BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan metabolisme energi yang dikontrol oleh faktor biologi. 8 Obesitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan menuju Indonesia sehat. fisik, mental dan social, semua aspek tersebut akan mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa mengalami kegemukan. Di Amerika orang meninggal. penduduk menderita kegemukan (Diana, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan


BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan menuju Indonesia sehat. fisik, mental dan sosial. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemak. Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari massa

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

Problem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan energinya yang dilakukan secara terus-menerus, ritmis, dengan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan prevalensi tiap tahunnya. Sindrom metabolik merupakan sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

Anak yang berorangtua obesitas, berpeluang menjadi obesitas 60 90%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Pengertian Obesitas Obesitas adalah suatu kondisi kronis yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh. Ini adalah gangguan kompleks dari pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikontrol oleh faktor biologi. 8 Obesitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Apabila berat badan tidak diturunkan ke berat badan normal maka akan memicu timbulnya beberapa penyakir kronis yaitu Diabetes Melitus tipe 2, hipertensi, Penyakit jantung koroner, dan kanker (usus besar, prostat, kandung kemih, dan rahim). 9 Selain itu, dalam beberapa penelitian diketahui juga bahwa obesitas berhubungan dengan berbagai gangguan pernapasan antara lain tahanan aliran udara, pola pernapasan, pertukaran gas, mekanika pernapasan dan akhirnya akan mengakibatkan keabnormalitasan dalam tes fungsi paru. 10 Perubahan karakteristik pada obesitas yang dapat dicatat pada sistem mekanik pernafasan yaitu adanya jaringan adiposa di sekitar tulang rusuk, abdomen, dan rongga viseral yang mengisi dinding dada sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal meningkat, menurunkan volume paru akhir ekspirasi, dan compliance dinding dada menurun. 10 Status gizi dewasa penduduk berumur >18 tahun terdiri dari 1). status gizi menurut Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kecenderungan komposit TB dan IMT/U; 2). status gizi menurut lingkar perut (LP); 3). risiko kurang 6

7 energi kronis (KEK) wanita usia subur wanita hamil dan tidak hamil; 4). wanita hamil risiko tinggi (TB<150cm). 11 Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas beradasarkan IMT dan Lingkar perut menurut Asia Pasifik. 12 Klasifikasi IMT (kg/m 2 ) Berat Badan : Kurang <18,5 Resiko Ko-morbiditas Lingkar Perut <90 cm (Laki-laki) 90 cm (Laki-laki) <80cm (Perempuan) 80 cm (Perempuan) Rendah (risiko meningkat Sedang pada masalah klinis lain) Kisaran Normal 18,5 22,29 Sedang Meningkat Berat badan Lebih 23 Meningkat Moderat Berisiko 23,0-24,9 Moderat Berat Obes I 25,0-29,9 Berat Sangat berat Obes II 30 2.1.2 Prevalensi Obesitas Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010(15,5%). 11 Status gizi dewasa berdasarkan indikator lingkar perut (LP). Untuk laki-laki dengan LP >90 cm atau perempuan dengan LP >80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia-Pasifik, 2005). Secara nasional, pada tahun 2013 prevalensi obesitas sentral adalah 26.6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). 11 Obesitas

8 menyebabkan sekitar 44% penyakit diabetes, 23% penyakit jantung, dan 41% penyakit kanker. 13 2.1.3 Faktor Penyebab Obesitas Ada beberapa faktor penyebab Obesitas yakni : pola makan, aktivitas fisik, genetik, usia, stress, jenis kelamin. 2.1.3.1 Pola makan Diet mempunyai peran yang sangat besar terhadap kejadian obesitas terutama diet tinggi kalori yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Obesitas dapat terjadi dikarenakan asupan kalori yang banyak tanpa diimbangi dengan pengeluarannya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Budiyati pada tahun 2011 terdapat hubungan positf antara pola makan dengan kejadian obesitas. Artinya semakin tinggi konsumsi makanan berlemak (pola makan tidak baik) maka IMT semakin naik. Berdasarkan uji statistik terdapat hubungan bermakna antara pola makan dengan kejadian obesitas (p < 0,05). Dan juga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tidak makan pagi dengan kejadian obesitas pada anak (p < 0,05). 14 2.1.3.2 Aktivitas Fisik Aktivitas fisik sehari-hari menjadi salah satu faktor resiko penyebab obesitas. Dengan kemajuan teknologi juga telah memacu perubahan gaya hidup, gaya hidup cenderung lebih santai akibat perkembangan teknologi saat ini. Memiliki aktifitas pasif seperti menonton televisi atau bermain komputer dan play station. Selain itu memiliki kebiasaan berkumpul di

