BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. juga kebun. Gadai ini terjadi ketika seseorang yang mempunyai tanah

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB II GADAI DALAM HUKUM ISLAM. etimologi mengandung pengertian menggadaikan, merungguhkan. 1

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB III PRAKTEK GADAI (RAHN) TANPA BATAS WAKTU DALAM MASYARAKAT DESA KERTAGENA DAYA KEC. KADUR KAB. PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

Hawalah, Dhaman dan Kafalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV KELURAHAN PUTAT JAYA KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

murtahin di Desa Karangankidul Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Dari

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

HILMAN FAJRI ( )

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DIDESA UNDAAN LOR KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Karena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya dan selalu bekerja sama. Allah berfirman tengan surat Al-Mai dah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BERAS BERSUBSIDI DI DESA MAOR KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

Kaidah : Bai al-dayn bi ad-dayn batil (Menjual hutang dengan hutang adalah batal)

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP PENGALIHAN BARANG GADAI KEPADA PIHAK KETIGA DI DESA KLOPOSEPULUH KABUPATEN SIDOARJO

Transkripsi:

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN (Analisis Hukum Islam) A. Analisis Praktik Gadai Tanah Pertanian dan Pemanfaatannya oleh Penerima Gadai di Desa Gununganyar Kecamatan Soko Kabupaten Tuban Dari uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, yakni mengenai pemanfaatan tanah pertanian sebagai barang gadai oleh penerima gadai yang dilakukan di Desa Gununganyar Kecamatan Soko Kabupaten Tuban adalah berlatarbelakang karena adanya keterbatasan kemampuan dan persedian yang mereka miliki terhadap kebutuhan-kebutuhan yang mendesak, sehingga kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi seketika itu, cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Gununganyar adalah dengan meminta bantuan dari orang lain yaitu dengan cara utang piutang. Bantuan tersebut didapat bukan dengan suka rela, melainkan bantuan tersebut mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi atau dibebankan kepada mereka, yakni dengan menyerahkan suatu barang yang dianggap berharga yang mempunyai nilai sebagaimana jaminan kepercayaan atas sejumlah uang yang telah dipinjamkan kepadanya, sekaligus memberikan izin pada orang yang telah berpiutang, bahwa barang tersebut selama tenggang waktu yang 52

53 diperjanjikan boleh dipakai, dikelola dan dimanfaatkan seolah-olah seperti barangnya sendiri. Dari data yang dikemukakan pada bab 3 maka pelaku akad dalam transaksi gadai yang terjadi di Desa Gununganyar, mereka rata-rata berlatarbelakang pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD)-Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan pekerjaan yang beragam ada yang menjadi sopir truck, petani, wiraswasta dan petani, namun rata- rata mereka bekerja sebagai petani. Mereka melakukan transaksi gadai ini secara turun temurun dan mereka juga masih awam tentang masalah gadai menurut hukum Islam, hal ini dibuktikan dengan adanya praktik gadai yang pemanfaatan barang gadai tersebut berada ditangan murtahin dan kepemilikan barang tersebut sepenuhnya menjadi milik murtahin. Proses terjadinya transaksi akad gadai di Desa Gununganyar Kecamatan Soko Kabupaten Tuban adalah orang yang membutuhkan uang mendatangi rumah orang yang dianggap mampu dalam ekonominya, kemudian orang tersebut mengutarakan apa maksud kedatangannya. Dari ketiga praktik yang terjadi dalam melakukan transaksi gadai tersebut akadnya dilakukan di bawah tangan yakni tanpa sepengetahuan pemerintah setempat dan tidak dalam bentuk perjanjian tertulis dengan asumsi adanya saling percaya di antara kedua belah pihak yaitu (ra>hin dan murtahin). Seharusnya perjanjian tersebut dilakukan dengan bukti tertulis sehingga tidak akan menyusahkan salah satu pihak misalkan terjadi sengketa atau masalah di kemudian hari. Dalam transaksi gadai tersebut murtahin memberikan pinjaman uang sesuai dengan kebutuhan ra>hin yaitu sekitar Rp. 5.000.000,- -Rp.

