pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger,

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PT RlAU ANDALAN PULP AND PAPER DALAM KAITANNYA DENGAN UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Agenda penanggulangan kemiskinan telah disepakati oleh Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

KONFERENSI INTERNASIONAL CSR DAN MEMERANGI GIZI BURUK DALAM MENCAPAI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Jakarta, 13 Desember 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series

I. PENDAHULUAN. sebagai manusia sehat yang cerdas, produktif dan mandiri. Upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Landasan hukum yang mewajibkan bagi setiap SKPD untuk memiliki Rencana Kerja (Renja-SKPD) adalah :

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Perempuan dan Industri Rumahan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

DAFTAR ISI. iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar belakang Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2000 bidang pertanian dan ketahanan pangan merekomendasikan perlunya reorientasi kebijakan ketahanan pangan dengan mernpertirnbangkan ernpat dimensi utama yaitu: ketersediaan, aksesibilitas, resiko pangan (vulnerability) dan berkelanjutan (sustainability). Pengentasan kemiskinan dipandang sebagai bagian penting rnewujudkan ketahanan pangan untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap pangan dan keberlanjutannya. Hal ini sejalan dengan definisi kemiskinan oleh BPS (2003) yaitu kondisi dimana individu tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minirnalnya secara layak (termasuk kebutuhan konsumsi pangan). Adapun jumlah jumlah penduduk miskin di lndonesia tahun 2003 sekitar 37,3 juta jiwa (17,4%). Kerniskinan dapat dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahhya ketahanan pangan rumah tangga. Situasi rendahnya ketahanan pangan rurnah tangga di lndonesia ditunjukkan oleh data (1) jurnlah penduduk rawan pangan yang mengkonsumsi kurang 90% dari konsumsi yang direkomendasikan sebesar 2000kkaVkap/hari masih cukup besar yaitu 52,33 juta jiwa pada tanun 2002. Sebanyak 15,48 juta jiwa diantaranya merupakan penduduk sangat rawan yaitu rnengkonsurnsi kurang dari 70% dari konsurnsi yang direkornendasikan: (2) rnasih besamya jumlah balia kurang gizi yaitu 5,02 juta pada tahun 2002 dan 5,12 juta pada tahun 2003 (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Propinsi Riau, merupakan salah satu propinsi yang rnemiliki jumlah penduduk rniskin cukup besar yaitu sekitar 13,5296 (BPS, 2003). Selanjutnya data dari Badan Ketahanan Pangan propinsi Riau (2004) diperoleh informasi bahwa sebanyak 1.315.359 jiwa (24,7%) penduduk Riau rnerupakan sangat rawan pangan, dan 2.612.233 jiwa (49,21%) merupakan penduduk berpotensi rawan pangan. Kerniskinan dapat rnenyebabkan terjadinya ketidaktahanan pangan, sebaliknya, tidak tahan pangan juga dapat memicu terjadinya kerniskinan. Fenomena ini membentuk sebuah lingkaran setan kerniskinan. Kemiskinan menyebabkan tidak tahan pangan karena adanya akses yang sangat terbatas terhadap pangan yang layak untuk dikonsurnsi. Dernikian juga tidak tahan

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger, 2003). Seriusnya dampak kemiskinan telah menyebabkan persoalan kemiskinan ini menjadi perhatian dunia seiring adanya komitmen untuk mengatasi persoalan tersebut pada World Summit for Social Development di Kopenhagen tahun 1995. Komitmen ini selanjutnya menjadi awal dari deklarasi PBB sebagai Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 1999 yang berisi 8 program tujuan dan dirinci ke dalam 18 target (Saragih, 2005). Persoalan dalam mengurangi kemiskinan dan kelaparan menjadi perhatian yang sangat penting terbukti dengan ditetapkan sebagai tujuan pertama dalam MDGs. Adapun target yang diharapkan dapat dicapai dalam ha1 ini adalah (1) menurunkan proporsi penduduk yang pendapatannya kurang dari 1 Dollar AS per hari tahun 1990 menjadi setengahnya pada tahun 2015; (2) menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan tahun 1990 menjadi setengahnya pada tahun 2015. Menindaklanjuti ha1 itu, Indonesia telah melakukan langkah besar dalam upaya mewujudkan tujuan MDGs terutama dalam upaya mengatasi kemiskinan dengan membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan pada 7 Desember 2001 melalui Keputusan Presiden No.124 tahun 2001 yang diikuti dengan Keputusan Presiden No.8 tahun 2002. Kerja keras komite ini telah menghasilkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) pada tahun 2004. SNPK menurut Komite Penanggulangan Kemiskinan (2004) merupakan cara-cara dan tahapan sistematis yang harus ditempuh dan dijalankan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, dan berbagai pihak dalam upaya mendorong gerakan nasional penanggulangan kemiskinan. Secara mendasar, penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mengedepankan pendekatan berbasis hak (right based approach). Pendekatan ini mengatur kewajiban negara, yakni pemerintah, DPR, DPD, TNllPOLRl dan lembaga tinggi negara lainnya untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap dan progresif. Salah satu hak dasar masyarakat yang hams dipenuhi dalarn upaya menanggulangi kemiskinan adalah hak dasar terhadap pangan yang mencukupi dan memenuhi persyaratan gizi. Menghadapi persoalan ini maka pemerintah telah membuat kebijakan yang akan ditempuh dalam jangka panjang sebagaimana tertuang

