diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

dokumen-dokumen yang mirip
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. membedakan pengelolaan lembaga keuangan Islam (syariah) dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agen of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang tidak menghendaki kemiskinan. Islam juga

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. nasabah dan sering juga masyarakat menggunakannya, dengan alasan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mulai bermunculan di Indonesia yaitu Baitul Ma>l wat. BMT adalah singkatan dari Baitul Ma>l wat Tamwi>l yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD DI BMT MUDA SURABAYA. keuntungannya sudah diperjanjikan diawal akad. Artinya pihak BMT tidak dapat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat guna menunjang jalannya proses pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. ada menyebabkan masyarakat yang berpenghasilan rendah sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.bahkan sistem-sistem yang ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab, tanggung jawab diartikan sebagai beban yang bersifat moral. Artinya antara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB I PENDAHULUAN. kajiannya. Lebaga ini berdiri berdasarkan SK Rektor No.Un.3/Kp.07.6/104/2007 tanggal

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB I Latar Belakang Pemilihan Kasus. berdasarkan sistem syariah (hukum islam) 2. Usaha pembentukan sistem ini

BAB II LANDASAN TEORI. UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lembaga keuangan syariah (LKS), khususnya perbankan syariah, bai al-murābaḥah diterapkan sebagai produk pembiayaan untuk membiayai pembelian barang-barang konsumer, kebutuhan modal kerja, dan kebutuhan investasi. 1 Mekanisme penerapan murābaḥah di LKS, didasarkan pada asumsi bahwa nasabah membutuhkan barang/objek tertentu, tetapi kemampuan finansial tidak cukup untuk melakukan pembayaran secara tunai. Untuk itulah maka nasabah berhubungan dengan LKS. Namun karena LKS pada umumnya tidak memiliki inventory terhadap barang/objek yang dibutuhkan nasabah, maka LKS melakukan pembelian atas barang yang diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang kemudian akan menjualnya kembali kepada nasabah pemesan dengan harga jual yang disepakati. 2 Pada saat sudah terjadi serah terima barang antara LKS dan nasabah debitur, maka kewajiban nasabah adalah melakukan pembayaran sesuai kesepakatan baik secara angsuran atau di akhir secara lumpsum. 3 Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo yang juga merupakan Lembaga Keuangan Syariah non bank, berfungsi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada 1 Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keungan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 119 2 Ibid., hlm. 120. 3 Ibid., hlm. 121. 1

2 umumnya. 4 Sesuai dengan itu, maka BMT Amanah Ummah cabang Sukoharjo pun telah mengadakan produk penyaluran dana berupa pembiayaan dengan orientasi mengembangkan dan atau meningkatkan pendapatan anggota dan BMT. 5 Salah satu pembiayaan yang sudah umum dikembangakan oleh BMT Amanah Ummah cabang Sukoharjo maupun lembaga keuangan Islam lainnya adalah pembiayaan murābaḥah. Pembiayaan murābaḥah yang terjadi antara pihak BMT dengan pihak nasabah selaku penjual dan pembeli barang terkadang tidaklah berjalan mulus atau sesuai dengan kesepakatan perjanjian. Biasanya ada pihak yang tidak mentaati ketentuan sebagaimana yang telah disebutkan dalam kontrak, terutama dari pihak nasabah yang mengidap character risk (karakter buruk) yaitu nasabah mampu yang melakukan wanprestasi atau cidera janji dengan cara sengaja menunda-nunda proses pembayaran kepada pihak BMT untuk melunasi hutang, sehingga berujung pada kerugian pihak BMT. Berdasarkan pemaparan menejer BMT Amanah Ummah bahwa sampai di tahun 2016 total pembiayaan bermasalah adalah 3 % dari jumlah 100 milyar perputaran uang. 6 Oleh sebab itu, untuk menangani nasabah wanprestasi, maka sanksi dianggap perlu dikenakan kepada pihak nasabah yang tidak beriktikad baik. Sanksi tersebut didasarkan pada prinsip ta'zīr, yaitu bertujuan agar 4 http://www.bmtaum.co.id/profile/selayang-pandang.html diakses pada hari kamis 25 Agustus 2016 pukul 11:29 WIB 5 Muhamad Hidayat, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 119. 6 Wawancara dilakukan dengan Menejer Utama BMT Amanah Ummah pada hari Jumat, 17 Juni 2016 pukul 13.20 di BMT Amanah Ummah.

3 nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. 7 Biasanya sanksi berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. 8 Sebagai sebuah lembaga bisnis yang bergerak berdasarkan prinsip syariah, bukan berarti BMT melakukan tindak gegabah dengan sewenangwanangnya menerapkan sanksi tanpa memperhatikan aspek-aspek kesyariahan, oleh sebab itu fatwa DSN-MUI sebagai payung hukum LKS, sudah seharusnya menjadi acuan sekaligus pedoman BMT Amanah Ummah cabang Sukoharjo dalam melakukan pelbagai macam kegiatan bisnis. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional disebutkan beberapa ketentuan penerapan sanksi yang dapat dilaksanakan oleh LKS. Yakni mencakup jenis nasabah yang dapat dikenakan sanksi, jenis nasabah yang tidak diperbolehkan dikenakan sanksi, bentuk sanksi dan upaya lanjut pelaksanaan sanksi. Dari latar belakang diatas, maka penulis merasa perlunya mengetahui kesesuaian antara penerapan sanksi yang dilaksanakan BMT Amanah Ummah cabang Sukoharjo terhadap nasabah wanprestasi pada akad murābaḥah dengan fatwa Dewan Syariah Nasional. Oleh sebab itu maka penulis hendak melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Penelitian ini berjudul: Analisis Penerapan Sanksi Terhadap Wanprestasi Nasabah Pada 7 Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Perbankan Syariah, (UU dibidang perbankan, fatwa DSN-MUI, dan peraturan bank Indonesia), (Yogyakarta:UII Press, 2007), hlm. 156. 8 Ibid., hlm. 156.

4 Akad Murābaḥah di BMT Amanah Ummah Cabang Sukoharjo (Studi Atas Kesesuaian Fatwa Dewan Syariah Nasional) B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas dan untuk memfokuskan penelitian ini, maka penulis mengemukakan pokok masalah sebagai berikut: Apakah penerapan sanksi terhadap wanprestasi nasabah pada akad murābaḥah di BMT Amanah Ummah cabang Sukoharjo sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitain ini memiliki tujuan untuk mengetahui kesesuaian antara penerapan sanksi yang diterapkan oleh BMT Amanah Ummah cabang Sukoharjo terhadap nasabah wanprestasi pada akad murābaḥah dengan fatwa Dewan Syariah Nasional. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tentang analisis penerapan sanksi terhadap wanprestasi nasabah pada akad murābaḥah di BMT AUM cabang Sukoharjo adalah sebagai berikut: a. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu karya ilmiah penambah wawasan serta pengetahuan di bidang ilmu Hukum Ekonomi Syariah mengenai standar operasional prosedur dalam penerapan sanksi di Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

5 khususnya di BMT berdasarkani fatwa DSN. Selain itu juga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan atas pembanding bagi penelitian selanjutnya dalam pembahasan sejenis. b. Praktis Penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif terutama bagi lembaga sejenis untuk menetapkan kebijakan kedepan dalam menerapkan sanksi kepada nasabah wanprestasi, khususnya pada akad murābaḥah.