BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 104.

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968.

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogis, PT. Rinneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia handal dan mampu berkompetensi. Selain itu

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 21. hlm. 245.

BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), RinekaCipta, Jakarta, 1997, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M / 1436 H

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, sikap soaial, dan

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm. 37. hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan. Pendidikan merupakan wahana untuk menciptakan manusia yang berbudi luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan mengaktualisasi sikap iman dan taqwa kepada Allah SWT. Pendidikan juga diartikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Pada dasarnya pendidikan adalah usaha atau proses perubahan dan perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna. 1 Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat, dan upaya yang timbul pada diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan menyesuaikan dengan tingkah lakunya dalam upaya meningkatkan kemampuan dirinya. 2 Terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dalam suatu situasi tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik merupakan peranan guru atau pendidik. 3 Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah tugas dan tanggung jawab guru yang memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai pengelola dan penyelenggara kegiatan pembelajaran, guru harus mengetahui dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi, bagaimana tingkat kecerdasan peserta didik serta langkahlangkah apa yang harus dilakukan. 4 1 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, LKis, Yogyakarta,2009, hlm.18 2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 33 3 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, Diva Press, Jogjakarta, 2009, hlm. 35 4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm. 10 1

2 Pendidikan adalah usaha atau proses perubahan dan perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna. 5 Terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dalam suatu situasi tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik merupakan peranan guru atau pendidik. 6 Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah tugas dan tanggung jawab guru yang memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai pengelola dan penyelenggara kegiatan pembelajaran, guru harus mengetahui dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi, bagaimana tingkat kecerdasan peserta didik serta langkahlangkah apa yang harus dilakukan. 7 Pengembangan kurikulum yang sangat pesat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan pada masa mendatang. Disinilah tugas seorang guru untuk mendidik peserta didiknya menjadi lebih aktif dan kreatif. Sebagai pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didiknya, tetapi harus mampu memberikan nilai yang dapat diterapkan oleh peserta didiknya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai pendidik harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didiknya tidak jenuh dalam belajar, pendidik harus cermat dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajarnya sehingga peserta didik menjadi tidak bosan dengan materi yang diajarkan. Apabila pendidik mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai maka suasana pembelajaran di kelas akan menjadi menyenangkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan Discovery learning adalah strategi pembelajaan yang cenderung meminta peserta didik untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah sehingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut. Oleh karena itu, peserta didik sendiri yang diminta menemukan suatu teori dengan 5 Moh. Roqib, Op. Cit., hlm.18. 6 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, Diva Press, Jogjakarta, 2009, hlm. 35 7 Moh. Uzer Usman, Op. Cit, hlm. 10

pengalaman belajar yang telah dialami peserta didik. 8 Suatu komponen dari praktek pendidikan yang sering disebut sebagai heuristic teaching, yaitu suatu tipe pengajaran yang meliputi strategi-strategi yang didesain untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientas pada proses, membimbing diri sendiri (self directed). Strategi ini mengizinkan agar peserta didik melakukan penemuan sendiri informasi dalam suasana tradisional. Strategi discovery unik dan dapat disusun oleh pendidik dalam berbagai cara yang meliputi pengajaran keterampilan dan pemecahan masalah sebagai alat bagi peserta didik untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Strategi discovery juga merupkan proses mental dimana peserta didik mampu memadukan suatu proses atau prinsipprinsip. 9 Exposition Learning atau Ekspositori adalah strategi pembelajaran 3 yang cenderung menggunakan cara menjelaskan secara rinci materi yang akan dipelajari. 10 Pendidik hanya memberikan informasi berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil besert bukti-bukti yang mendukung. Peserta didik hanya menerima informasi yang diberikan oleh pendidik dan pengajaran telah diolah oleh pendidik sehingga siap disampaikan kepada peserta didik dan diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya. 11 Himpunan hukum fiqih terbentuk dari hukum Allah dan Rasul-Nya, fatwa para sahabat dan putusan hukum mereka, fatwa para mujtahid dan istimbath mereka, sedangkan sumberhukumnya adalah Al-Qur an, As- Sunnah,dan ijtihad para sahabat dan para imam mujtahid. 12 Dalam istilah ilmu Fiqih, shalat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai dengan ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula. Digunakannya istilah shalat bagi ibadah ini, adalah tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh bahasa, 8 Munif Chatif, Op.Cit, hlm. 130 9 Tatang S., Ilmu Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, Cet. I, 2012, hlm. 115 10 Munif Chatib, Gurunya Manusia (menjadikan semua akan istimewa dan semua anak juara), Mizan Pustaka, Bandung, 2014, hlm. 129 11 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, CV Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 183 12 Moh. Zuhri, Ahmad Qarib, Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama Semarang, Semarang, 1994, hlm. 7

