akan tetapi pada prakteknya masih banyak pengemudi angkutan kota yang tidak memiliki SIM bagi pengemudi angkutan umum dan bahkan ada juga yang tidak memiliki SIM sama sekali. SIM bagi pengemudi angkutan umum sesuai dengan Pasal 82 huruf a Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Surat Ijin Mengemudi A Umum, akan tetapi banyak pengemudi angkutan kota yang hanya memiliki Surat Izin Mengemudi A yang mengoperasikan angkutan kota. Hal ini tentunya menjadi suatu masalah besar dalam pengangkutan dan bisa merugikan dari segi kenyamanan dan keselamatan penumpang. Dalam masalah ini diperlukan pengawasan dari aparat yang bersangkutan agar masalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Banyaknya pengemudi angkutan kota yang tidak memiliki SIM dan yang memiliki SIM tapi tidak sesuai dengan peruntukannya dapat membahayakan keselamatan penumpang yang bisa mengakibatkan kecelakaan. Kebiasaan dari para pengemudi angkutan kota yang sering berganti untuk mengemudikan satu angkutan kota saat pengemudi yang sesungguhnya beristirahat juga menjadi suatu masalah ketika pengemudi yang sering disebut sopir tembak tidak memiliki SIM, 3

belum berpengalaman dalam berkendaraan dan suka ugal-ugalan dijalan. Hal ini tentunya membahayakan keselamatan jiwa penumpang dan pengemudinya senidiri dan merugikan banyak orang. Apabila terjadi suatu kecelakaan maka dibutuhkan perlindungan hukum bagi penumpang. Disinilah dibutuhkan peranan dari pihak Kepolisian untuk melakukan pengawasan dan tindakan tegas dalam menyelesaikan masalah ini. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut, oleh karena itu penulis mengambil judul skripsi tentang ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN KOTA YANG MENGALAMI KECELAKAAN LALU LINTAS DIKEMUDIKAN OLEH PENGEMUDI YANG TIDAK MEMILIKI SIM DAN ATAU MEMILIKI SIM TIDAK SESUAI PERUNTUKAN. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka untuk membatasi luasnya permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peranan Kepolisian dalam memberikan pengawasan dan pembinaan bagi pengemudi angkutan kota yang tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi dan atau yang memiliki Surat Ijin Mengemudi tapi tidak sesuai peruntukan? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap penumpang angkutan kota yang mengalami kecelakaan lalu lintas dikemudikan oleh 4

pengemudi yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi dan atau memiliki Surat Izin Mengemudi tidak sesuai peruntukan? C. Maksud dan Tujuan Dalam penelitian yang dilakukan ini mengidentifikasikan pada maksud dan tujuan yang diharapkan yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah peranan aparat dalam memberikan pengawasan dan pembinaan bagi pengemudi angkutan kota yang tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi dan memiliki Surat Ijin Mengemudi tidak seesuai peruntukan. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan lalu lintas dikemudikan oleh pengemudi yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi dan atau memiliki Surat Izin Mengemudi tapi tidak sesuai peruntukan. D. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kegunaan atau kontribusi positif baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu: 1. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah dalam rangka pengetahuan, untuk memperluas pemahaman bagi perkembangan yang diajukan pada 5

disiplin ilmu hukum yaitu hukum perdata. Khusus diarahkan mengenai hukum perijinan. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan sebagai informasi dan masukan bagi pengangkut angkutan kota yang terkait dengan persoalan jasa transportasi khususnya aspek yuridis berkenaan dengan Surat Izin Mengemudi bagi pengemudi angkutan kota dan pengetahuan bagi penulis yang selama ini hanya diperoleh dibangku kuliah. E. Kerangka Pemikiran Perlindungan merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada setiap masyarakat. Dengan menyadari pentingnya peranan jasa transportasi yang tertib, nyaman, cepat, teratur, lancar, dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Pengganti UU No. 14 Tahun 1992, serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan yang masih berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan peraturan pelaksana dari UU No. 14 Tahun 1992 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324 UU No. 22 Tahun 2009 bahwa : Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 6

49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini. Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut : 1. Ada sesuatu yang diangkut; 2. Tersedianya alat angkut sebagai alat angkutnya, dan; 3. Ada tempat yang dapat dilalui alat angkut. 2 Seperti perjanjian-perjanjian pada umumnya, dalam perjanjian pengangkutan para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan isi dari perjanjian yang akan dibuatnya. Apabila terjadi kelalaian pada salah satu pihak, maka akibat-akibatnya ditetapkan sebagaimana berlaku untuk perjanjian-perjanjian pada umunya dalam buku ke tiga dari Kitab Undangundang Hukum Perdata. 3 Menurut Abdul Kadir Muhammad perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan. Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara lisan, tetapi didukung oleh dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi dan mengikat. 4 2 Ridwan Khairandi, Pengantar Hukum Dagang, FH UII PRES, Yogyakarta, 2006, hlm. 178. 3 Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 70. 4 Ibid, hlm. 46. 7

