PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

dokumen-dokumen yang mirip
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Assamu alaikumwr. Wb. Yang Mulia Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Para Ketua Delegasi. Yang terhormat Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

pendekatan agama-budaya atasi terorisme

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1972 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1977

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 -

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

A. Pengertian Pancasila

SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

PRESIDEN REPUBLIK INOONESIA

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda maka akan ku guncang dunia -Ir.

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

Bung Karno, pohon sukun dan Pancasila

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, DAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA TERORI

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

SENGKETA INTERNASIONAL

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1961 TENTANG PEMBUATAN PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

Transkripsi:

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota, Pertama-tama izinkan saya minta perhatian kita semua terhadap kenyataan, bahwa walau dengan segala kekurangan dan kelemahan yang dimiliki, harus diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menunjukkan banyak jasa dan sumbangannya, baik bagi kemanusiaan pada umumnya maupun bagi negaranegara anggota pada khususnya. Badan dunia ini secara terus menerus telah berusaha mengembangkan standar minimum dalam melindungi dan memenuhi hak asasi manusia. Badan dunia ini juga telah mengembangkan dan mencoba seefektif mungkin menerapkan hukum internasional yang mengikat setiap negara anggota. Ia juga membangun dan mengoperasikan berbagai perangkat yang berguna baik untuk mencegah dan menyelesaikan konflik antar negara, maupun untuk mengembangkan kerangka kerjasama antar negara. Karenanya, melalui forum yang terhormat ini, saya ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kami kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejarah nasional kami menyimpan catatan tentang sumbangan organisasi ini, sejak peran mediasi semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan nasional kami antara tahun 1945 1949, hingga perjuangan mengisi kemerdekaan, yang kami lakukan dengan pembangunan dalam tahun-tahun sesudahnya. Negara kebangsaan kami yang berdiri diatas pluralitas ras, etnik, agama, dan budaya, bukan saja paling majemuk, tetapi juga merupakan negara kepulauan yang mungkin terbesar di dunia. Untuk sebagian besar, rakyat kami masih hidup dalam pola kehidupan masyarakat tradisional yang tersebar pada lebih dari 17.000 pulau di sekitar ekuator. Terpaan krisis ekonomi yang paling buruk

dampaknya dalam sejarah nasional kami, telah menyulut tidak hanya konflik horizontal antar etnik dan antar golongan yang banyak memakan korban, tetapi juga berbagai gerakan separatis di berbagai daerah. Dengan susah payah kami menanggulangi semua kemelut tersebut, dan semua itu telah lebih memperlemah kemampuan untuk memulihkan perekonomian nasional kami. Sementara masalah-masalah tadi belum terselesaikan, sejak tahun 2002 yang lalu kami dikejutkan lagi oleh hadirnya aksi terorisme internasional di tanah air kami. Dalam waktu yang cukup lama kami tidak percaya bahwa terorisme internasional bisa terjadi di Indonesia, yang secara tradisional menganut budaya yang amat toleran terhadap segala perbedaan. Sekarang kami harus mengakui kenyataan bahwa Indonesia telah dijadikan sasaran, dan telah memakan banyak korban. Kami berpikir dan bertanya, mengapa aksi seperti itu dapat terjadi, apa yang sesungguhnya melatarbelakangi, motif dan argumennya, apa kaitannya dengan jaringan terorisme internasional, dan bagaimana cara mencegah, menangkal serta menanggulanginya secara efektif. Kami telah mengeluarkan serangkaian undang-undang yang tegas untuk mencegah dan menanggulangi ancaman terorisme itu. Dengan sarana hukum kami berhasil membongkar jaringan dan menangkap para pelaku terorisme ini, dan membawanya ke pengadilan. Beberapa orang di antara mereka sudah dijatuhi hukuman yang setimpal. Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam mendukung kebijakan nasional ini. Organisasi-organisasi umat Islam Indonesia yang besar dan kuat, seperi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, ataupun Majelis Ulama Indonesia dan tokoh-tokoh terkemuka umat Islam, mengutuk aksi terorisme tersebut. Hal ini penting, karena para pelaku teror yang jumlahnya tidaklah banyak, tetapi sangat fanatik biasanya menyatakan bahwa mereka berjuang demi agama Islam. Memang tidak banyak yang percaya bahwa agama Islam, yang mengajarkan persamaan, keadilan dan persaudaraan, bisa dijadikan landasan pembenaran untuk aksi pemboman semena-mena di berbagai tempat. Sementara itu, seperti halnya di negara-negara lain yang masyarakat bangsanya sebagian besar menganut agama Islam, aliran mainstream yang dianut oleh umat Islam Indonesia adalah bersifat moderat dan sangat anti kekerasan. Bagaimanapun, para pelaku aksi teror tersebut selain kelompok kecil sempalan dari umat Islam Indonesia yang besar, juga merupakan bagian dari jaringan terorisme internasional. Mereka bergerak dengan motif dan argumen pembenar yang berpangkal dari berkepanjangannya sikap tidak adil yang diperlihatkan oleh negara-negara besar terhadap negara-negara yang penduduknya beragama Islam, terutama dalam menyelesaikan konflik Timur Tengah.