4 karena didalamnya mengandung do a-do a, baik yang berupa permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya. 13 Pada materi pembelajaran ibadah mahdhah (shalat) kelas X MA NU Nurussalam peran guru sangat penting. Karena ibadah shalat tidak cukup disampaikan dan aspek kognitif saja, aspek afektif dan psikomotorik sangat penting. Jadi pada strategi discovery learning & exposition learning ini disamping memberikan kekayaan materi dalam teorinya juga diharapkanya peserta didik mampu menemukan rahasia dibalik makna gerakan-gerakan shalat tersebut, tidak hanya tahu tentang gerakan sholat saja melainkan juga tahu makna apa yang terkandung dibalik gerakan-gerakan sholat yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari, kemudian setelah menemukan permasalahan tersebut peserta didik diharapkan ikut berpartisipasi dalam proses pemecahan masalah bersama pendidik di kelas. Untuk memilih strategi yang digunakan memang diperlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih strategi yang akan dipergunakan, agar dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya seperti kemampuan berpikir kritis peserta didik semakin meningkat, Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari mata pelajaran fiqih khususnya materi gerakangerakan shalat yang kondusif dengan suasana yang cenderung kreatif sehingga memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi berfikir kritisnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas maupun di lapangan yaitu dengan strategi discovery learning & exposition learning dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Strategi pembelajaran itu harus diterapakan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya strategi pembelajaran maka dapat meningkatkan 13 Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm. 71

5 berpikir kritis peserta didik, sehingga prestasi peserta didik menjadi meningkat. Seperti halnya di MA NU Nurussalam Gebog Kudus sudah menerapakan strategi discovery learning & exposition learning dalam mata pelajaran Fiqih, strategi pembelajaran ini menekankan pada peserta didik yang lebih aktif, peserta didik dilatih untuk tidak hanya mengetahui dari segi teori saja melainkan nantinya setelah mereka menemukan permasalahan dilapangan dapat ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran tersebut. Strategi ini dapat melatih mental peserta didik untuk tidak hanya berdiam diri saja di kelas karena sudah mempunyai bekal yang peserta didik temukan dalam kehidupan sehari-harinya sehingga pembelajaranya tidak menerka-nerka melainkan sesuai kenyataan yang peserta didik alami, sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis peserta didik dalam belajar, dan dapat menciptakan generasi yang lebih baik. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan strategi pembelajaran itu sangat penting untuk meningkatkan peserta didik yang aktif dan kreatif. Oleh karenanya, penulis ingin mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran yang ada di MA NU NURUSSALAM Gebog Kudus dengan judul Implementasi Strategi Discovery learning & exposition learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik pada Mata Pelajaran Fiqih di MA NU Nurusalam Gebog Kudus B. Fokus Penelitian Agar lebih terfokus dalam penelitian maka perlu adanya pembatasan. Penelitian ini lebih memfokuskan pada implementasi strategi discovery learning & exposition learning dalam proses meningkatkan berpikir kritis peserta didik dalam belajar pelajaran fiqih tentang makna dibalik gerakangerakan sholat dan kajian ini hanya terbatas di MA NU Nurussalam Gebog Kudus Secara lugas judul dalam penelitian ini adalah Implementasi Strategi Discovery learning & Exposition learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik pada Mata Pelajaran Fiqih di MA NU Nurussalam Gebog Kudus

6 C. Rumusan Masalah Beberapa permasalahan yang dihasilkan berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, antara lain : 1. Bagaimana implementasi strategi discovery learning & exposition learning dalam meningkatkan berpikir kritis peserta didik tentang materi manfaat/hikmah gerakan sholat pada pembelajaran Fiqih kelas X di MA NU Nurussalam Gebog Kudus? 2. Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat strategi discovery learning & exposition learning tentang materi manfaat/hikmah gerakan sholat pada mata pelajaran Fiqih kelas X di MA NU Nurussalam Gebog Kudus? D. Tujuan Penelitian Apabila melihat permasalahan yang telah ada, maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan implementasi strategi discovery learning & exposition learning dalam meningkatkan berpikir kritis peserta didik tentang materi manfaat/hikmah gerakan sholat pada pembelajaran fiqih di MA NU Nurussalam Gebog Kudus? 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat strategi discovery learning & exposition learning tentang materi manfaat/hikmah gerakan sholat pada mata pelajaran fiqih kelas X di MA NU Nurussalam Gebog Kudus E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian dalam bahasan ini dibedakan menjadi dua : 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, diharapkan pembaca mampu mengetahui teoriteori dan aplikasi tentang konsep pembelajaran Fiqih sebagai mata pelajaran dalam Pendidikan Agama Islam dan strategi pembelajaran yang diimplementasikan sebagai upaya dalam meningkatkan berpikir kritis, yang diterapkan di MA NU Nurussalam Gebog Kudus sehingga dapat

7 digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pendidikan dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya. 2. Manfaat Praktis Bagi madrasah yang menjadi fokus penelitian, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah akademik guna mewujudkan potensi-potensi peserta didik khususnya dalam hal berpikir kritis. Sedangkan bagi kalangan akademisi, khususnya yang berkecimpung di dunia pendidikan Islam, hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan agar sama-sama memikirkan masa depan peserta didik di negara ini pada khususnya dan masa depan pendidikan islam pada umumnya. Kemudian bagi penulis sendiri, dapat memberikan kontribusi pada khazanah pendidikan Islam khususnya peserta didik di MA NU Nurussalam Gebog Kudus.