matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah. Matematika merupakan salah satu mata

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran utama pendidikan di SD adalah memberikan bekal secara maksimal tiga kemampuan dasar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan SDM (Sumber Daya Manusia)

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suci Eniawati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. dasar sampai pendidikan menengah,bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

METODE PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Cut Eva Nasryah 1) Arief Aulia Rahman 2) 2) Universitas Negeri Medan, Jalan William Iskandar Pasar 5 Medan

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar Negeri Petung Panceng Gresik sebagai lembaga pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur- unsur manusiawi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa karena pembelajaran merupakan kunci sukses untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peserta didik SMP pada umumnya berada pada tahap berpikir konkrit yang ditandai oleh penalaran logis tentang hal-hal yang dapat dijumpai dalam dunia nyata. Di samping itu, konsep matematika yang lebih tinggi daripada yang sudah dimiliki oleh peserta didik, tidak dapat dikomunikasikan dengan definisi, tetapi perlu memberikan kepadanya contoh-contoh yang sesuai dengan materi pelajaran. Dengan contoh konkrit yang cocok dengan konsep yang diajarkan, dimaksudkan untuk menumbuhkan motivasi belajar matematika peserta didik. Ditinjau dari hakekat matematika dan obyek matematika yang abstrak, maka peserta didik SMP kelas VII selalu mengalami kesulitan mempelajari matematika, muncul kebosanan yang mengakibatkan tidak tertarik untuk belajar matematika. Untuk menjawab permasalahan ini perlu dikaji bagaimana mengajarkan matematika kepada peserta didik SMP kelas VII agar konsep matematika mudah dipahami dan menarik. Bagi beberapa anak, belajar matematika bisa dibilang rumit dan membosankan. Pelajaran yang diterima anak disekolah pun hanya berkutat di papan tulis dan buku saja. Padahal orang tua pun menyadari bahwa belajar matematika sangat penting untuk membantu anak belajar berpikir secara sistematis dan terstruktur. Data yang dirilis oleh Program for International Student Assesment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada Desember 2013 lalu mengatakan kemampuan matematika pelajar Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara yang di survei. Bagi peserta didik, penguasaan matematika akan menjadi sarana yang ampuh untuk mempelajari mata pelajaran lain. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan peserta didik kurang berminat pada pelajaran 1

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah paling sulit diantara pelajaran yang lainnya sebagaimana menurut Soedjadi (2000) bahwa banyak orang yang mengatakan bhwa matematika itu sulit. Darmin (2003) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Dalam proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai komponen. Masing masing komponen saling mempengaruhi sedemikian hingga dapat tercapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Pada suatu proses pembelajaran diperlukan adanya model pembelajaran. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran ini membantu peserta didik untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena akan didukung dengan interaksi yang terjadi didalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran kooperatif dilandaskan pada teori kognitif karena menurut model pembelajaran kooperatif interaksi bisaa mendukung pembelajaran ( Yamin, 2008 ). Pembelajaran kooperatif merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar peserta didik ( Jacobsen, 2009 ) Salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Cooperative berarti bekerja sama dan Learning berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama. Namun tidak semua belajar bersama adalah Cooperative Learning, dalam hal ini belajar bersama melalui teknik-teknik tertentu. Menurut Slavin (2010) mengemukakan pendekatan paling efektif terhadap manajemen kelas bagi pembelajaran kooperatif adalah menciptakan sebuah sistem penghargaan positif yang didasarkan pada kelompok. Menurut Johson dan Roger (dalam Eko, 2004 ) cara yang paling ampuh mengaktifkan peserta didik untuk belajar dan memberikan dampak positif di dalam kelas dan lingkungan adalah belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif 2

di kelas menekankan bahwa kelas berjalan bersama-sama ke tujuan, membina hubungan yang positif, artimya di dalam proses pembelajaran kooperatif ini peserta didik dituntuk belajar aktif sehingga mampu mengatasi masalah secara bersama-sama. Pendekatan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan bagi peserta didik untuk bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan teman sebaya yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) mampu mengubah peranan guru yang semula sebagai pusat pembicara utama di kelas menjadi fasilitator, motivator, dan moderator dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk bekerja dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan bahwa: 1. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus dapat meningkatkan kemampuan dalam hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. 2. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasi pengetahuan dengan keterampilan. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah Student Team Achivment Division atau lebih dikenal dengan singkatan STAD. Sifat pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar kelompok biasa, pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Ratu Manan (dalam Eko, 2004) menyatakan bahwa salah satu tipe pembelajaran yang sederhana dan memberikan teknik-teknik yang baik kepada peserta didik dalam gotong royong untuk mencapai hasil belajar. Tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan mudah diterapkan di kelas. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berlatar belakang dari materi matematika yang memerlukan keterlibatan peserta didik secara langsung dalam 3

