BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia dan memiliki peranan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal kualitas banyak sekali yang menjadi persolan bersama. Berdasarkan Survey

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebab penduduk di Indonesia kurang memperhatikan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. agar menjadi manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun kualitasnya semakin rendah hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia dari zaman dahulu sampai zaman

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perkembangan peserta didik pada masa sekarang dan masa yang

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini sejalan dengan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Memasuki tahapan tahun ajaran 2016, seluruh sekolah diharapkan menggunakan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 ini, diharapkan siswa memiliki keseimbangan dalam mengembangkan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya memahami teori saja tetapi siswa juga dituntut untuk menghasilkan suatu produk, yaitu sikap dan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini sejalan dengan (Nurhadi,dkk, hlm.54) mengemukakan bahwa: Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih tergolong rendah, terutama pada pendidikan jenjang Sekolah Dasar yang sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku, alat pelajaran, dan perbaikan sarana prassarana pendidikan lainnya. Serta peningkatan mutu manajmen sekolah. Namun, berbagai indicator mutu pendidikan tersebut belum mampu menunjukkan peningkatan yang memadai. 1

2 Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun, disiplin yang tinggi. (Kemendikbud: 2014). Sejalan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat (19). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pegetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sejak tahun 2006 lalu (Kemendikbud: 2014). Berdasarkan pemaparan di atas sebagaimana yang telah dikemukakan penulis mencoba menerapkan kurikulum 2013 dengan menggunakan model Discovery Learning dalam penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Ini dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah, hanya berpusat kepada guru dan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi malas dan menurunnya hasil belajar. Melalui model Discovery Learning hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui penemuan-penemuan untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri ataupun kelompok. Proses pembelajaran siswa menerapkan serangkaian kerja ilmiah meliputi kemampuan berfikir kritis, analisis dan kemampuan berfikir

3 logis. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Hamdani, (2011, hlm. 184) mengemukakan bahwa Discovery (penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Adapun proses mental, misalnya meengamati, menjelaskan, mengelompokan, membuaat kesimpulan dan sebagainya. Dalam model ini guru sebagai pembimbing atau fasilitator dalam membantu siswa menemuakan pengetahuan baru dari sebuah materi yang sebelumnya tidak diketahui siswa. Pemilihan model ini direncanakan dapat membuat siswa berpartisipasi secara aktif. Sejalan dengan Budiningsih (2005, hlm. 43) model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Dengan menggunakan model Discovery Learning perkembangan kognitif siswa menjadi terarah dan pengetahuan yang didapat siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mengajar melalui Discovery Learning akan melibatkan siswa dalam kegiatan bertukar pendapat melalui diskusi, seminar dan sebagainya. Beberapa keuntungan mengajar dengan menggunakan model Discovery Learning menurut Hanafiah dan Suhana (2012, hlm. 79) meliputi: a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penugasan keterampilan dalam proses kognitif. b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

4 Ternyata tidak sedikit orang yang telah menggunakan model Discovery Learning ini untuk penelitiannya, salah satunya adalah Meilisa Utari dan Gina Putri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meilisa Utari (2015) yang berjudul Penerapan Model Discovery Learning untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas I SDN Sekelimus 1 Bandung pada subtema Gemar Berolah raga menyatakan bahwa setelah menerapkan Discovery Learning hasil belajar siswa pada subtema Gemar Berolahraga meningkat. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gina Putri (2014) yang berjudul Penerapan Model Discovery Learning Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengolah Informasi Dan Berkomunikasi Pada Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu (penelitian tindakan kelas pada pembelajaran tematik terpadu, tema I indahnya kebersamaan, subtema 3 bersyukur atas keberagaman, terhadap siswa kelas IV SDN Ciumbuleuit I kecamatan cidadap Kotamadya Bandung Tahun ajaran 2014/2015) menyatakan bahwa setelah menerapkan Discovery Learning hasil belajar siswa meningkat. Melalui observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti, kenyataannya kurang sesuai dari yang di harapkan seperti dalam kegiatan belajar mengajar, siswa pada umumnya cenderung kurang aktif dalam pembelajaran karena siswa kurang tertarik dalam pembelajaran tersebut, sehingga dapat menurunkan rasa percaya diri siswa dalam melakukan proses belajar, dan juga terlihat dari proses pembelajaran siswa tidak terlihat bahwa siswa berani maju kedepan, tidak adanya rasa percaya diri untuk mengungkapkan konsep yang mereka miliki. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar peserta didik menurun serta kurangnya rasa percaya diri pesrta didik dalam belajar untuk menyampaikan informasi yang telah diterima karena kurangnya