54 20.000.000,- dan penyerahan uangnya diserahkan secara tunai dan tidak dalam bentuk cek maupun kartu kredit. Dan ra>hin menyerahkan tanah pertanian sebagai jaminan kepada murtahin dengan luas sekitar ± 400 m 2 - ± 6420 m 2. Barang jaminan dalam bentuk tanah pertanian diserahkan oleh ra>hin kepada murtahin dalam bentuk barangnya bukan sertifikatnya Tanah pertanian merupakan benda tak bergerak, maka dalam serah terimanya seharusnya menggunakan sertifikat tanah pertanian tersebut kepada murtahin. Tetapi pada transaksi gadai tanah pertanian yang terjadi di Desa Gununganyar, rahin tidak menyerahkan sertifikat tanah pertaniannya kepada murtahin sebagaimana seharusnya untuk benda tak bergerak. Perlakuan tanah pertanian sebagai barang gadai oleh pemberi utang ini menghasilkan sejumlah keuntungan. Pada kasus pertama, murtahin memberikan pinjaman uang sebesar Rp. 10.000.000,- dengan jaminan berupa sawah seluas ±400 da. Hasil panen padi sekali panen mendapat sekitar 16 karung atau ± 8 kwintal (800 kg) dengan harga perkilonya Rp. 7.000,-, maka akan menghasilkan sejumlah keuntungan, dengan rincian sebagai berikut: Hasil kotor = hasil sekali panen x harga perkilo = 800 kg x Rp. 7000,- =Rp. 5.600.000,- Biaya produksi: Bibit padi = Rp. 200.000,- Pupuk = Rp. 250.000,- Buruh tandur =Rp. 225.000,-

55 Mesin bajak+pembajak= Rp. 200.000,- Pestisida = Rp. 100.000,- Total biaya produksi =Rp. 975.000,- Hasil bersih = hasil kotor total biaya produksi = Rp. 5.600.000,- - Rp. 975.000,- = Rp. 4.625.000,- Prosentase keuntungan =Hasil bersih x 100 % Jumlah utang = Rp. 4.625.000 x 100 % Rp. 10.000.000,- = 46,25 % Hasil panen jagung sekali panen mendapat sekitar 10 karung atau ± 5 kwintal (500 kg) jika perkilonya Rp. 2.700,-, maka akan menghasilkan sejumlah keuntungan, dengan rincian sebagai berikut: Hasil kotor = hasil sekali panen x harga perkilo = 500 kg x Rp. 2.700.- = Rp. 1. 350.000,- Biaya produksi: Bibit jagung = Rp. 150.000,- Pupuk =Rp. 350.000,- Total biaya produksi = Rp. 500.000,- Hasil bersih = hasil kotor total biaya produksi =Rp. 1. 350.000,- - Rp. 500.000,-

56 =Rp. 850.000,- Prosentase keuntungan =Hasil bersih x 100 % Jumlah utang = Rp. 850.000,- x 100 % Rp. 10.000.000,- = 8.5 % Prosentase keuntungan yang diperoleh murtahin dalam sekali panen padi adalah 46.25 % terhadap jumlah hutang dan sekali panen jagung adalah 8.5 % terhadap jumlah hutang. Jika dalam satu tahun terjadi 2 kali panen padi maka murtahin mendapat rata-rata prosentase keuntungan sebesar 92.5 %, dan panen jagung 8.5 %. Jika dinisbahkan dengan jumlah hutang yang diberikan murtahin kepada ra>hin maka jumlah rata-rata prosentase keuntungan dari panen padi dan jagung yang diperoleh murtahin adalah 101 % terhadap jumlah hutang. Pada kasus kedua, murtahin memberikan pinjaman uang Rp. 20.000.000,- dan luas tanah yang dijadikan jaminan lebih luas dan subur yaitu ± 6420 m 2. Jika panen padi mendapatkan sekitar ± 5 ton (5000 kg) dengan harga perkilonya Rp. 7.000,-, maka akan menghasilkan sejumlah keuntungan, dengan rincian sebagai berikut: Hasil kotor = hasil sekali panen x harga perkilo = 5000 x Rp. 7.000,- = Rp. 35.000.000,- Biaya produksi: Bibit padi = Rp. 300.000,- Buruh tandur = Rp. 525.000,-

57 Pupuk = Rp. 700.000,- Buruh matun = Rp. 350.000,- Pestisida = Rp. 350.000,- Mesin bajak+pembajak=rp. 525.000,- Total biaya produksi= Rp. 2. 750.000,- Hasil bersih = hasil kotor total biaya produksi = Rp. 35.000.000,- - Rp. 2. 750.000,- = Rp. 32.250.000,- Prosentase keuntungan =Hasil bersih x 100 % Jumlah utang = Rp. 32.250.000,- x 100 % Rp. 20.000.000,- = 161.25 % Hasil panen jagung sekali panen mendapat sekitar ± 3 ton (3000 kg) jika perkilonya Rp. 2.700,-, maka akan menghasilkan sejumlah keuntungan, dengan rincian sebagai berikut: Hasil kotor = hasil sekali panen x harga perkilo = 3000 kg x Rp. 2.700,- = Rp. 8.100.000,- Biaya produksi: Bibit jagung = Rp. 300.000,- Pupuk = Rp. 600.000,- Total biaya produksi= Rp. 900.000,- Hasil bersih = hasil kotor total biaya produksi

