Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

PEDOMAN LAPORAN BERKALA BANK UMUM (LBBU)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/22/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PEMBENTUKAN COUNTERCYCLICAL BUFFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. NIM, BOPO, CAR, LDR, NPL, size, dan diversifikasi terhadap profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

RANCANGAN POJK PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK (D-SIB) DAN CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kondisi industri bisnis di Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

No. 17/ 2 /DSta Jakarta, 27 Januari Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /POJK.03/2018 TENTANG PENETAPAN BANK SISTEMIK DAN CAPITAL SURCHARGE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)

- 1 - PROYEKSI RASIO-RASIO DAN POS-POS TERTENTU LAINNYA

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. Syariah Berdasarkan Modal Inti, maka perbankan diharuskan untuk memberikan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2015 TENTANG PENETAPAN SYSTEMICALLY IMPORTANT BANK DAN CAPITAL SURCHARGE

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21/POJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM SYARIAH

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. asing. Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh capital adecuacy ratio (CAR),

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR :.../POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

Transkripsi:

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014. Hal tersebut tercermin dari indikator ROA industri perbankan yang lebih rendah ketimbang akhir 2014. Penurunan itu terjadi karena bank-bank lebih berhati-hati dalam berbisnis, antara lain dengan lebih banyak membentuk cadangan kerugian penurunan nilai keuangan (CKPN) seiring dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL). Statistik Perbankan Indonesia menunjukkan NPL pada Oktober 2015 sebesar 2,67% atau naik 33 bps secara tahunan dari 2,34%. Peningkatan NPL itu sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit perbankan yang tumbuh sebesar 10,26% dari Oktober 2014 senilai Rp 3.558.07 triliun, menjadi Rp 3.923, 43 triliun. Selain faktor perlambatan perekonomian domestik, pertumbuhan kredit yang kembali melambat juga terjadi karena adanya pengaruh write off yang dilakukan bank-bank serta penjualan aset beberapa bank ke grup terkait. (Sumber: Bisnis Indonesia, 04 Januari 2016, 15) Selasa, 05 Januari 2016 Bunga Kredit Bersiap Turun OJK menyatakan ada ruang bagi industri perbankan untuk menurunkan kembali suku bunga kredit pada tahun ini melihat tekanan pada makro ekonomi mulai mereda. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi pada 2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini, yakni sebesar 5,3%. Dengan proyeksi tersebut, para pelaku usaha juga diperkirakan lebih ekspansif sehingga banyak memindahkan simpanan mereka dari dana mahal atau simpanan deposito ke dana murah yang berbentuk simpanan giro. Bank-bank juga akan mengalami situasi dimana menjadi keharusan bagi bank untuk meningkatkan efisiensi di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat. Ditambah lagi,

pemerintah pada tahun ini juga bakal menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp 120 triliun. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Januari 2016, 1) Syarat Bank Penyalur KUR Diperketat Bank yang bakal diperbolehkan menjadi penyalur KUR tahun ini memiliki tingkat rasio kredit bermasalah sektor UMKM di bawah 5%. Penyusunan kriteria ini sejalan dengan upaya OJK dan Komite KUR untuk menambah jumlah bank penyalur KUR pada 2016. Nantinya, bank swasta maupun bank pembangunan daerah (BPD) diperbolehkan menjadi penyelenggara selama memenuhi kriteria yang ditentukan. Bahkan, penyalur baru pun dimungkinkan semua jenis KUR, baik ritel, mikro, maupun TKI. Penambahan bank penyalur ini dibutuhkan mengingat target penyaluran KUR pada 2016 jauh lebih tinggi dari tahun lalu, yaitu Rp 120 triliun dengan suku bunga 9%, sedangkan tahun lalu hanya Rp 30 triliun dengan suku bunga 12%. Dengan jumlah bank penyalur yang ada saat ini, target tersebut diragukan dapat tercapai. Sementara itu, penambahan parameter penilaian yang akan dilakukan OJK terkait bank penyalur KUR ini terdiri dari tingkat kesehatan, likuiditas, efisiensi, dan permodalan. Bank penyalur yang baru harus memiliki kemampuan dalam menyalurkan dananya serta efisiensi yang baik. Hal ini nantinya diukur melalui tingkat LDR dan BOPO. (Sumber: Bisnis Indonesia, 05 Januari 2016, 15) Kamis, 07 Januari 2016 Konsolidasi Perbankan Nasional: Bank BUMN Diandalkan OJK berharap pada tahun ini bank-bank milik negara mulai mendukung program konsolidasi industri perbankan Tanah Air. Setelah bank pelat merah melakukan integrasi mesin anjungan tunai mandiri (ATM) pada akhir tahun lalu, pihaknya juga mendorong bank dengan status BUMN untuk mendukung konsolidasi perbankan nasional. Pihak otoritas telah meminta bank-bank BUMN yang bermodal besar untuk mengakuisisi bankbank kecil sekaligus mengurangi jumlah bank di Indonesia. Seperti diketahui, saat ini jumlah