pembelajarannya agar peserta didik dapat lebih memahami konsepnya serta melatih peserta didik untuk lebih aktif dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dirasa cocok dengan mata pelajaran matematika tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal ( Isjoni, 2010 ). Interaksi tatap muka terjadi pada saat peserta didik menghidupkan dan memfasilitasi suasana diskusi dengan kelompok lain agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam hal ini setiap peserta didik atau kelompok dapat memberi masukan terhadap hal-hal yang menjadi kekurangan pada kelompok lain demikian sebaliknya. Interaksi dalam sebuah pembelajaran adalah hal yang sangat penting dan diperlukan, Interaksi juga membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan belajarnya. jadi memaksimalkan interaksi di kelas adalah tugas seorang guru. Interaksi juga tidak akan muncul dengan tiba-tiba pada saat mengajar, proses interaksi harus dipertimbangkan sebelum memulai pembelajaran. Dengan mempertimbangkan hal di atas, maka peneliti termotivasi untuk melaksanakan penelitian tentang Analisis keaktifan dan Interaksi Peserta didik pada pembelajaran Kooperatif Matematika Tipe STAD (Student Team Achievemen Division) di SMP Kelas VII 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan suatu masalah yaitu Bagaimana keaktifan dan interaksipeserta didik pada pembelajaran kooperatif matematika tipe STAD di SMP kelas VII? 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah yang akan dibahas maka perlu adanya ruang lingkup. Hal ini juga untuk 4

menghindari terlalu luasnya masalah yang akan di bahas. Beberapa batasan masalah tersebut adalah a. Penelitian ini hanya dilakukan pada peserta didik SMP kelas VII b. Penelitian ini meneliti tentang keaktifan dan interaksipeserta didik pada pembelajaran kooperatif matemtaika tipe STAD c. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Malang kelas VII-4 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keaktifan dan interaksi peserta didik pada pembelajaran kooperatif matematika tipe STAD di SMP kelas VII 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat berupa manfaat teoritik dan praktis. Manfaat teoritiknya yaitu dapat meningkatkan keaktifan dan interaksipeserta didik dalam mata pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD (Student Team Achievemen Division) Sedangkan manfaat secara praktis yaitu untuk mengetahui yaitu untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievemen Division) dapat meningkatkan interaksi dan keaktifan peserta didik di kelas dapat dijadikan salah satu inovasi pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dan dapat meningkatkan semangat untuk belajar dengan adanya model pembelajaran yang beraneka ragam. 1.6 Definisi Operasional a. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran koperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran berkelompok yang teridiri dari 4-5 peserta didik yang terdiri dari laki-laki 5

dan perempuan serta peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah. b. Keaktifan belajar peserta didik merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran peserta didik harus terlibat aktif dan menjadi pusat pada pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Peserta didik aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan di dalam pembelajaran. c. Interaksi yaitu proses dua arah yang mengandung tindakan atau perbuatan antar peserta didik. Interaksi juga merupakan hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Interaksi juga proses dimana peserta didik berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Suhubungan dengan itu interaksi adalah proses saling mengambil peran. Proses pembelajaran akan efektif, jika interaksi anta peserta didik terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan peserta didik. 1.7 Kerangka Konseptual Pengembangan Kurikulum 2013 diawali dengan analisis kebutuhan masyarakat Indonesia. Analisis kebutuhan tersebut merupakan analisis kesenjangan mengenai kemampuan yang perlu dimiliki warganegara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa 6

penguasaan soft skills perlu mendapatkan prioritas dalam pengembangkan kemampuan warganegara untuk kehidupan masa depan. Analisis Tujuan Pendidikan Nasional sebagai arah pengembangan kurikulum. Setiap upaya pengembangan kurikulum haruslah didesain untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum sebagai jiwa pendidikan (the heart of education) harus selalu dirancang untuk mencapai kualitas peserta didik dan bangsa yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan. Kajian dari tujuan pembelajaran matematika di SMP yaitu memberi arah yang juga mengacu kepada pengembangan soft skills yang berimbang dengan penguasaan hard skills. Pada penelitian ini lebih difokuskan dengan model pembelajarannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk melihat keaktifan dan keaktifan peserta didik. Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi untuk mempengaruhi. Seperti yang dijelaskan pada gambar berikut : TUJUAN PEMBELAJARAN SMP KOOPERATIF STAD RENCANA PEMBELAJARAN 1. Materi 2. Model 3. Sumber 1. Keaktifan 2. Interaksi IMPLEMENTASI EVALUASI Gambar 1.6 Kerangka Konseptual 7