Mengenai perjanjian pengangkutan barang, objek perjanjian adalah benda atau binatang, sedangkan dalam perjanjian pengangkutan orang, yang menjadi obyek adalah orang. Dalam hal objek pengangkutan itu barang, mulai pada saat diserahkan barang itu kepada pengangkut, maka penguasaan dan pengawasan atas benda-benda itu ada ditangan pengangkut. Perjanjian pengangkutan ini bersifat timbal balik, artinya kedua belah pihak masing-masing mempunyai kewajiban dan hak. Kewajiban pengangkut adalah menyalenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan selamat, sedangkan kewajiban penumpang adalah membayar biaya pengangkutan. Dengan pemenuhan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut dapat dikatakan prestasi para pihak sudah dipenuhi. Menurut Abdul Kadir Muhammad, dalam perjanjian pengangkutan: penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus mampu melakukan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian. Manfaat pengangkutan dapat dilihat dari berbagai segi diantaranya manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal darimana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan, kemana kegiatan pengangkutan berakhir. Karena kegiatan pengangkutan sebagai kegiatan memindahkan barang atau orang, maka pengangkutan menghasilkan jasa-jasa angkutan sebagai produksinya, yang merupakan jasa dalam angkutan atau proses pengangkutan orang atau barang. Didalam pengangkutan terdapat lima unsur pokok yakni : (1) manusia, yang 8

membutuhkan; (2) barang, yang dibutuhkan; (3) kendaraan, sebagai alat angkut; (4) jalan, sebagai prasarana angkutan dan (5) organisasi, yaitu pengelola angkutan. Kebutuhan akan pelayanan angkutan penumpang pada daerah perkotaan, biasanya dilayani oleh angkutan kota. Angkutan kota sebagai suatu kebutuhan yang penting bagi masyarakat dalam menjalankan aktifitas seharihari harus lolos dari uji kelaikan dan pengemudinya sudah lulus tes izin mengemudi sehingga keselamatan penumpang lebih terjamin. Pengangkutan harus berupaya untuk menghindari, mencegah dan mengurangi kerugian penumpang selama berlangsungnya pengangkutan sesuai dengan kewajiban sebagai pengangkut yaitu menyelenggarakan pengangkutan orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat. Pengangkut bekerjasama dengan perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya ganti rugi yang akan dibayarkan kepada penumpang. Terkadang penumpang kurang puas dengan besarnya ganti rugi yang diberikan oleh pihak pengangkut, sehingga penumpang mengajukan klaim asuransi yang lebih besar kepada pengangkut. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang disebut dengan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Keberadaan angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi 9

masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan murah. 5 Sebagai suatu keperluan yang penting dalam kehidupan sehari-hari angkutan umum harus tersedia dengan baik. Dalam pasal 138 ayat 2 bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Ketersediaan angkutan umum disetiap daerah ataupun provinsi dijamin oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Angkutan umum dikemudikan oleh seorang pengemudi yang melaksanakan langsung operasional angkutan umum. Seorang pengemudi angkutan umum bertugas untuk mengantarkan penumpang kelokasi tujuan dari penumpang. Pengemudi selaku pelaksana secara langsung operasional angkutan tentunya sudah harus memiliki Surat Izin Mengemudi. Surat Izin Mengemudi adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (1) menyatakan bahwa: Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Surat Izin Mengemudi mempunyai fungsi sebagai: 5 Angkutan Umum http://kardady.wordpress.com/angkutan-umum/ diakses 12 Juni 2013 21:01 10

1. sebagai bukti kompetensi mengemudi; 2. sebagai registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap pengemudi; 3. sebagai sarana mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan dan identifikasi forensik kepolisian. F. Metode Penelitian Dalam uraian sub bab menyangkut metode penelitian ini lebih lanjut dapat diperinci hal-hal sebagai berikut : 1. Spesifikasi Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yang bersifat deskriftif analisis, yaitu penelitian terhadap kaidah/hukumnya itu sendiri. Yaitu terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu. Penelitian deskriftif analisis seringkali disebut sebagai penelitian doktrinal, karena obyek kajiannya adalah dokumen peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka. Penelitian normatif digunakan untuk menelaah ketentuan mengenai perlindungan hukum penumpang angkutan kota dan asuransi dalam undang-undang jasa raharja dan undang-undang lalu lintas dan jalan yang kemudian dijadikan sebagai landasan untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pengemudi dan penumpang angkutan kota apabila salah satu pihak merasa dirugikan. 2. Metode Pendekatan 11

