: 1. Ir. Nurlely, M.Sc 2. Lulusi, ST,.M.Sc

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH SERBUK BESI TERHADAP CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS AC-WC

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

BAB I PENDAHULUAN. energi yang besar dan dampak samping terhadap lingkungan. Maka WMA dan CMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA BAHAN TAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE ( FIBER PLASTIC BENESER ) PADA CAMPURAN ASPAL BETON TUGAS AKHIR

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN PARAMETER MARSHALL BETON ASPAL STANDAR DENGAN BETON ASPAL HASIL PEMANASAN ULANG AMRI NOVRIANTO

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

QUALITY CONTROL PERKERASAN LENTUR LAPIS AC-BC PADA PROYEK PELEBARAN RUAS JALAN SIDIKALANG BATAS KOTA BULUH LAPORAN. oleh :

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB 1 PENDAHULUAN. ini pemerintah DKI Jakarta mencoba mengeluarkan salah satu solusi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

ANALISA UJI KUAT TEKAN AGREGAT HALUS PASIR BESI TULUNGAGUNG PADA CAMPURAN ASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MARSHALL TEST TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

Transkripsi:

LEMBARANPENGESAHAN Judul Penelitian Ketua Peneliti Anggota : Pengaruh Pemanasan Berulang terhadap Perilaku Campuran Aspal Beton Menggunakan Aditif Lateks dan Parutan Ban. : Fitrika Mita Suryani, ST, MT : 1. Ir. Nurlely, M.Sc 2. Lulusi, ST,.M.Sc Mahasiswa yang terlibat : I. Eka Marlina (0041124070) 2. Sukandar(0041123209) I 3. T. Reza Furqan (0041123240) Total Biaya Penelitian : Rp. 27.340.000,- Terbilang: Dua puluh tujuh juta tiga ratus empat pujuh ribu rupiah Darussalam, 14 Maret 2007 Ketua Peneliti, Fitrika Mita Suryani, ST.MT NIP. 132206 121 Menyetujui, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Mengetahui, DirektucSPMU Dr. Ir. Alflansyah ~lianur BC NIP. 131 931 841 v

RINGKASAN Campuran aspal beton sudah digunakan secara luas untuk perkerasan jalan raya di Indonesia" baik untuk lalu!intas berat maupun lalu lintas ringan. Penelitian terhadap campuran beraspal terus dikembangkan untuk meningkatkan kekuatan karakteristik campuran, menciptakan perkerasan dengan biaya pelaksanaan dan pemeliharaan rendah dan kemudahan pelaksanaan di lapangan. Jenis perkerasanjalan secara garis besar dikelompokkan pada dua kategori yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Perkerasan lentur menggunakan material utama aspal dan agregat, sementara perkerasan kaku menggunakanmaterial agregat dan semenlbeton. Secara garis besar, persyaratan karakteristik agregat yang digunakan pada perkerasan kaku maupun lentur adalah semenjenis perkerasan tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Jenis perkerasan lentur lebih banyak digunakan di Indonesia. Oi Indonesia campuran aspal panas lebih dominan digunakan, merupakan salah satu jenis dari campuran beton aspal pada lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis campuran ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk mencampumya, maka kedua material dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampur. Akibat pencampuran dalam keadaan panas maka seringkali disebut sebagai hot mix. Campuran panas dalam skala besar biasanya di produksi Asphalt Mixing Plant (AMP). Lokasi AMP mencapai belasan bahkan puluhan kilometer dari proyek pengaspalan jalan. Campuran panas yang diproduksi AMP dibawa ke lokasi proyek dengan menggunakan truk pengangkut yang ditutupi terpal dan kemudian dihampar dengan alat penghampar (paving machine) untuk dipadatkan. Sukirman (1993) menyatakan, campuran beraspal harus segera dipadatkan pada temperatur dibawah 12S0C dan harus sudah selesai pada temperatur diatas 80 C, sehingga diperoleh lapisan padat aspal beton yang seragam dan merata. Biasanya, apabila pekerjaan pemadatan tersebut tidak selesai maka campuran beraspal tersebut dibuang. Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti: II

