4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

Winardi 1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

MODEL SIMULASI PENCEMARAN UDARA DENGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POLUSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

Semarang, 13 Mei 2008

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Elaeis Noviani R., Titik Istirokhatun, Sudarno. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

Transkripsi:

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia contohnya transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Nilai konsentrasi NO 2 tertinggi pada periode I terdapat di STA1 sebesar 292,4 µg/m³, (Lampiran 4). Tingginya nilai NO 2 pada periode I di STA 1 diakibatkan oleh banyaknya akumulasi emisi gas buang terutama pada kendaraan bus yang keluar masuk terminal, dan juga bus yang sedang di dalam terminal sambil menunggu penumpang mesin bus tetap menyala, sehingga menghasilkan gas buang NO 2, mengingat gas NO 2 dihasilkan oleh kendaraan. jenis bahan bakar solar. Dan yang juga tinggi nilainya ialah di STA 11 sebesar 284,8 µg/m³ pada periode I. Hal ini disebakan STA 11 merupakan jalan arteri dan juga jalan yang dilalui truk-truk kontainer dan bus yang menuju Jakarta Utara. Kecepatan angin pada STA 11 pada periode 1 lebih rendah dibandingkan dengan periode II, dan periode III (Lampiran 4). Kemampuan angin dalam menyebarkan dan mengencerkan konsentrasi NO 2 pada periode I di STA 11 lebih rendah sehingga nilai NO 2 menjadi lebih tinggi dibandingkan periode II dan III. Namun secara keseluruhan pengujian parameter NO 2 untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan. 4.2 Konsentrasi SO 2 Tahun 2011 Periode I nilai SO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan semakin turun pada periode III (Gambar 4.2). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 oleh hasil pembakaran batu bara, dan sektor transportasi. Nilai konsentrasi NO 2 tertinggi pada periode I terletak pada STA 4 sebesar 495 µg/m³ (lampiran 4). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah kepadatan volume kendaraan baik motor maupun mobil, pada jam sibuk (07.00-11.00) dan mengingat lokasi merupakan lintasan kendaraan-kendaraan truk-truk besar yang melintasi STA 4 menuju bantar gebang. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Bekasi tahun 2006 jumlah volume kendaraan yang lewat pada STA 4 ialah 2188,4 smp/jam dengan nilai LOS 1,03 yang artinya macet dan antrian panjang. Secara keseluruhan pengujian parameter SO 2 untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan. Gambar 4.1. Grafik Hasil Pengujian Kualitas NO 2 7

4.3 Konsentrasi CO Tahun 2011 Gambar 4.2. Grafik Hasil Pengujian Kualitas SO 2 Nilai CO fluktuatif di 25 titik pengujian, pada pengujian periode I dan periode II nilai CO relatif naik-turun dan terjadi kenaikan pada periode III (Gambar 4.3). Berdasarkan pengujian rata-rata nilai CO pada tahun 2011 masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Walaupun masih di bawah baku mutu yang ditetapkan hampir seluruhnya nilainya mendekati batas ambang baku mutu yang ditetapkan, sehingga patut diwaspadai dan juga harus ditindak lanjuti untuk kedepannya. Hal ini diakibatkan oleh tingkat kepadatan kendaraan serta arah angin dominan. Dapat dilihat juga dari tabel 2 bahwa jumlah kendaraan angkutan kota, pariwisata dan taksi dari tahun ke tahun semakin bertambah. Arah angin dominan berperan serta membawa polutan sehingga mengakibatkan akumulasi emisi gas buang CO. Gas CO merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berwarna sebagai akibat pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa karbon. Faktor utama yang mempengaruhi tingginya kadar CO dalam udara adalah emisi gas buang kendaraan (motor, mobil) terutama untuk daerah persimpangan/perempatan jalan utama, daerah dengan tingkat kemacetan tinggi. Secara keseluruhan pengujian parameter CO untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan. Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Kualitas CO 8

4.4 Konsentrasi TSP Tahun 2011 Berdasarkan Gambar 4.4 nilai pengujian, TSP nilanya sangat tinggi. Pada periode I ada 10 titik lokasi pemantauan yang nilainya di atas baku mutu yang ditetapkan, pada periode II ada 12 titik lokasi pemantauan yang nilainya di atas baku mutu yang ditetapkan dan pada periode ke III ada 16 titik lokasi pemantauan yang nilainya di atas baku mutu yang ditetapkan. Sisanya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Pada saat pengujian temperatur udara mencapai 31-42 0 C dan keadaan udara kering. Hal ini memungkinkan banyaknya debu yang berterbangan dan terbawa oleh angin. Faktor emisi gas buang kendaraan, tingkat kepadatan dan kemacetan juga berpengaruh besar. Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yangtidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber debu yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Khusus pada pengukuran periode I nilai debu di STA 4 nilainya sangat tinggi diatas baku mutu (nilai 728,30 μg/nm 3, BM = 230 μg/nm3). Berdasarkan pengamatan di lapangan jumlah volume kendaraan sangat tinggi, sering terjadi kemacetan dan juga lokasi pengamatan di STA 4 merupakan salah satu jalan arteri. Hal ini memungkinkan akumulasi debu yang terbawa kendaraan sangat tinggi mengingat daerah Bantar Gebang selain dipengaruhi oleh aktifitas kendaraan, juga daerah industri dengan jumlah industri mencapai 67 perusahaan. Aktifitas perdagangan di pasar Bantar Gebang dan pengaruh TPA Bantar Gebang. Kecepatan angin pada STA 4 periode I lebih tinggi dibandingkan pada periode II,dan periode III memungkinkan banyaknya debu yang berterbangan terutama pada periode I di waktu siang hari. Gambar 4.4. Grafik Hasil Pengujian Kualitas TSP 9