58 = Rp. 8.100.000,- - Rp. 900.000,- = Rp. 7.200.000,- Prosentase keuntungan =Hasil bersih x 100 % Jumlah utang = Rp. 7.200.000,- x 100 % Rp. 20.000.000,- = 36 % Prosentase keuntungan yang diperoleh murtahin dalam sekali panen padi adalah 161.25 % terhadap jumlah hutang dan sekali panen jagung adalah 36 % terhadap jumlah hutang. Jika dalam satu tahun terjadi 2 kali panen padi maka murtahin mendapat rata-rata prosentase keuntungan sebesar 322.5% dan panen jagung sebesar 36 %. Jika dinisbahkan dengan jumlah hutang yang diberikan murtahin kepada ra>hin maka jumlah rata-rata prosentase keuntungan dari panen padi dan jagung yang diperoleh murtahin adalah 358. 5 % terhadap jumlah hutang. Pada kasus ketiga, jumlah uang yang diberikan oleh murtahin sebesar Rp. 5.000.000,- dengan jaminan tanah tegalan seluas 2.969 m 2. Namun tanah tegalan yang dijadikan jaminan tidak terlalu luas dan tidak terlalu subur, maka prosentase keuntungan yang didapat juga tidak terlalu banyak. Jika panen jagung mendapatkan ± 3 kwintal (300 kg), harga perkilonya Rp. 2.700,-, maka akan menghasilkan sejumlah keuntungan, dengan rincian sebagai berikut: Hasil kotor = hasil sekali panen x harga perkilo = 300 x Rp. 2.700,- = Rp. 810.000,-

59 Biaya produksi: Bibit jagung = Rp. 50.000,- Pupuk = Rp. 100.000,- Total biaya produksi= Rp. 150.000,- Hasil bersih = hasil kotor total biaya produksi = Rp. 810.000,- - Rp. 150.000,- = Rp. 660.000,- Prosentase keuntungan =Hasil bersih x 100 % Jumlah utang = Rp. 660.000,- x 100 % Rp. 5.000.000,- = 13.2 % Hasil panen kacang sekali panen mendapat sekitar ± 70 kg jika perkilonya Rp. 3000,-, maka akan menghasilkan sejumlah keuntungan, dengan rincian sebagai berikut: Hasil kotor = hasil sekali panen x harga perkilo = 70 x Rp. 3000,- = Rp. 210.000,- Biaya produksi: Bibit kacang = Rp. 100.000.- Hasil bersih = hasil kotor total biaya produksi = Rp. 210.000,- - Rp. 100.000.- = Rp. 110.000,-

60 Prosentase keuntungan =Hasil bersih x 100 % Jumlah utang = Rp. 110.000,- x 100 % Rp. 5.000.000,- = 2.2 % Prosentase keuntungan yang diperoleh murtahin dalam sekali panen jagung adalah 13.2 % terhadap jumlah hutang dan sekali panen kacang adalah 2.2 % terhadap jumlah hutang. Jika dalam dua tahun terjadi 4 kali panen jagung dan 2 kali panen kacang maka murtahin mendapat rata-rata prosentase keuntungan sebesar 52.8 % dan panen kacang 4.4 %. Jika dinisbahkan dengan jumlah hutang yang diberikan murtahin kepada ra>hin maka jumlah rata-rata prosentase keuntungan dari panen jagung dan kacang yang diperoleh murtahin adalah 57.2 % terhadap jumlah hutang. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa murtahin mendapat sejumlah keuntungan yang berkisar antara 57.2 % - 358.5 % terhadap jumlah hutang. Berdasarkan data yang dikumpulkan di depan dari ketiga kasus yang telah tejadi dan berkembang dalam masyarakat di desa Gununganyar bahwa pemanfataan tanah pertanian tersebut terjadi atas kehendak atau izin dari ra>hin dengan alasan penyerahan jaminan tanah pertanian sudah menjadi kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakat ketika terjadi utang piutang, dan murtahin tidak memberi pinjaman uang jika ra>hin tidak menyerahkan tanah pertaniannya sebagai jaminan.