dalam SNPK yang dipertegas dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2006-2009. Upaya pemenuhan hak dasar pangan sebagaimana tertuang dalam SNPK pada hakekatnya bertujuan memenuhi kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau serta meningkatkan status gizi masyarakat miskin terutama ibu, bayi dan anak balita. Adapun kebijakan yang dilakukan untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas pangan berdasarkan SNPK adalah: 1. Meningkatkan produksi dan distribusi pangan secara merata. 2. Meningkatkan ketahanan pangan lokal. 3. Meningkatkan pendapatan petani lokal. 4. Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin tentang diversivikasi pangan yang berrnutu tanpa diskriminasi gender. 5. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini pangan dan gizi. Kebijakan lain yang lebih mempertegas upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam KUKP 2006-2009 yang mencakup kebijakan pada aspek ketersediaan, konsumsi dan distribusi, yaitu (Dewan Ketahanan Pangan, 2006): a Ketersediaan 1 Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan 2 Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri 3 Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan 4 Mengembangkan kemarnpuan pengelolaan cadangan pemerintah dan masyarakat b Distribusi 1 Meningkatkan sarana dan prasarana untuk efisiensi distribusi dan perdagangan pangan 2 Mengurangi danlatau menghilangkan perda yang menghambat distribusi pangan 3 Mengembangkan kelembagaan dan sarana fisik pengolahan dan pemasaran di pedesaan 4 Menyusun kebijakan harga pangan c Konsumsi 1 Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga sesuai kebutuhan jumlah, mutu, keamanan, dan gizi seimbang

2 Mendorong, mengembangkan dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memenuhi hak atas pangan khususnya bagi kelompok kurang mampu 3 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas inte~ensi bantuan pangan dan pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat rawan pangan 4 Mempercepat proses divesifikasi pangan ke arah konsumsi yang beragam dan bergizi seimbang Dalam pemenuhan hak dasar rakyat, pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik swasta (pelaku usaha), pemerintah negara lain dan lembaga internasional. Kerjasama ini dilakukan berkaitan dengan keterbatasan kemampuan dan sumberdaya negara. Namun demikian, berbagai pihak tersebut harus dipastikan untuk melaksanakan kewajiban yang melengkapi kewajiban negara dengan berupaya untuk menghonati, melindungi, dan memenuhi hak dasar masyarakat miskin atas dasar prinsip tanpa diskriminasi (Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2004). Kerjasama dan koordinasi dalam upaya mengatasi persoalan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan dapat dilakukan oleh pemerintah bersama dengan perusahaan selaku Non Govement Organizations [NGOs]). Sebagaimana diketahui, perusahaan merupakan instiusi non pemerintah yang menjalankan aktivitas bisnis di tengah masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di tengah masyarakat tersebut. Berdasarkan konsep sustainable dalam 'The Convention on Biological Divemity (CBD), sebagai salah satu kesepakatan utama yang dihasilkan dari '1992 Rio Summit', ditekankan tiga dimensi sustainable yaitu sustainable business, sustainable finance, sustainable development. Berdasarkan konsep tersebut, setiap perusahaan harus memiliki performa lingkungan dan sosial yang baik. Performa ini dapat diwujudkan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) (Abbot et al., 2002). Hal ini semakin ditekankan melalui World Summit on Sustuinable Development (WSSD) di Johannesburg, Afrika Selatan, 2002 yang menghasilkan kesepakatan pentingnya CSR dalam upaya menghadapi 3 isu penting yaitu pengentasan kemiskinan, lingkungan hidup, dan peningkatan perekonomian. Lebih jauh ditekankan dalam pertemuan tersebut bahwa diperlukan sebuah aktivitas trisector partnership untuk mengatasi persoalan kemiskinan, lingkungan hidup, dan peningkatan perekonomian yaitu kemitraan antara pemerintah, perusahaan, masyarakat/komunitas dan LSM (Supriatno, 2005).