9 cafe atau mall saat akhir pekan daripada berolah raga secara rutin. Adanya lift atau escalator telah menggantikan fungsi tangga di berbagai sarana umum, alat transportasi seperti mobil pribadi atau mobil jemputan sekolah menyebabkan remaja malas bergerak. Alat transportasi, alat-alat elektronik yang serba otomatis dapat digunakan dan dilakukan hanya dengan menekan tombol saja, menyebabkan aktifitas fisik menjadi sangat menurun, artinya setiap hari terjadi kelebihan energi yang oleh tubuh disimpan sebagai lemak yang merupakan pangkal terjadinya obesitas. Sesuai dengan penelitian yang dilakuakan oleh Budiyanti pada tahun 2011 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas, semakin orang memilih melakukan aktivitas yang rendah semakin tinggi Indeks Massa Tubuhnya. Hal tersebut ditunjang dengan uji statistik p < 0,05. 14 2.1.3.3 Genetik Meurut penelitian Rubenstein, Wayne dan Bradley pada tahun 2007, sebagian besar anak yang obesitas memiliki satu orang tua yang obesitas. Mungkin terdapat faktor endokrin yang mengendalikan namun masih harus ditentukan, anak yang obesitas memiliki kadar insulin dan kortisol plasma yan lebih tinggi disertai hormon pertumbuhan yang rendah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiyanti pada tahun 2011 bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p< 0,05) antara IMT ayah dan ibu dengan kejadian obesitas pada anak yang artinya semakin tinggi IMT ayah dan ibu, IMT anak akan semakin tinggi. 14

10 2.1.3.4 Usia Seiring dengan bertambahnya usia, setelah usia 30 tahun massa lemak tubuh akan bertambah bersamaan dengan penurunan massa bebas lemak. Saat mencapai usia 20 tahun hingga 70 tahun penurunan otot rangka menyebabkan penururnan massa bebas lemak tubuh hingga 40%. Massa bebas lemak tubuh paling tinggi akan terjadi saat usia 20-30 tahun sementara massa lemak akan terakumulasi paling banyak saat usia 60-70 tahun. Setelah usia 70 tahun baik massa lemak maupun massa bebas lemak akan menurun secara perlahan. 15 Seiring bertambahnya usia hormon estrogen yang membutuhkan lemak untuk bekerja mengalami penurunan hingga terjadi penumpukan lemak, kerja hormon tiroid juga akan berkurang sehingga terjadi penurunan aktivitas fisik dan menyebabkan lebih rentan mengalami obesitas, terutama saat sudah melewati tahun 60 tahun. 15 2.1.3.5 Stres Kegemukan dapat terjadi pada orang-orang yang menjadikan makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah. Penelitian mengenai hubungan stres oleh Lee dkk, pada tahun 2005 terhadap 101 perempuan yang mengalami kegemukan di Korea menunjukkan bahwa stres berhubungan dengan lemak pusat (visceral fat). Terdapat hubungan antara stres dan PJK (Penyakit jantung Koroner). Stres, positif berhubungan dengan peningkatan level cytokine seperti interleukin sebagai mediator PJK. 16

11 2.1.3.6 Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak. Umumnya perempuan mempunyai jumlah lemak lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, yaitu rata-rata 26.9% dari total berat badan perempuan. Sementara jumlah lemak pada laki-laki rata-rata 14.7%. 17 Kelebihan lemak perempuan terutama terlihat pada bagian perut, dada dan anggota tubuh badan bagian atas, yaitu lengan atas, dan paha. Penelitian lain menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengonsumsi sumber karbohidrat yang banyak pada masa pubertas, sedangkan laki-laki cenderung mengonsumsi makanan kaya protein. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki secara signifikan lebih berkemungkinan kelebihan berat atau obesitas dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan santai dalam penggunaan waktu senggang pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. 17 2.1.4 Obesitas berdasarkan Tempat Penimbunan Lemak Bentuk fisik pada obesitas dapat dibedakan menurut distribusi lemak didalam tubuh yaitu apabila lebih banyak lemak dibagian atas tubuh pada dada dan pinggang, maka disebut tipe malus domestica dan bila lebih banyak lemak dibagian bawah tubuh pada pinggul dan paha maka disebut tipe pyrus. Tipe malus domestica cenderung mempunyai resiko lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes

12 dibandingkan dengan tipe pyrus, namun dengan diet dan aktivitas yang tepat obesitas tipe ini relatif mudah disembuhkan. 14 Sementara itu, berdasarkan tingkatannya, obesitas dibagi menjadi: 1. Simple obesity, yaitu kelebihan berat badan hingga 20% dari berat badan idela tanpa disertai penyakit seperti Diabetes Mellitus, hipetensi, dan hiperlipidemia 2. Mild Obesity, yaitu kelebihan berat badan natara 20-30% danperlu diwaspadai 3. Moderat Obesity, yaitu kelebihan berat badan 30-60% hingga berisiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan erat dengan obesitas 4. Morbid obesity, yaitu kelebihan berat badan hingga lebih dari 60% hingga berisiko sangat tinggi pada penyakit pernafasan, gagal, jantung,bahjan mati mendadak. 15 2.2 Lingkar Pinggang sebagai indikator obesitas sentral Obesitas sentral dapat dinilai memakai beberapa cara. Cara yang paling baik adalah menggunakan computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI), tetapi kedua cara ini mahal. Lingkar pinggang merupakan alternatif klinis yang lebih praktis. Lingkar pinggang berhubungan dengan besarnya risiko untuk terjadinya gangguan kesehatan. WHO menganjurkan agar lingkar pinggang sebaiknya diukur pada pertengahan antara batas bawah iga dan krista iliaka, dengan menggunakan ukuran pita

13 secara horisontal pada saat akhir ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan 20-30 cm. 18 Lingkar pinggang menggambarkan lemak tubuh dan diantaranya termasuk sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi pengukuran.asia pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-laki 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan. 18 Walaupun IMT < 25 kg/m 2, obesitas sentral dapat terjadi, sehingga penyesuaian IMT pada keadaan obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila IMT antara 22-29 kg/m 2. Lingkar pinggang dikatakan mempunyai korelasi yang tinggi dengan jumlah lemak intra abdominal dan lemak total dan telah digunakan secara mandiri atau bersama-sama tebal kulit subkutan untuk mengembangkan suatu korelasi regresi untuk mengoreksi massa lemak intra abdominal. 18 Ukuran lingkar pinggang masing-masing etnis berbeda, IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis. Sebagai contoh, etnis Eropa dikatakan mengalami obesitas jika lingkar pinggang pada laki-laki 94 cm dan perempuan 80 cm. 19 2.3 Pengaruh lari terhadap lingkar pinggang Terdapat bukti kuat bahwa penurunan berat badan pada individu obesitas dan kelebihan berat badan dapat mengurangi faktor resiko diabetes dan penyakit kardiovaskular. Bukti kuat lainnya juga menunjukkan bahwa penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah pada individu yang

14 kelebihan berat badan normotensi dan hipertensi; mengurangi serum trigliserida dan meningkatkan kolesterol-hdl; dan secara umum mengakibatkan beberapa pengurangan pada kolesterol serum total dan kolesterol-ldl. Penurunan berat badan juga dapat mengurangi konsentrasi glukosa darah pada individu yang kelebihan berat badan dan obesitas tanpa diabetes; dan juga mengurangi konsentrasi glukosa darah serta HbA1c pada beberapa pasien dengan diabetes tipe 2. 18 Peningkatan aktivitas fisik adalah komponen penting dari program penurunan berat badan. Kebanyakan penurunan berat badan terjadi karena penurunan asupan kalori. Aktivitas yang lama sangat membantu pada pencegahan peningkatan berat badan. Keuntungan tambahan aktvitas fisik adalah terjadi pengurangan risiko kardiovaskular dan diabetes lebih banyak dibandingkan dengan pengurangan berat badan tanpa aktivitas fisik. 18 Aktivitas fisik berdasarkan gaya hidup seperti sering berjalan kaki dan olahraga rutin yang dilakukan setiap minggu cenderung lebih berhasil menurunkan berat badan dalam jangka panjang dibandingkan dengan program latihan yang terstruktur. Untuk pasien obesitas, disarankan untuk melakukan aktivitas fisik yang dimulai dengan aktivitas yang ringan dengan intensitas yang ditingkatkan secara perlahan. 18 Aktivitas fisik yang teratur akan membakar lemak, membantu dalam mempertahankan berat badan yang diinginkan,presentase lemak tubuh, figur yang ramping dan sehat. Untuk membakar lemak dianjurkan melakukan