4.5 Konsentrasi HC Tahun 2011 Hidrokarbon (HC) merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer. Kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet. Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. Sumber HC dapat pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Demikian juga pembuangan sampah, dan kebakaran sampah mempunyai peranan besar dalam memproduksi gas hidrokarbon. Konsentrasi HC tertinggi pada periode I di STA 10 nilainya sebesar 147,3 µg/m³ (Gambar 4.5 dan pada lampiran 8). Tingginya nilai HC pada STA 10 disebabkan oleh banyaknya akumulasi emisi gas buang terutama pada kendaraan angkutan umum, banyaknya bus masuk terminal, dan angkutan umum yang menunggu penumpang mesin angkutan umum tetap dihidupkan, sehingga menghasilkan gas buang HC. HC berasal dari pembakaran yang tidak efisien oleh kendaraan bermotor. Namun secara keseluruhan pengujian parameter HC untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan. 4.6 Konsentrasi CO pada pagi, siang, sore, dan, malam hari pada Tahun 2010 Konsentrasi CO pada tahun 2010 pada periode I dan periode II tinggi pada pagi dan sore hari, rendah pada siang hari dan malam hari (Gambar 4.6 dan 4.7). Hal ini berhubungan dengan jumlah kendaraan tinggi pada pagi dan sore hari, yaitu saat dimana orang berangkat dan pulang kerja. Pada waktu siang hari dan malam hari jumlah kendaraan berkurang. Pada waktu siang hari udara bergolak tak stabil dan angin lebih kencang sehingga udara lebih mampu menyebarkan polutan CO yang mengakibatkan konsentrasi CO menjadi berkurang. Sedangkan pada waktu malam hari walau jumlah kendaraan berkurang tetapi konsentrasi CO melebihi siang hari, disebabkan pada malam hari keadaan atmosfer lebih stabil sehingga semua bahan pencemar di udara akan turun dan mengendap yang akan membuat nilai CO agak meningkat pada malam hari. Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengujian Kualitas HC 10

Gambar 4.6 Hasil Grafik Konsentrasi CO Pada Tahun 2010 Periode I 4.7 Konsentrasi NO 2 dari Tahun 2009-2011 Parameter NO 2 meningkat nilai setiap tahunnya (Gambar 4.9). Peningkatan sebagian besar disebabkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan yang menghasilkan gas buang NO 2 (Tabel 2). Jumlah kendaraan di kota Bekasi terutama adalah kendaraan yang berbahan bakar solar. Gas NO 2 lebih banyak dihasilkan oleh kendaraan berbahan jenis solar. Meskipun demikian, secara keseluruhan nilai NO 2, dari tahun 2009,2010, dan 2011 masih bearada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Gambar 4.7 Hasil Grafik Konsentrasi CO Pada Tahun 2010 Periode II 11

Gambar 4.8 Hasil Traffic Counting Pada Ruas Jalan Utama di Kota Bekasi Tahun 2006 4.8 Konsentrasi SO 2 dari Tahun 2009-2011 Paremeter SO 2 pada umumnya terjadi penurunan pada setiap tahunnya, namun ada beberapa lokasi yang mengalami kenaikan meskipun tidak nyata. Penurunan disebabkan oleh jumlah volume kendaraan yang fluktuatif menghasilkan gas buang SO 2, selain itu faktor kecepatan angin, dan arah angin juga berpengaruh dalam pengukuran. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara sekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi pencemar semakin encer begitu juga sebaliknya. Arah angin merupakan penentu kemana arah polutan akan menyebar, sehingga dapat diketahui daerah mana yang akan terkena dampak sebaran polutan tersebut. Secara keseluruhan nilai SO 2 dari tahun 2009, 2010, 2011 masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Gambar 4.9. Grafik NO 2 Tahun 2009-2011 12

Gambar 4.10. Grafik SO 2 Tahun 2009-2011 4.9 Konsentrasi CO dari Tahun 2009-2011 Parameter CO mengalami kenaikan yang sangat tinggi (Gambar 4.11). Peningkatan terjadi terutama di tahun 2010 dan 2011 hampir di semua lokasi pemantauan, namun masih di bawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan. Ada 1 titik yang melebihi baku mutu yaitu STA 1 pada tahun 2010. STA1 merupakan terminal bekasi. Tingginya nilai CO setiap tahunnya disebabkan oleh akumulasi gas buang kendaraan dan pembakaran yang tidak sempurna terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Walaupun nilai CO pada pengukuran di 25 titik lokasi pemantauan tahun 2011 masih di bawah baku mutu tetapi sebagai besar nilainya hampir mendekat nilai ambang baku mutu. Gambar 4.11. Grafik CO Tahun 2009-2011 13

Gambar 4.12. Grafik TSP Tahun 2009-2011 4.10 Konsentrasi TSP dari Tahun 2009-2011 Parameter TSP terjadi kenaikan yang sangat tinggi setiap tahunnya khususnya di tahun 2011. Tingginya nilai debu di tiap-tiap lokasi pengamatan diakibatan oleh faktor debu atau partikel kering yang terbawa oleh kendaraan, jalan rusak, pembakaran sampah, emisi industri dan aktifitas perdagangan. Di samping itu kecepatan angin berpengaruh terhadap mobilitas debu. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara sekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi pencemar semakin encer begitu juga sebaliknya Gambar 4.13. Grafik HC Tahun 2009-2011 14