Kita benar-benar perlu bersikap arif dan realistik dalam menghadapi persoalan yang sudah berlangsung lama ini. Bagaimanapun, sulit bagi kita sekarang ini untuk membantah kesan bahwa kebijakan penyelesaian konflik di Timur Tengah bukan saja tidak adil tetapi juga sangat memihak. Konflik Timur Tengah jelas bukan konflik agama atau konflik antar umat beragama, walau di dalamnya ada pula dimensi keagamaannya. Kita semua sesungguhnya sangat mengetahui hal itu. Apapun alasan kita masing-masing, harus kita akui bahwa ketiadaan sikap adil, ditambah dengan memuncaknya rasa dipinggirkan dan diabaikan, dan tersendatnya saluran formal untuk memperjuangkan aspirasi, telah menyuburkan tumbuhnya iklim kekerasan. Dalam pandangan kami, inilah sesungguhnya bibit dan akar persoalan yang akhirnya berujung pada lahirnya tindak terorisme yang malah menimbulkan petaka dan kepedihan. Melalui forum yang terhormat ini saya menghimbau seluruh pimpinan negara-negara anggota PBB, untuk membuka pintu hati dalam mempertimbangkan masalah yang sangat penting bagi perdamaian dunia, kesejahteraan umat manusia, dan kelangsungan kemanusiaan ini. Kita pasti dapat mewujudkan hal itu, bila kita bersedia melihat semua itu dengan mata hati dan pikiran yang jernih. Kita memang tidak perlu menjadi Sang Maha Pengadil. Yang perlu, sekedar berpikir dan bersikap adil. Sungguh sangat tidak menguntungkan bahwa kita sangat lambat mengenali akar masalah tersebut. Perang yang terjadi di Timur Tengah beberapa bulan yang lalu, lagi-lagi adalah cermin dari keadaan tersebut. Masalah yang ditimbulkan oleh perang tersebut ternyata jauh lebih banyak dari yang hendak diselesaikannya. Saya percaya bahwa banyak pelajaran yang dapat kita tarik dari perang Irak ini. Sidang yang saya hormati, Dalam rangka mencegah, menangkal serta menyelesaikan masalah terorisme internasional ini, melalui forum yang mulia ini izinkanlah saya mengusulkan agar negara-negara, yang warganegaranya menjadi sasaran utama dari kelompok-kelompok terorisme internasional ini, bersedia untuk meninjau kembali dan menyempurnakan kebijakan anti terorisme yang mereka anut, khususnya dalam menangani konflik Arab Israel di Timur Tengah. Arah yang perlu dituju adalah perlakuan yang lebih adil serta kesan yang tidak memihak kepada salah satu pihak yang bertikai di kawasan tersebut. Sungguh sangat banyak pemuka umat Islam Indonesia yang percaya bahwa jika negara-negara besar bisa bersikap lebih adil, dan tidak memberi kesan memihak kepada pihak-pihak yang bertikai di Timur Tengah, sebagian besar akar masalah terorisme yang dilancarkan atas nama Islam yang sudah barang tentu tidaklah absah sudah bisa diatasi. Sebagai Kepala Negara dengan penduduk muslim yang terbesar di dunia, saya

