PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/MENKES/PER/V/2007 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 544/MENKES/SK/VI/2002 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA REFRAKSIONIS OPTISIEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 867/MENKES/PER/VIII/2004 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK TERAPIS WICARA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 679/MENKES/SK/V/2003 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PEREKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK TENAGA GIZI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN REFRAKSIONIS OPTISIEN DAN OPTOMETRIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK ELEKTROMEDIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN TERAPI OKUPASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.589, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Refraksionis Optisien. Optometris. Penyelenggaraan. Pencabutan.

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dan hak secara penuh untuk menyelenggarakan

MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN. BAB...

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 184/MENKES/PER/II/1995 TENTANG PENYEMPURNAAN PELAKSANAAN MASA BAKTI DAN IZIN KERJA APOTEKER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTEK KEDOKTERAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PSIKOLOGI CALON TENAGA KERJA INDONESIA

13. Organisasi Profesi adalah Ikatan Ortotis Prostetis Indonesia. Pasal 2

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PSIKOLOGI CALON TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PSIKOLOGI CALON TENAGA KERJA INDONESIA

2014, No.298.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

SURAT EDARAN NOMOR HK.03.03/MENKES/274/2014 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

MASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari Presiden Republik Indonesia,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambaha

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/MENKES/PER/V/2007 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); 1

4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/SK/II/ 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/123/M.PAN/12/2005 tentang Jabatan Fungsional Okupasi Terapis dan Angka Kreditnya; M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 2

1. Okupasi terapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan okupasi terapi minimal setingkat Diploma III sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Okupasi terapi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat/pasien yang mengalami gangguan fisik dan atau mental dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 3. Surat Izin Okupasi Terapis selanjutnya disebut SIOT adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan okupasi terapi di seluruh wilayah Indonesia. 4. Surat Izin Praktik Okupasi Terapis yang selanjutnya disebut SIPOT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada okupasi terapis untuk menjalankan praktik pelayanan okupasi terapi. 5. Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. 6. Gangguan pada area kinerja okupasional adalah gangguan pada aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas, dan pemanfaatan waktu luang. 7. Gangguan pada komponen kerja okupasional adalah gangguan pada fungsi sensorik, persepsi, motorik, kognitif, interpersonal, dan spiritual. 8. Sarana pelayanan okupasi terapi adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan okupasi terapi yang meliputi sarana pelayanan kesehatan, pusat rehabilitasi sosial/ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), sekolah, klinik okupasi terapi dan lainnya yang sejenis. 3

BAB II PELAPORAN DAN REGISTRASI Pasal 2 (1) Pimpinan penyelenggara pendidikan okupasi terapis wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat mengenai okupasi terapis yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus pendidikan okupasi terapis. (2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I terlampir. Pasal 3 (1) Okupasi terapis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana penyelenggara pendidikan berada untuk diregistrasi dan diterbitkan SIOT, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan okupasi terapis. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan : a. Fotokopi ijazah pendidikan okupasi terapis yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan okupasi terapis; b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; c. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar; d. Rekomendasi dari organisasi profesi. (3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan uji kompetensi oleh kolegium yang bersangkutan atau Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi (MTKP) atau Badan lainnya di Propinsi tersebut atau Propinsi yang berdekatan. 4

(4) Majelis/ Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) anggotanya meliputi wakil organisasi profesi yang terkait, asosiasi institusi pendidikan yang bersangkutan, asosiasi rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan yang digunakan untuk pendidikan, dinas kesehatan propinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota setempat dan instansi terkait lainnya. (5) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II terlampir. Pasal 4 (1) Berdasarkan kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melakukan registrasi dan menerbitkan SIOT. (2) SIOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara Nasional. (3) Bentuk dan isi SIOT sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir. Pasal 5 (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan catatan registrasi dan SIOT yang telah diterbitkan secara berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal c.q Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi profesi. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Biro Kepegawaian melakukan pencatatan terhadap registrasi dan SIOT secara Nasional. Pasal 6 (1) Okupasi terapis lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi persyaratan mendapatkan SIOT. 5

(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan yang terakreditasi yang ditunjuk Pemerintah. (3) Untuk melakukan adaptasi okupasi terapis mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan : a. Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi; b. Fotokopi transkrip nilai akademik yang bersangkutan. (5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi. (6) Okupasi terapis yang telah melaksanakan adaptasi diberikan surat keterangan selesai adaptasi oleh pimpinan sarana pendidikan. (7) Okupasi terapis yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4. (8) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Formulir IV terlampir. Pasal 7 (1) SIOT berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIPOT. (2) Pembaharuan SIOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada Dinas Kesehatan Propinsi dimana okupasi terapis melaksanakan praktik dengan melampirkan: a. SIOT yang telah habis masa berlakunya; b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; c. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar; d. Rekomendasi dari organisasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d; 6