cuaca hujan, kerusakan pada peralatan, terputusny,a jalan dan beberapa faktor non teknis lainnya. Hal ini tentu saja menimbulkan kerugian yang besar. Untuk menghindari kerugian tersebut maka dilakukan penelitian terhadap campuran beraspal yang mengalami kondisi penurunan suhu tersebut. Tuj uan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik Marshall pada campuran aspal yang mengalami pemanasan berulang I dan 2 kali. Campuran yang dipanaskan berulang ini merupakan campuran beraspal biasa, campuran beraspal yang ditambahkan bahan aditif lateks dan campuran beraspal yang ditambahkan bahan aditif parutan.ban bekas. Kemudian hasil parameter Marshall dari campuran beraspal yang dipanaskan berulang yang ditambahkan dan tanpa bahan aditif tersebut dibandingkan dengan hasil parameter Marshall campuran beraspal tanpa mengalami pemanasan berulang. Hipotesa dari penelitian ini adalah bila pada campuran aspal dilakukan pemanasan kembali maka campuran tersebut akan kembali menghasilkan kekuatan, walaupun kualitasnya akan berada di bawah campuran yang dipanaskan pertama sekali. Penambahan bahan tambah (aditif) pada bahan pengikat yang telah dicoba pada penelitian terdahulu menghasilkan kineija yang lebih baik dan campuran aspal. Untuk itu pada penelitian ini, campuran yang telah mengalami pemanasan berulang ditambahkan aditif lateks dan parutan ban bekas, apakah daya dukung yang lebih baik dan memenuhi persyaratan teknik campuran panas. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat, filler, aspal dan aditif Agregat terdiri dan agregat kasar (coarse aggregate) dan agregat halus (fine aggregate). Agregat merupakan material batu pecah dari Krueng Aceh, yang diperoleh dari quarry yang terletak di Desa Lampisang Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar. Filler dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, namun sukar diperoleh. Untuk kemudahan pelaksanaan pekerjaan, maka filler yang digunakan adalah material portland cement (PC). Aspal yang digunakan adalah aspal keras penetrasi 60170 produksi ESSO yang disediakan Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, yang merupakan tempat keseluruhan penelitian dilakukan. Bahan aditif lateks merupakan getah hasil penyadapan batang karet yang dalam bentuk cair yang dibeli di Binjai, Kampung Lalang, III

Lalang, Sumatera Utara. Lateks belum melalui suatu proses pengolahan. Bahan aditif parutan ban bekas diperoleh dari parutan ban luar kendaraan roda empat yang diperoleh dari bengkel di sekitar kota Banda Aceh. Benda uji merupakan campuran aspal panas standar alat Marshall untuk pengujian stabilitas standar. Jumlah benda uji seluruhnya adalah 69 buah dengan rincian penjelasan di bawah ini: Langkah awal: adalah pembuatan benda uji untuk memperoleh kadar aspal optimum (KAO). Kadar aspal awal yang digunakan adalah 5 (lima) variasi, yaitu: 4,0%; 4,5%; 5,0%; 5,5% dan 6,0% dari total berat campuran. Jumlah benda uji untuk setiap variasi adalah 3 (tiga) benda uji. Dengan demikian pada tahap ini diperlukan 15 benda uji. Benda uji kemudian dilakukan tes Marshall untuk mengetahui karakteristik camouran beraspalnya. Langkah kedua: adalah penentuan kadar aditif terbaik untuk menghasilkan campuran terbaik. Penambahan dalam 4 (empat) variasi, yaitu: 0, I, 2 dan 3% dari KAO ke dalam campuran untuk setiap kali pengulangan pemanasan. Jumlah pengulangan adalah 3 (tiga) kali, yaitu: 0 (tanpa pengulangan); I kali dan 2 kali. Satu variasi kadar aditif dan satu variasi pengulangan pemanasan ada 3 benda uji. Total benda uji untuk 2 bahan aditif adalah 54 buah dan kemudian diuji dengan alat Marshall. Hasil penelitian menginformasikan bahwa pena:nbahan persentase bahan aditif (Iateks dan parutan ban bekas) dapat meningkatkan stabilitas campuran beton aspal. Semakin tinggi kadar persentase penambahan aditif semakin tinggi nilai stabilitas. Pemanasan berulang pada campuran beraspal sebanyak I dan 2 kali dapat menurunkan nilai stabilitas tetapi nilainya masih memenuhi persyaratan. Pada pemanasan berulang yang ditambahkan bahan aditif, penurunan nilai stabilitas masih lebih tinggi daripada nilai campuran beton aspal tanpa bahan aditif. Nilai kelelehan plastis (flow), VIM, dan sebahagian nilai density tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Sedangkan nilai VFB dan VMA memenuhi persyaratan kecuali nilai VFB dan VIM campuran beraspal taopa bahan aditif, tidak memenuhi spesifikasi. iv