berharap kita memberi perhatian terhadap soal ini. Marilah kita cegah, agar akar terorisme tersebut tidak meluas dan memancing lahirnya berbagai ketidakpuasan yang lain, termasuk di bidang-bidang sosial dan ekonomi. Kegagalan WTO baru-baru ini, dan masih tetap lambatnyajika tidak dapat dikatakan berhenti pelaksanaan berbagai agenda sosial dan ekonomi global, bukan tidak mungkin akan semakin memperbanyak permasalahan di dunia ini. Kita semua berkepentingan dengan terwujudnya satu dunia yang lebih aman, lebih adil, lebih sejahtera, serta lebih manusiawi. Bukankah itu tujuan luhur yang dinyatakan secara eksplisit dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Juni 1945 dahulu? Demikianlah, segalanya memang telah berubah dengan cepat. Teknologi telah semakin menjadikan dunia bagaikan ruang yang terbuka dan tanpa batas yang jelas. Kehidupan dan sistem nilai didalamnya juga berkembang pesat. Banyak sekali tatanan dan bahkan perangkat, baik kelembagaan maupun tatakerjanya, yang semestinya diganti, disesuaikan, dan disempurnakan. Empat puluh tiga tahun yang lalu, tahun 1960, Presiden kami yang pertama, Dr. Ir. Soekarno, berbicara dengan sangat jelas mengenai soal ini. Dalam pidato di depan sidang yang sama seperti sekarang ini, yang diberi judul To Build the World Anew beliau menyerukan perlunya penataan kembali tata kehidupan dan hubungan antar bangsa-bangsa di dunia ini. Sekarang, kita semua merasakan, dan menyaksikan, kebenaran seruan beliau itu. Kita memang memerlukan perombakan yang mendasar terhadap keseluruhan tatanan tersebut. Kalau untuk itu diperlukan perbaikan kinerja badan dunia ini agar lebih mampu memberi sumbangan yang lebih konstruktif bagi dunia yang makin damai, tertib, lebih aman, lebih adil, lebih sejahtera dan lebih manusiawi, kita harus berani meninjau, menyempurnakan dan merevitalisasi kelembagaan dan tatakerja badan dunia ini. Kita harus memperkuat kerjasama internasional, dan memperkokoh kerjasama kawasan. Di Asia Tenggara, kami terus memperkuat ASEAN. Bulan depan kami akan bertindak sebagai tuan rumah KTT ASEAN ke-ix. Dalam kesempatan tersebut kami akan memfinalisasi konsepsi ASEAN Security Community. Semua itu kami maksudkan untuk memperkuat aspek kelembagaan dan tatakerja ASEAN, sebelum melangkah ke sasaran yang lebih besar lagi. Kami percaya, ASEAN yang stabil dan damai, akan besar artinya bagi perwujudan tujuan-tujuan PBB. Memang tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Tetapi membangun kawasan yang aman dan damai, serta dunia yang lebih demokratis, memang memerlukan kesabaran dan kerjakeras. Itu semua jelas merupakan tanggung jawab kita semua. Dalam pengalaman kami membangun masyarakat yang lebih demokratis, kami

mengetahui betapa sulitnya semua itu. Kami menyadari, membangun dunia yang lebih demokratis jelas lebih sulit lagi. Apapun, negara kami akan tetap memenuhi tanggungjawab internasionalnya dan akan terus bekerjasama dengan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya untuk membangun dunia baru yang kita dambakan. Terimakasih. New York, 23 September 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Sumber: http://www.indonesiamission-ny.org/newstatements/unga58_092303_ind.htm