(3) Bentuk permohonan perpanjangan SIOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir V terlampir. BAB III PERIZINAN Pasal 8 (1) Okupasi terapis dapat melaksanakan praktik okupasi terapi pada sarana pelayanan okupasi terapi, praktik perorangan dan/atau berkelompok. (2) Setiap okupasi terapis yang melakukan praktik pada sarana pelayanan okupasi terapi milik pemerintah maupun swasta, praktik perorangan dan/atau berkelompok wajib memiliki SIPOT. Pasal 9 (1) Untuk memperoleh SIPOT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 okupasi terapis yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan : a. Fotokopi SIOT yang masih berlaku; b. Fotokopi ijazah pendidikan okupasi terapis yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan okupasi terapis; c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; d. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar; e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi yang menyatakan tanggal mulai bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapi; dan f. Surat keterangan telah menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri. (2) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Formulir VI terlampir. 7

Pasal 10 (1) Berdasarkan permohonan okupasi terapis yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menerbitkan SIPOT. (2) Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk pejabat lain. (3) Bentuk dan isi SIPOT dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Formulir VII terlampir. Pasal 11 (1) Permohonan SIPOT yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima. (2) Apabila permohonan disetujui, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus segera menerbitkan SIPOT. (3) Apabila permohonan SIPOT ditolak, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus memberi alasan penolakan tersebut. (4) Bentuk surat penolakan SIPOT sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Formulir VIII terlampir. Pasal 12 (1) SIPOT hanya berlaku untuk 1 (satu) sarana pelayanan okupasi terapi. (2) Seorang okupasi terapis dapat memiliki maksimal 2 (dua ) SIPOT. Pasal 13 Pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi wajib melaporkan okupasi terapis yang bekerja atau berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi. 8

Pasal 14 (1) SIPOT berlaku sepanjang SIOT masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPOT, serta selanjutnya dapat mengajukan permohonan pembaharuan SIPOT. (2) Pembaharuan SIPOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melampirkan: a. Fotokopi SIOT yang masih berlaku; b. Fotokopi SIPOT yang lama; c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; d. Surat keterangan melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi, untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapi; e. Pas foto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar. (3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir IX terlampir. Pasal 15 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat tentang SIPOT yang telah diterbitkan dengan tembusan kepada Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumberdaya Manusia, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi setempat. BAB IV PRAKTIK OKUPASI TERAPIS Pasal 16 (1) Okupasi terapis dalam melaksanakan praktik okupasi terapi berwenang untuk melakukan pelayanan okupasi terapi yang meliputi pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan aktivitas kegiatan sehari-hari, produktivitas, pemanfaatan waktu luang, memfungsikan peralatan adaptif dan alat bantu tertentu. 9

(2) Okupasi terapis dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan kompetensi, berdasarkan pendidikan dan pelatihan serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban mamatuhi standar profesi okupasi terapis. (3) Pelayanan okupasi terapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional untuk kelompok kasus musculoskeletal; b. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional untuk kelompok kasus neuromuscular; c. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional untuk kelompok kasus kardiopulmonal; d. Melakukan tindakan stimulasi kinerja okupasional untuk kelompok kasus tumbuh kembang anak; e. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional untuk anak dengan gangguan mental; f. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional pada kasus gangguan jiwa/psikososial; g. Melakukan tindakan terapi pada problem komponen kinerja okupasional dengan menggunakan sensori integrasi; h. Melakukan tindakan terapi pada problem komponen kinerja okupasional dengan menggunakan snoezelen; i. Melakukan tindakan terapi pada problem keterampilan pra akademik pada kasus tumbuh kembang; j. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional pada kelompok kasus terminal; k. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional pada kasus ketergantungan NAPZA; l. Melakukan tindakan terapi pada problem kinerja okupasional pada kasus geriatri; m. Mendesain dan memfungsikan alat bantu fungsional; n. Mendesain modifikasi lingkungan. 10