DAFTAR lsi Lelnbar Judul Ringkasan. 11 Halalnan Pengesahan. v Daftar lsi '" VI I. Pendahuluan 7:"...... I I. I Latar Belakang. 1 1.2 Perumusan Masalah. 2 1.3 Tujuan Pene1itian. 3 1.4 Manfaat Penelitian. ~ -' 1.5 Lingkup Penelitian. 4 1I. Tinjauan Kepustakaan. 5 2.1 Agregat. 5 2.2 Gradasi Agregat. 5 2.3 Aspa\. 6 2.4 Rubberized Asphalt. 6 2.4.1 Lateks. 7 2.4.2 Karet (Parutan Ban Bekas). 7 2.5 Karakteristik Campuran Aspal Beton. 9 2.6 Perkiraan Kadar Aspal Optimum. 9 1II. ~lletode Penelitian. 10 3. I Tempat dan Waktu Penelitian. 10 3.2 Peralatan dan Bahan yang Digunakan. 10 3.2.1 Peralatan yang digunakan. 10 3.2.2 Bahan yang digunakan. 11 3.3 Rancangan Pe1aksanaan Pekerjaan.. 11 3.3.1 Pengujian sifat-sifat fisis bahan. II 3.3.2 Pembuatan benda uji. 12 3.3.3 Penentuan kadar aspal optimum. 13 3.4 Analisa Data dan Pelnbahasan. 14 IV Indikator Kinerja. 15 4.1 Dampak Positifterhadap Dosen dan Mahasiswa.. 15 4.2 Dmnpak Positif Lainnya. 17 V. Hasil Penelitian. 18 5.1 Data Pengujian Aspal. 18 5.2 Data Pengujian Aspal Pen 60/70 ditambahkan Bahan Aditif Lateks.. 18 5.3 Data Pengujian Aspal Pen 60/70 ditambahkan Parutan Ban Bekas. 19 5.4 Data Gradasi Agregat. 19... VI

5.5 Data Penguj ian Ab,JTegat 20 5.6 Hasil Uji Marshall dengan Pe1l1anasan Berulang 21 5.6.1 Regresi hasil uji Marshall untuk mendapatkan kadar aspal optimum... 2 1 5.6.2 Hasil uji Marshall yang dipanaskan berulang tanpa bahan aditif. 21 5.6.3 Hasil uji Marshall yang dipanaskan berulang ditambah lateks... 22 5.6.4 Hasil uji Marshall yang dipanaskan benllang ditambah ban bekas 23 5.7 Petnbahasan 23 5.7.1 Tinjauan terhadap sifat-sifat fisis aspal dan Rubberized Asphalt. 23 5.7.2 Tinjauan terhadap gradasi dan sifat-sifat fisis agregat... 24 5.7.3 Tinjauan uji Marshall yang dipanaskan berulang tanpa bahan aditif 24 5.7.4 Tinjauan campuran beton aspal dengan Rubberized Asphalt tanpa dan dengan pemanasan berulang terhadap karakteristik Marshall 25 VI. Kesimpulan dan Saran 26 6.1 Kesimpulan 26 6.2 saran 26 Daftar Kepustakaan 27 Lalnpiran.., 28 vii