BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka menepakan asas

pencemara lingkungan dan berdekatan dengan pemukiman penduduk. Kemudian menimbulkan perselisihan dengan masyarakat.

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 20 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 19

BAB I PENDAHULUAN. nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang. sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perda No. 5 / 2002 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Di Desa dan atau Kelurahan. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 06 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 06 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam Bab ini dirikan kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 6

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PROSES PENYUSUNAN PERATURAN DESA

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan yang berbentuk Republik. Penyelenggaraan pemerintahan daerah. pemerintahan terendah di bawah pemerintah Kabupaten/ Kota.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK KECAMATAN BUNGARAYA DESA BUNGARAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi terdiri atas

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 11 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era otonomi daerah ini pemerintah memberikan kewenangan pada masing-masing daerah untuk mengurus daerahnya dengan menggunakan azas demokrasi, mulai dari tingkat atas sampai tingkat yang terendah, yaitu dari tingkat Provinsi sampai tingkat Desa. Desa diberi keleluasaan oleh Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus daerahnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu: Deshi yang berarti tanah kelahiran. Bintarto (1989:11) memberikan sebuah definisi, bahwa desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, sosial ekonomi,politik dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruh secara timbal balik dengan daerah lainnya. Dengan melihat penjelasan di atas jelas bahwa desa merupakan suatu tempat masyarakat saling berhubungan dan saling berinteraksi satu samalain. Masyarakat desa yang sering dibayangkan adalah masyarakat yang saling bekerjasama, gotong royong, hidup tenteram, rukun dan damai. Warga masyarakat yang sering dilihat memiliki hubugan yang sangat erat karena biasanya masyarakat desa hidupnya memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat erat. Siswopangritno dan Suprihari (1984:37) memberikan batasan tentang masyarakat pedesaan sebagai berikut masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tinggal di

2 pedesaan dan dikategorikan sebagai masyarakat yang masih hidup melalui dan dalam suasana dari pemikiran pedesaan. Biasanya mereka bekerja, berbicara,berfikir dan melakukan kegiatan apapun selalu mendasarkan diri kepada apa-apa yang berlaku di daerah pedesaan. Desa merupakan pemerintahan yang paling rendah. Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum, maka sebagai perwujudan demokrasi di desa dalam era otonomi daerah dibentuklah Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD merupakan suatu lembaga kemasyarakatan, maka sebagai lembaga masyarakat, BPD berfungsi untuk: 1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku dan bersikap. 2. Menjaga keutuhan masyarakat. 3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (Soekanto, 1990:222) Sejalan dengan pengertian di atas maka yang menjadi kewajiban utama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah menggerakan dan menggali potensi desa, baik sumber daya alam, sumber daya teknologi yang ada, maupun sumber daya manusianya dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam membangun desanya. Pembangunan masyarakat desa mengandung makna sebagai pembangunan dengan pendekatan kemasyarakatan, pendekatan pengorganisasian dan pelaksanaanya diorientasikan pada inisiatif dan kreativitas masyarakat. Menurut Swalem dalam Permana (2001:22). Pembangunan desa pada hakekatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasioanal yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa, sebagai usaha dan

3 kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dari pemerintah oleh masyarakat desa dengan bantuan dan pembaharuan dari pemerintah pada unit pemerintahan terendah, yaitu pemerintaha desa. Pendapat di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan, dalam hal pembangunan desa perlu didukung oleh adanya sumber-sumber potensi yang ada, terutama aspirasi masyarakat sebagai pelaku utama pambangunan. Kemudian didukung pula oleh pembinaan pemerintah, dalam arti pembangunan desa harus dilaksanakan dengan merata oleh semua umur, baik unsur pemerintah desa maupun masyarakat. aspiarsi masyarakat dianggap sebagai tolak ukur dalam menilai proyek pembangunan yang dilaksanakan di desa merupakan pembangunan desa atau bukan. Jika masyarakat desa tidak berkesempatan untuk menyampaikan aspirasi dalam pembangunan tersebut, maka pada hakekatnya aktivitas tersebut bukan merupakan pembangunan desa. Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan lingkup pengaturan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan desa. Menurut Depdagri (2004:17) bahwa desa berdasarkan Undang-undang tersebut adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridis, berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam Sistem Pemerintahan Nasional dan berada di kebupaten/ kota. Dalam konsep otonomi daerah, dengan konsep pelibatan partisipasi masyarakat sebagai unsur pokok dalam pelaksanaannya, maka BPD sebagai salah satu lembaga pemerintahan desa secara strategis harus memposisikan dirinya sebagai lembaga yang dapat