bank dinilai terlalu banyak, yakni 118 bank. Dari jumlah tersebut, sebanyak 45 bank masuk ke kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) I atau memiliki modal inti kurang dari Rp 1 triliun. Adapun bank yang memiliki modal inti antara Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun atau masuk ke kategori BUKU II sebanyak 49 bank. (Sumber: Bisnis Indonesia, 07 Januari 2016, 15) Jumat, 08 Januari 2016 Implementasi Basel III: DSIB Belum Perlu Tambah Modal OJK menyatakan bank-bank yang masuk dalam daftar Domestic Systemically Important Bank (DSIB) belum perlu menambah modal karena telah memenuhi ketentuan permodalan Basel III tahap awal yang dimulai secara bertahap mulai 1 Januari 2016. Seperti diketahui, dalam PBI Nomor 15/12/PBI/2014 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Bank Umum diatur bahwa pemenuhan aturan Basel III akan dimulai pada awal tahun depan hingga 2019. Besaran capital conservation buffer ditetapkan sebesar 2,5% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR) dan countercyclical buffer dengan kisaran sebesar 0% - 2,5% dari ATMR. Khusus untuk DSIB, regulator menetapkan adanya tambahan capital surcharge yang sebesar 1% - 2,5% dari ATMR. OJK menyatakan bahwa saat ini rerata rasio kecukupan modal/ CAR bank yang masuk dalam daftar DSIB masih berada di atas 14%. Secara hitungan, batas minimum CAR 8%, ditambah CAR profil risiko sekitar 4% dan capital surcharge 2,5% yang per tahunnya 0,625%. Sementara CAR bank-bank itu di atas 13% hingga 14%. Saat ini OJK telah memiliki daftar bank-bank yang masuk kategori DSIB. Namun, daftar tersebut masih sementara karena OJK masih menunggu RUU JPSK disahkan oleh DPR. Adapun, dalam rancangan POJK tentang penetapan bank yang bedampak sistemik (DSIB) dan Capital Surcharge untuk bank berdampak sistemik dilakukan pada Desember 2015 dengan menggunakan data posisi Juni 2015. Penetapan bank yang berdampak sisitemik dilakukan dengan menggunakan metodologi tertentu berdasarkan indikator tertentu, antara lain eksposur bank (size), keterkaitan dengan sistem keuangan domestik (interconnectedness), dan kompleksitas kegiatan usaha (complexity).

OJK menetapkan capital surcharge dengan membagi bank berdampak sistemik menjadi 5 kelompok atau bucket. Bagi bank yang masuk dalam bucket 1 ditetapkan capital surcharge sebesar 1% dari ATMR. Untuk bank bucket 2, ditetapkan sebesar 1,5% dari ATMR. 2% dan 2,5% dari ATMR bagi bank berdampak sistemik yang masuk dalam bucket 5. Namun, hingga sekarang OJK menetapkan tidak ada bank berdampak sistemik yang digolongkan dalam bucket 5. ATURAN BANK INDONESIA Di sisi lain, BI menerbitkan ketentuan yang mewajibkan bank untuk membentuk tambahan modal dalam rangka antisipasi kerugian dari pertumbuhan kredit/pembiayaan yang berlebihan atau countercyclical buffer dalam rangka PBI No. 17/22/PBI/2015 tentang Kewajiban Pembentukan Countercyclical Buffer yang terbit pada 28 Desember 2015. BI menetapkan countercyclical buffer sebesar 0% bagi perbankan yang efektif berlaku 1 Januari 2016. Penetapan ini mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional yang tengah mengalami perlambatan. Ke depan, BI juga akan melakukan evaluasi besaran countercyclical buffer tersebut secara berkala paling kurang sekali dalam 6 bulan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 08 Januari 2016, 15) Kinerja Bank Asing Diyakini Pulih Prospek kinerja bank asing di Indonesia diperkirakan bisa lebih baik pada 2016 dibandingkan dengan 2015. Pasalnya, kejutan kejatuhan harga komoditas sepanjang tahun lalu membuat kinerja terutama laba bersih tertekan cukup dalam. Penurunan harga komoditas yang cukup drastis pada tahun lalu memang menjadi penekan utama sebagian besar kinerja bank asing di Indonesia. Namun, tekanan dari sektor komoditas terhadap kinerja bank asing pada tahun ini agak sedikit berkurang. Peluang membaiknya pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia bisa mendorong kenaikan kredit. Kenaikan kredit akan mendorong fee based income (FBI) juga naik dan NPL dapat ditekan. Sepanjang tahun lalu, Index Commodity Bloomberg, representasi 22 harga komoditas global anjlok 24,7%. Selaras dengan itu, persentase BOPO bank asing secara tahunan (yoy) sampai Oktober 2015 naik 784 bps menjadi 87,2%. Dengan beban operasional yang meningkat, laba bersih bank asing secara keseluruhan sampai Oktober 2015 turun 31,22% menjadi

Rp 5.143 miliar dibandingkan dengan Oktober 2014. (Sumber: Bisnis Indonesia, 08 Januari 2016, 15) ***