Program-program CSR dimasyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk program Community Development atau yang dikenal sebagai program pemberdayaan rnasyarakat. Terkait dengan petwujudan ketahanan pangan sebagai pernenuhan hak dasar atas pangan maka sudah selayaknya perusahaan atau pelaku usaha berberan selaku bagian dari masyarakat. Peran dalam ha1 ini, dapat dapat diawali dan dibuktikan dengan mengintegrasikan kebijakan pemenuhan hak dasar atas pangan yang serta kebijakan umum ketahanan pangan ke dalam program pemberdayaan masyarakatnya. Dengan demikian diharapkan dukungan dan kejasama antara pemerintah, perusahaan (pelaku usaha), elemen masyarakat lainnya, serta lembaga luar negeri dapat mengurangi kerniskinan dan kelaparan tepat pada waktunya. Salah satu perusahaan yang diketahui memberikan perhatian secara serius terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper. Hal ini diketahui dari berbagai program yang ditujukan kepada masyarakat sekitar perusahaan. Keseriusan PT Riau Andalan Pulp and Paper ini mendapat pengakuan dari berbagai kalangan terbukti dengan terpilihnya ia sebagai finalis dalam anugrah CSR Award 2005 dan mendapatkan penghargaan Bidang Sosial. Keseriusan PT Riau Andalan Pulp and Paper untuk turut membangun masyarakat sekitarnya dilatarbelakangi oleh sebuah kesadaran bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan manufacturing (pabrik). tepatnya pabrik yang menghasilkan pulp dan kertas dengan skala cukup besar yaitu masing-masing dengan kapasitas produksi 2.000.000 tonhahun dan 350.000 tonltahun (Riaupulp, 2006). Perusahaan dengan jenis usaha seperti ini sangat berpotensi mempengaruhi masyarakat sekitarnya karena adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan dampak dari adanya aktiftas pabrik. Aktifitas PT Riau Andalan Pulp and Paper melibatkan 311 desa yang terkait langsung dengan kegiatan perusahaan dan berada di ring satu operasi perusahaan, tersebar di 44 kecamatan dalam 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Dampak yang dihasilkan antara lain penurunan daya dukung lingkungan, pencemaran, terganggunya aktiftas perekonomian masyarakat sekitar. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi PT Riau Andalan Pulp and Paper dalam mewujudkan performa lingkungan yang baik (Program Pemberdayaan Masyarakat Riau [PPMR] Riaupulp. 2005). Terlebih lagi, PT Riau Andalan Pulp and Paper beroperasi di propinsi Riau yang terkenal kaya sumberdaya alam

narnun pada kenyataannya memiliki penduduk miskin cukup besar yaitu 13,52% (BPS, 2003). Sebagaimana tertuang dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan tahun 2004 ditekankan pentingnya peran perusahaan dalam upaya pellanggulangan kemiskinan, sehingga fakta perusahaan ini dan hubungannya dengan persoalan daerah dirasakan sangat penting untuk dikaji. Perurnusan Masalah Pewujudan CSR melalui program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat ketika perusahaan mencapai kesuksesan dalam bisnis. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat menuntut adanya kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya berdasarkan prinsip partisipatif, produktivitas dan keberlanjutan. Kemiskinan dan kerawanan pangan di masyarakat diyakini merupakan salah satu persoalan besar saat ini. Gejala penting yang menunjukkan persoalan kemiskinan dan rawan pangan ini adalah banyaknya rumah tangga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dan kejadian gizi buruk terutama dikalangan anak-anak. Tentu saja, masyarakat yang menghadapi persoalan ini memerlukan bantuan berusahaan yang melakukan aktivitas bisnis di dekat mereka melalui berbagai bentuk program pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan perusahaan dalam menanggulangi kemiskinan dan rawan pangan sudah saatnya menjadi perhatian khusus terutama bagi perusahaan itu sendiri. Sebagaimana diketahui, pemerintah memiliki harapan tertentu terhadap perusahaan dalam penanggulangan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam SNPK. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan penjelasan tentang : 1 Bagaimana karakteristik kebijakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga? 2 Bagaimana kondisi aktual pelaksanaan dan peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran? 3 Bagaimana aspirasi (kebutuhan) masyarakat sasaran dalam kaitannya dengan program pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan rumah tangga?

Tujuan Umum Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan ~ mah tangga. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1 Mempelajari karakteristik kebijakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran. 2 Menganalisis pelaksanaan dan peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran. 3 Mengetahui aspirasi atau kebutuhan masyarakat sasaran dalam kaitannya dengan program pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan rumah tangga sasaran. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang ketahanan pangan rumah tangga dan pengukurannya, serta praktek pemberdayaan masyarakat yang banyak dikembangkan dan dipraktekkan oleh berbagai pihak baik oleh perguruan tinggi, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun oleh perusahaan. Berbagai temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya praktek atau bentukbentuk program pemberdayaan masyarakat dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan program pemberdayaan masyarakat, khususnya program pemberdayaan masyarakat yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi motivasi bagi peneliti lain untuk menelli lebih jauh tentang berbagai program pemberdayaan masyarakat yang berperan dalam peningkatan ketahanan pangan rumah tangga.