5 kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Kegiatan pembelajaran di kelas, siswa dituntut untuk memiliki sikap percaya diri agar siswa aktif dalam belajar, termotivasi untuk mencari tahu sendiri informasi, percaya kepada kemampuan sendiri, berani membuat keputusan dan mengungkapkan pendapat. Sikap percaya diri ini perlu ditanamkan dan dikembangkan pada diri siswa karena sikap percaya diri merupakan salah satu nilai pendidikan karakter yang harus diterapkan pada kurikulum 2013 sehingga siswa menjadi termotivasi dalam belajarnya dan berani mengungkapkan pendapatnya. Selain itu, dengan memiliki rasa percaya diri siswa tidak hanya menjadi aktif dalam belajar tetapi juga dapat menigkatkan hasil belajar mereka. Hal ini sejalan dengan Direktorat pengembangan sekolah dasar (2015, hlm. 25) tentang indikator sikap percaya diri yang harus dikembangkan oleh sekolah meliputi: a) Berani tampil di depan kelas. b) Berani mengemukakan pendapat c) Berani mencoba hal baru d) Mengemukakan pendapat terhadap suatu topic atau masalah e) Mengajukan diri menjadi ketua kelas atau pengurus kelas lainnya f) Mengajukan diri untuk mengerjakan tugas atau soal di papan tulis g) Mencoba hal-hal baru yang bermanfaat h) Mengungkapkan kritikan membangun terhadap karya orang lain i) Memberikan argument yang kuat untuk mempertahankan pendapat. Model belajar sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar. Apabila guru mengajar dengan model yang baik, maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang baik. Dan apabila gur mengajar dengan model yang kurang baik, maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang tidak baik pula. Guru yang mengajar dengan model ceramah saja, akan menjadikn siswa bosan, pasif, tidak ada miat

6 belajar. Oleh karena itu guru dituntut menggunakan model Discovery Learning disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan, siswa mejadi terlibat aktif dalam pembelajaran dan didapatkan hasil belajar yang maksimal. Dari pengamatan dilapangan tahun ajaran 2015/2016 banyak siswa kelas III yang mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian siswa dari jumlah 28 orang hanya 10 siswa yang mencapai keberhasilan, dan 18 orang memperoleh nilai kurang atau dibawah 75 berarti dalam pembelajaran yang dipelajari belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sesuai yang diharapkan. Rendahnya kualitas pendidikan juga tercermin dalam pembelajaran dikelas. Proses pembelajaran dikelas masih didominasi oleh guru. Guru masih menempatkan dirinya sebagai sumber utama pengetahuan. Hal ini dilakukan oleh guru karena mengajar target materi pelajaran yang ditetapkan oleh kurikulum. Guru hanya berfokus pada hasil belajar sebagai indikator ketuntasan belajar siswa. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menggali pengetahuan dan mengaitkan konsep yang dipelajari ke dalam situasi yang berbedaa, sehingga konsep-konsep yang diajarkan menjadi kurang bermakna dan hanya bersifat hafalan saja. Dewasa ini, masih banyak tenaga pengajar yang menggunakan metode ceramah dimana siswa hanya datang, duduk, diam, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertnya sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kaku dan hanya berpusat pada guru. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Jika

7 pendidik terus mempertahankan cara mengajar peserta didik lebih banyak menerima penggunaan metode ceramah atau pemberian tugas, maka dikhawatirkan akan menimbulkan multitafsir dikalangan peserta didik. Akibat lain yang ditimbulkan adalah kurangnya percaya diri peserta didik dan hasil belajar dikelas. Kegiatan belajar mengajar diperlukan guru yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, perlunya diterapkan model Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mengembangkan sikap percaya diri dalam mengambil keputusan. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) perlu diubah menjadi proses pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa (student center). Berdasarkan pemikiran dan penjelasan di atas, penulis merasa perlu mengagkat permasalahan ini untuk dijadikan bahan penelitian yang kemudian disusun dalam penelitian yang berjudul Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema Perkembangbiakan Tumbuhan.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengambil rumusan Identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kegiatan belajar masih berpusat pada guru sehingga siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Seperti apa implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran di dalam kelas? 3. Kurangnya sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa, 4. Kurangnya kompetensi siswa baik dalam sikap, pengetahuan maupun keterampilan. 5. Guru kurang kreatif dalam menggunakan model pembelajaran yang inovatif bagi siswa dalam pembelajaran. 6. Tidak adanya media pembelajaran pada proses pembelajaran berlangsung. 7. Nilai belajar siswa masih di bawah KKM 8. Kurang pedulinya sikap siswa terhadap proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan tidak memperhatikan guru yang sedang menjelasskan. C. Pembatasan Masalah. Berdasarkan latar belakang dan rumusan di atas, masalah yang muncul sangatlah banyak sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan agar pembahasan tidak terlalu meluas. Maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