Pasal 17 (1) Okupasi terapis dalam melakukan praktik okupasi terapi dapat menerima pasien/klien dengan rujukan dan/atau tanpa rujukan. (2) Kewenangan untuk menerima pasien/klien tanpa rujukan hanya dapat dilakukan untuk pelayanan okupasi terapi yang meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, deteksi dini, penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi okupasi terapis pada gangguan area kinerja okupasional dan gangguan komponen kinerja okupasional. (3) Okupasi terapis dalam melakukan praktik okupasi terapi meliputi pelayanan diagnostik okupasi terapi, terapi, rujukan, advokasi/advis, pelatihan, penelitian dan pengembangan. Pasal 18 (1) Dalam keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa pasien/klien, okupasi terapis sesuai kemampuannnya berwenang untuk melakukan pelayanan diluar kewenangannya. (2) Pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Pasal 19 Okupasi terapis yang menjalankan praktik perorangan dan/atau praktik berkelompok harus mencantumkan SIPOT di ruang praktiknya. Pasal 20 (1) Okupasi terapis dalam menjalankan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan : a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan; b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan okupasi terapi; c. Memiliki perlengkapan administrasi termasuk catatan tindakan okupasi terapi dan formulir rujukan. 11

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan standar perlengkapan okupasi terapi yang ditetapkan oleh organisasi profesi. (3) Okupasi terapis dalam menjalankan praktik kunjungan rumah sekurangkurangnya memiliki perlengkapan untuk tindakan okupasi terapi dan catatan tindakan okupasi terapi. (4) Okupasi terapis yang menjalankan pelayanan kunjungan rumah (home care) diwajibkan melaporkan keberadaannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan menyerahkan fotokopi SIPOT. BAB V KEWAJIBAN OKUPASI TERAPIS Pasal 21 Dalam melaksanakan kewenangannya okupasi terapis berkewajiban untuk : a. Menghormati hak pasien; b. Merujuk kembali kasus yang tidak dapat ditangani atau belum selesai ditangani, sesuai sistem rujukan yang berlaku; c. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien; d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan; e. Memberikan informasi dalam lingkup asuhan okupasi terapis; f. Melakukan pencatatan dengan baik. Pasal 22 Okupasi terapis dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pasal 23 Dalam menjalankan praktik, okupasi terapis harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi. 12

Pasal 24 Okupasi terapis dalam menjalankan tugas profesinya wajib mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 25 Setiap okupasi terapis dalam menjalankan tugas profesinya berkewajiban mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan keilmuan dan keterampilan di bidang okupasi terapi. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 26 Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap okupasi terapis yang menjalankan praktik, dengan melibatkan organisasi profesi sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Pasal 27 (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif kepada okupasi terapis yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan ini. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. Teguran lisan; atau b. Teguran tertulis; dan c. Pencabutan SIPOT. 13

(3) Organisasi profesi dapat mengusulkan tindakan administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terhadap okupasi terapis yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan ini. Pasal 28 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mengambil tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) terlebih dahulu memintakan pertimbangan tertulis pada organisasi profesi. Pasal 29 Pimpinan sarana okupasi terapis yang tidak melaporkan okupasi terapis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan/atau mempekerjakan okupasi terapis tanpa izin dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 (1) Okupasi terapis yang saat ini sedang melakukan praktik okupasi terapi di sarana pelayanan okupasi terapi, wajib memiliki SIOT dan SIPOT. (2) SIOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dengan mengajukan permohonan secara perorangan/kolektif kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di tempat okupasi terapis bekerja. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan : a. Fotokopi ijazah pendidikan okupasi terapis yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan okupasi terapis; b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; 14

c. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar; d. Rekomendasi dari organisasi profesi. (4) Untuk memperoleh SIOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam masa peralihan ini, tidak diperlukan uji kompetensi. (5) SIPOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan secara perorangan atau kolektif melalui pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. (6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilengkapi dengan : a. Fotokopi SIOT yang masih berlaku; b. Fotokopi ijazah pendidikan okupasi terapis yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan okupasi terapis; c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; d. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar; dan e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi yang menyatakan tanggal mulai bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapi. Pasal 31 Okupasi terapis yang telah memberikan pelayanan okupasi terapi pada saat peraturan ini ditetapkan, paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan harus menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. 15

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Mei 2007 MENTERI KESEHATAN Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K) 16

Formulir I Nomor : Lampiran : Perihal : Laporan Lulusan Pendidikan Okupasi Terapis Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di. Bersama ini kami laporkan lulusan pendidikan Okupasi Terapis sebagai berikut : No Nama Lulusan L/P Tempat dan Tanggal Lahir Lulus Tahun Alamat Keterangan, Pimpinan... ( ) (Nama) Tembusan : 1. Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan,Depkes RI; 2. Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Depkes RI. 3. Kepala Biro Kepegawaian, Depkes RI. 17