15 aktivitas aerobik dengan intensitas: 65%-75% DJM, frekuensi: 2-5 kali perminggu dan durasi latihan: 15-60 menit. 19 Salah satu olaraga yang disarankan adalah olahraga aerobik. Olahraga aerobik banyak dianjurkan dan digunakan sebagai alat kontrol berat badan dan penurunan lemak. Olahraga aerobik merupakan bentuk latihan yang dilakukan berulang-ulang dan bersifat terus menerus, yang menggunakan kelompok otot besar dalam tubuh dan dapat dipertahankan terus menerus selama 20-30 menit. Contoh latihan aerobik adalah jalan cepat, lari pelan, lari, dan bersepeda. 19 2.4 Pengaruh latihan otot inti terhadap lingkar pinggang Otot inti terdiri dari beberapa kelompok otot yaitu otot tranvesus abdomen, multifidus, diafragma dan otot dasar panggung. Otot-otot tersebut bekerjasama untuk menghasilkan stabilitas maksimum pada regio abdomen dan lumbal serta mengkoordinasikan pergerakan lengan, kaki dan tulang belakang. 20 Latihan otot inti diantaranya adalah Sit up, Squat, Plank. 1. Sit up dilakukan berulang-ulang pada bagian otot, khususnya otot perut dengan cara membaringkan diri pada sebuah media matras maupun langsung dilantai atau tanah. Sit up secara sederhana dilakukan dengan melipat kedua lutut dan menjejakkannya di lantai, serta bagian punggung berada pada posisi tidur, lalu ditarik agak ke depan menuju arah lutut. Gerakan sit up dilakukan beberapa kali set dengan napas yang teratur. Pada saat tidur dalam posisi tidur, tarik napas dalam-dalam hembuskan perlahan pada saat posisi bangun. Manfaat dari latihan sit up adalah untuk

16 meningkatkan kadar testosteron dan kekutana otot, terutama otot perut sehingga otot perut dapat terbentuk. 21 2. Squat adalah jenis latihan beban untuk meningkatkan/mengembangkan kekuatan terutama pada otot-otot kaki, dan beban adalah sebagai dasar pokok latihan. Latihan squat ini dilakukan dengan cara membebani tubuh dengan beban 75% dari berat badan sendiri dengan intensitas, frekuensi dan lama latihannya dapat menimbulkan suatu efek latihan yaitu berupa peningkatan kekuatan, daya ledak serta daya tahan otot. Tujuan utama latihan squat adalah untuk meningkatkan kekuatan, daya ledak dan daya tahan, terutama otot-otot kaki seperti quadricep, gluteus maximus, harmsting, erector spinae. 22 3. Plank termasuk dalam gerakan yoga yang bertujuan untuk meguatkan tubuh bagian atas termasuk bahu dan lengan dan juga untuk kekuatan otot perut. Pertama letakkan lengan bawah dilantai dengan siku selebar bahu dan pergelangan tangan sejajar siku, angkat tubuh sehingga badan bertumpu dijari-jari kaki dan kedua lengan bawah, pastikan tubuh membuat satu garis yang lurus dan jangan biarkan punggung menyentuh lantai, tahan pinggang dan panggul agar tetap lurus. Tahan selama 30 detik dan diulangi sebanyak 1-3 set. 23

17 Gambar 2. Sit Up Gambar 3. Plank

Gambar 4. Squat 18

19 2.5 Kerangka Teori Usia Pola makan Jenis Kelamin Lingkar Pinggang Genetik Stres Aktivitas fisik Lari rutin Lari rutin dan latihan otot inti (Sit-up, Squat dan plank) Gambar 5. Kerangka Teori 2.6 Kerangka Konsep Lari rutin selama 30 menit Lari rutin selama 30 menit + latihan otot inti (Sit-up, Squat dan plank) Lingkar Pinggang Gambar 6. Kerangka konsep

20 2.7 Hipotesis Penelitian Terdapat perbandingan yang signifikan terhadap ukuran lingkar pinggang antara lari rutin 30 menit dengan lari rutin 30 menit ditambah latihan otot inti.