9 2. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III Sekolah Dasar pada Subtema perkembangbiakan tumbuhan. 3. Percaya diri dan hasil belajar siswa yang menjadi focus pada penelitian ini. 4. Guru belum bisa mengatasi hambatan dan upaya dalam menerapkan model Discovery Learning. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan secara umum adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada sub tema Perkembangbiakan Tumbuhan di kelas III SDN Lengkong Besar 105-85? Rumusan masalah umum tersebut dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model Discvery Learning pada subtema perkembangbiakan tumbuhan di kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 dilaksanakan agar percaya diri dan hasil belajar siswa meningkat? 2. Mampukah sikap percaya diri siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema perkembangbiakan tumbuhan meningkat setelah diterapkannya model Discovery Learning?

10 3. Mampukah hasil belajar siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada sub tema perkembangbiakan tumbuhan meningkat setelah diterapkannya model Discovery Learning? 4. Adakah hambatan peneliti dalam menerapkan pembelajaran model Discovery Learning pada subtema perkembangbiakan tumbuhan di kelas III SDN Lengkong Besar 105-85? 5. Bagaimana upaya peneliti untuk mengatasi hambatan dalam menggunakan model Discovery Learning pada subtema perkembangbiakan tumbuhan di kelas III SDN Lengkong Besar 105-85? E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Penelitian ini untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema perkembangbiakan tumbuhan dengan menggunakan model Discovery Learning. 2. Tujuan penelitian Khusus Tujuan khusus dari peneliti ini adalah : a. Untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada subtema perkembangbiakan tumbuhan agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa meningkat di kelas III SDN Lengkong Besar 105-85.

11 b. Untuk mengetahui sikap percaya diri siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema perkembangbiakan tumbuhan meningkat setelah di terrapkannya model Discovery Learning. c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema perkembangbiakan tumbuhan dengan diterapkannya model Discovery Learning. d. Untuk mengetahui hambatan yang dialami peneliti pada proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada subtema perkembangbiakan tumbuhan agar hasil belajar siswa meningkat di kelas III SDN Lengkong Besar 105-85. e. Untuk mengetahui upaya peneliti untuk mengatasi hambatan dalam menggunakan model Discovery Learning pada subtema perkembangbiakan tumbuhan di kelas III SDN Lengkong Besar 105-85? F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan penggunaan model Discovery Learning pada subtema perkembangbiakan tumbuhan kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 untuk meningkatkan percaya diri dan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa antara lain: 1) Meningkatkan sikap percaya diri siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema perkembangbiakan tumbuhan.

12 2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema perkembangbiakan tumbuhan 3) Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas III SDN Lengkong Besar 105-85 pada subtema perkembangbiakan tumbuhan 4) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru subtema perkembangbiakan tumbuhan kelas III SDN Lengkong Besar 105-85. 5) Memahami pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013. b. Bagi Guru, antara lain: 1) Dapat meningkatkan profesionalisme dan kreativitas guru dalam melakukan proses pembelajaran tematik yang menarik dan menyenagkan. 2) Menambah wawasan guru dalam mengembangkan model pembelajaran 3) Meningatkan pengalaman guru dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning. c. Bagi Sekolah, antara lain: 1) Mendorong visi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan 2) Melakukan perubahan untuk perbaikan kinerja secara professional terhadap para guru. 3) Dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran pada pembelajaran tematik terpadu. d. Manfaat bagi penulis, antara lain : 1) Menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian

13 2) Menambah wawasan dan pengalaman dalam upaya meningkatkan keaktifan dan kemampuan belajar siswa dalam menemukan informasi dengan menggunakan model Discovery Learning. 3) Dapat menambah referensi untuk kegiatan penelitian selanjutnya. G. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian teori dan hipotesis, metode penelitian dan pembahasan serta penutup. Bab I Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II kajian teori dan kerangka pemikiran mengemukakan tentang kajian teori yang mendasari permasalahan penelitian dan selanjutnya dikemukakan kerangka berfikir, hasil pemikiran terdahulu dan hipotesis penelitian. Bab III Metode penelitian, berisi tentang metode penelitian, desain penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, operasionalisasi variabel, rancangan pengumpulan data, instrument penelitian, dan analisis data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan berisi pembahasan dan hasil penelitian. Bab V penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran dari peneliti. Bagian Akhir Skripsi disusun dengan urutan Daftar pustaka, Lampiranlampiran, Daftar Riwayat Hidup.