61 B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Gadai Tanah Pertanian dan Pemanfaatannya oleh Penerima Gadai di Desa Gununganyar Kecamatan Soko Kabupaten Tuban Analisis hukum Islam terhadap praktik gadai tanah pertanian dan pemanfaatannya oleh pemberi utang ini akan difokuskan pada dua segi yaitu: Pertama, segi yang berkenaan dengan akses terhadap barang milik yang dijadikan jaminan hutang oleh penerima utang. Dalam sebuah hadits Nabi saw disebutkan: لا ي غ لاق الر ى ن م ن عن ايب ىىريرة( ا صا ح ب و ال ذ ي ا رى ناو لاو غ ن م و ا و ا علاي و غ ر م و )رواه احلاكم والييهقي وابن حبا ن Artinya: Barang gadai itu tidak dikunci dari pemilik yang telah menggadaikannya. Hasil atau manfaatnya adalah kepunyaan dia, dan kerugiannya menjadi tanggungjawab dia (HR. Al- Hakim, al- Baihaqi, dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah). 1 Ketidakselarasan dengan hadits yang pertama tampak pada praktik yang terjadi di desa Gununganyar yaitu beralihnya pemanfaatan tanah pertanian kepada pihak yang mengutangi sehingga ada kesan bahwa tanah gadai ditutup dari pemiliknya, dengan artian bahwa pemilik tanah gadai tersebut tidak bisa memanfaatkannya, dan sepenuhnya tanah tersebut dikelola dan digarap oleh murtahin, dan hasil dari panenan tanah pertanian tersebut sepenuhnya menjadi milik murtahin tanpa terjadi bagi hasil. Jika dikaitkan dengan norma hukum Islam maka praktik yang terjadi di desa Gununganyar adalah bertentangan dengan hukum Islam, sebab hak 1 Ibn Hajar al-asqalani, Bulughul Maram Panduan Lengkap Masalah-masalah Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan Amal, Irfan Maulana Hakim, (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2010), 346.

62 murtahin terhadap barang jaminan tersebut hanyalah sebatas menahan barang jaminan bukan untuk memanfaatkannya dan sebagai penguat apabila ra>hin tidak bisa melunasi hutangnya kepada murtahin. Dan murtahin tidak boleh membatasi dan menutup akses dari ra>hin terhadap tanah pertanian tersebut. Kedua, segi yang berkenaan dengan keuntungan yang didapat murtahin melalui pemanfaatan tanah pertanian yang dijaminkan oleh ra>hin. Hukum memberi utang adalah sunnah, karena mengandung suatu kebaikan yaitu tolong menolong orang yang sedang ditimpa kesukaran dan kesulitan. Namun, jika dalam transaksi utang piutang bertujuan untuk mengambil keuntungan, maka itu adalah riba. Dalam sebuah hadits Rosulullah Saw, menyatakan: ك ل قار ض ا جر ناف ع أ فا ه او ر ب ا Tiap-tiap utang yang sengaja untuk mencari manfaat, maka hukumnya riba. 2 Dari keterangan hadits tersebut ketika kita memberikan pinjaman kepada orang lain disunnahkan untuk melebihi pembayarannya atau membayar dengan lebih baik. Akan tetapi, apabila orang yang memberi utang itu memberikan syarat supaya pembayarannya itu dilebihkan, maka kelebihan itu menjadi riba dan haramlah ia memakan kelebihannya itu. Namun praktik yang terjadi dalam masyarakat desa Gununganyar dalam memberikan pinjaman uang oleh murtahin kepada ra>hin bertujuan untuk mencari untung. Faktanya di awal terjadinya transaksi ketika murtahin akan memberi pinjaman kepada ra>hin, jika ra>hin tidak menyerahkan jaminan kepada murtahin, maka murtahin tidak mau memberi pinjaman uang dengan 2 Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah, Jilid 12, (Bandung: PT Alma arif, 1987), 143.

63 alasan bahwa penyerahan jaminan sudah menjadi tradisi dalam masyarakat tersebut dan adanya rasa khawatir dan takut dari murtahin apabila hutangnya tidak dikembalikan. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dari awal terjadinya transaksi memang murtahin bertujuan untuk mencari keuntungan. Dan dibuktikan lagi dengan adanya prosentase keuntungan- keuntungan yang didapat dari murtahin dari setiap hasil panen yang didapatkan dari tanah pertanian tersebut. Dengan demikian praktik yang terjadi pada masyarakat Desa Gununganyar jika dikaitkan dengan norma hukum Islam adalah bertentangan dengan hukum Islam, sebab hak seorang murtahin hanyalah sebatas menahan barang jaminan dan tidak berhak untuk memanfaatkannya. Walaupun pada dasarnya ra>hin telah memberikan izin kepada murtahin belum tentu izin tersebut merupakan ridha dari ra>hin. Dan ra>hin memberikan izin untuk menggarap tanah tersebut karena sudah menjadi tradisi secara turun temurun. Selain itu murtahin juga menutup akses ra>hin untuk menggarap tanah miliknya sendiri dan memanfaatkan tanah pertanian tersebut sepenuhnya. Dan dalam norma hukum Islam juga disebutkan bahwa utang piutang yang bertujuan untuk mencari untung adalah riba, sedangkan dalam praktiknya murtahin memanfaatkan tanah pertanian tersebut sehingga murtahin memperoleh sejumlah keuntungan yang mampu mencukupi dari jumlah hutang.