Formulir II Perihal : Permohonan Surat Izin Okupasi Terapis Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di... Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama lengkap :... Alamat :... Tempat, tanggal lahir :... Jenis kelamin :... Tahun lulusan :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Okupasi Terapis, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan : a. Fotokopi ijazah pendidikan okupasi terapis yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan okupasi terapis; b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; c. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar; d. Rekomendasi dari organisasi profesi. Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih....,... Pemohon, (...) (Nama) 18

Formulir III KOP DINAS KESEHATAN PROPINSI.. SURAT IZIN OKUPASI TERAPIS Nomor:.. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis, bahwa kepada : Nama :. Tempat/tanggal lahir :. Lulusan :. Dinyatakan telah terdaftar sebagai okupasi terapis pada Dinas Kesehatan Propinsi... dengan Nomor registrasi. dan diberi kewenangan untuk melakukan praktik okupasi terapi di seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat Izin Okupasi Terapis berlaku sampai dengan tanggal Pas Foto 4x6 Dikeluarkan di. pada tanggal.. a.n. Menteri Kesehatan RI Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Nama... NIP. Tembusan : 1. Kepala Biro Kepegawaian Depkes; 2. Organisasi Profesi; 3. Pertinggal. 19

Formulir IV Perihal : Permohonan Adaptasi Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi... Di Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama Lengkap :... Alamat :... Tempat, tanggal lahir :... Jenis kelamin :... Tempat Pendidikan :... Tahun Lulusan :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk melaksanakan adaptasi. Sebagai bahan pertimbangan terlampir : a. Fotokopi Ijazah okupasi terapis yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi; b. Fotokopi transkrip nilai akademik; Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih....,... Pemohon, (... ) 20

Formulir V Perihal : Permohonan Perpanjangan SIOT Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.. di... Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap :... Alamat :... Tempat/Tanggal Lahir :... Jenis Kelamin :... Tahun Lulusan :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan perpanjangan Surat Okupasi Terapis sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan: a. SIOT yang telah habis masa berlakunya; b. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; c. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4(empat) lembar. d. Rekomendasi dari organisasi profesi Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.... 200... Pemohon, (...) 21

Formulir VI Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik Okupasi Terapis Dengan Hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepada Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.. di Nama lengkap Tempat/tanggal lahir Jenis kelamin Lulusan Tahun lulusan Nomor SIOT Alamat rumah :...... :...... :.. :.. :.. :.. :.... Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Okupasi Terapis pada (sebut nama sarana pelayanan kesehatannya, alamat, nama kota, Kabupaten/Kota), sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan : a. Fotokopi SIOT yang masih berlaku; b. Fotokopi ijazah pendidikan okupasi terapis yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan okupasi terapis; c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; d. Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 ( empat) lembar; e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi yang menyatakan tanggal mulai bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapi; dan f. Surat keterangan telah menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri. Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.,. Pemohon, Nama 22

Formulir VII KOP DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA...... SURAT IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS Nomor :... Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis, bahwa kepada : (Nama) Tempat/tanggal lahir Alamat :...... :...... Nomor Surat Izin Okupasi Terapis :. Diberikan Izin Praktik Okupasi Terapis pada Alamat sarana/tempat praktik : :... (sebut nama sarananya) Surat Izin Praktik Okupasi Terapis ini berlaku sampai dengan tanggal......... ( sesuai tanggal berakhirnya SIOT). Pas foto 4x6 Dikeluarkan di. pada tanggal. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.. Nama. NIP. Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi; 2. Organisasi Profesi; 3. Pertinggal. 23

Formulir VIII Perihal : Penolakan Permohonan Surat Izin Praktik Okupasi Terapis. Kepada Yth, di. Sehubungan dengan surat permohonan Saudara Nomor.. tanggal... Perihal Surat Izin Praktik Okupasi Terapis, setelah dilakukan penilaian atas permohonan tersebut, diberitahukan bahwa permohonan Saudara tidak dapat disetujui karena : 1... 2... 3... Selanjutnya saudara diminta untuk. Demikian untuk dimaklumi....,.200 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA.. Nama NIP. Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi; 2. Organisasi Profesi; 3. Pertinggal. 24

Formulir IX Perihal : Permohonan Perpanjangan SIPOT Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota..... di... Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap :... Alamat :... Tempat/Tanggal Lahir :... Jenis Kelamin :... Tahun Lulusan :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk perpanjangan Surat Izin Praktik Okupasi Terapis (SIPOT) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik Okupasi Terapis. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan: a. Fotokopi SIOT yang masih berlaku; b. Fotokopi SIPOT yang lama; c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP; d. Surat keterangan melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi, untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapi; e. Pas foto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar. Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.... 200... Pemohon, (...) 25