Metode pendekatan yaitu yuridis-normatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kepustakaan, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (the statute approach) dan pendekatan analisa konsep hukum (analytical andconceptual approach). 6 Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan hukum penumpang dalam undang-undang lalu lintas dan undang-undang jasa raharja. 3. Jenis dan Sumber Data Guna memperoleh data yang akurat untuk penelitian ini, maka data tersebut diperoleh melalui dua cara yaitu : a. Data Primer Yaitu hasil interview atau wawancara pada Kepolisian dan Jasa Raharja. b. Data Sekunder Bersifat menjelaskan data primer atau bahan hukum primer, yaitu berupa tinjauan kepustakaan buku-buku literatur, karya ilmiah untuk mencari konsep-konsep, teori pendapat yang berkaitan erat dengan permasalahan yang berhubungan dengan ruang lingkup dari kerangka proposal ini, kemudian memperbandingkannya dengan teori-teori yang penulis dapat dalam materi mata kuliah hukum perdata. Juga perundangundangan, majalah, media masa dan internet. 6 Soerjono Soekanto dan H. Abdurahman, Metode penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 56. 12

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian ini dikumpulkan dan teknik yang dipergunakan dalam pengolahan data untuk memperoleh data yang akurat, jelas serta representatif adalah : a. Studi Pustaka Dengan mempelajari materi-materi bacaan berupa literaturliteratur, catatan-catatan, peraturan perundangan yang membahas tentang Surat Izin Mengemudi dan angkutan kota yang berlaku untuk memperoleh data sekunder dan informasi yang tersedia, yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. b. Wawancara atau Interview Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan interview/wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, meminta penjelasan-penjelasan secara lisan sehingga diperoleh informasi secara langsung dari responden yang termasuk salah satu objek penelitian. Wawancara dilakukan secara langsung dan tidak langsung dengan Kepolisian, Jasa Raharja, pengemudi angkutan kota di Kota Cirebon melalui tanya jawab lisan dan penyebaran daftar kuisioner. Diharapkan dengan wawancara ini dapat mendekati 13

keadaan yang sebenarnya karena didasarkan pada spontanitas yang diwawancarai. 7 c. Observasi Teknik observasi studi langsung terhadap tempat yang dijadikan objek penelitian yaitu Kepolisian sebagai pihak yang mengawasi dan penyedia Surat Izin Mengemudi bagi pengemudi angkutan kota dan Jasa Raharja sebagai pemberi asuransi apabila terjadi kecelakaan. G. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat atau daerah yang dipilih sebagai tempat pengumpulan data dilapangan untuk menemukan jawaban atas masalah. Lokasi penelitian dilakukan di PT Jasa Raharja yang beralamat di Jalan Wahidin No.32 Kota Cirebon, dengan alasan bahwa perusahaan tersebut berkaitan dengan santunan bagi penumpang yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Polres Kota Cirebon yang beralamat di Jalan Veteran No.5 Kota Cirebon dengan alasan bahwa Polres Kota Cirebon berkaitan dengan penegakan hukum dalam berlalulintas. H. Sistematika Pertanggungjawaban Penulisan Sistematika pembahasan karya tulis ini adalah: BAB I Pendahuluan, dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, kegunaan 7 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 59-60. 14

penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, lokasi penelitian, stematika pertanggungjawaban penulisan. BAB II Tinjauan pustaka, dalam bab ini dibahas pengertian transportasi dan pengangkutan, pengertian lalu lintas dan angkutan jalan, pengertian pengemudi dan penumpang angkutan umum, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengangkutan, bentuk dan penggolongan surat izin mengemudi, perlindungan hukum bagi pengemudi ditinjau dari undang-undang perlindungan konsumen. BAB III Objek penelitian, dalam bab ini di bahas mengenai sejarah dari PT. Jasa Raharja, hak dan kewajiban penumpang angkutan kota, tugas pokok PT. Jasa Raharja, tata cara mendapatkan santunan Jasa Raharja. BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini dikemukakan mengenai peranan aparat dalam memberikan pembinaan dan pengawasan bagi pengemudi angkutan kota yang tidak memiliki SIM dan memiliki SIM tapi tidak sesuai dengan aturan dan perlindungan hukum bagi penumpang angkutan kota yang mengalami kecelakaan lalu lintas dikemudikan oleh pengemudi yang tidak memiliki SIM dan atau memiliki SIM tapi tidak sesuai dengan peruntukan. BAB V Kesimpulan dan saran 15