4 melahirkan konsep-konsep pembangunan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki oleh desa tersebut. Badan Permusyawaratan Desa merupakan salah satu wadah untuk dijadikan wakil masyarakat pada setiap dibutuhkan, terutama dalam mengayomi adat istiadat setempat. Badan Permusyawaratan Desa juga berfungsi dan berperan sebagai lembaga untuk menampung aspirasi masyarakat desa, sebagai mitra kerja pemerintahan desa dan sebagai lembaga pengawasan pembangunan di pedesaan. Anggota Badan Permusyawaratan Desa terdiri dari unsur-unsur orang mewakili berbagai elemen yang terdapat di desa untuk menjembatani dan sebagai fasilitator bagi masyarakat yang memiliki aspirasi untuk disampaikan kepada pemerintahan desa, terutama yang berkaitan dengan pembangunan desa itu sendiri. Oleh sebab itu dalam melaksanakan tugasnya, BPD senantiasa berkoordinasi dengan perangkat desa supaya pelaksanaan kegiatan pembangunan bisa berjalan dengan cepat, akurat dan mencapai sasaran. Begitu pula dengan adanya koordinasi, berbagai kendala yang dihadapi dalam melaksnakan pembangunan akan segera dapat ditanggulangi. Kondisi empirik di lapangan, khususnya di Desa Sukasenang, aktualisasinya di lapangan mengenai kinerja BPD belum menunjukkan nuansa sebagai lembaga penggerak masyarakat dalam pembangunan. Hal ini ditunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa masing-masing masih berdasarkan sikap kesadaran dari individu masyarakat, bukan sebagai bagian dari program yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang ada di desa.

5 Pembangunan desa adalah upaya yang terencana untuk meningkatkan diri, kelompok dan masyarakat desa. Dalam pelaksanaannya, pembangunan desa telah ditafsirkan secara berbeda-beda terutama bila kekuatan-kekuatan tertentu seperti halnya kekuatan kelompok perangkat desa atau lembaga-lembaga yang ada di desa mendominasi proses pembangunan tersebut. Dalam keadaan seperti ini pembangunan desa kadang menyimpang dari proses yang sesungguhnya, seperti terdapat kecenderungan lebih meningkatkan ketergantungan yang sesungguhnya bertentangan dengan prinsip dasar pembangunan desa itu sendiri. Dalam mengarifi proses pembangunan desa dan melihat prosesnya, berkembang teori pembangunan. Berkaitan dengan teori ini terdapat pula dimensidimensi pembangunan dan strategi pembangunan yang dijadikan alternatif. Dari hal tersebut, selanjutnya diarahkan pada pembangunan yang berdasar pada kekuatan sendiri dengan menggali dan memberdayakan secara optimal sumber daya-sumber daya pembangunan yang ada, seperti kepala desa, perangkat desa, dan lembaga-lembaga yang ada di desa, sebagai bentuk dan dimensi pembangunan yang paling dianggap memiliki arti kesatuan dan persatuan. Pembangunan yang demikian antara lain pembangunan yang menempatkan penjaringan aspirasi masyarakat ditempatkan pada porsi yang lebih besar dibandingkan kepentingan kelompok tertentu. Berdasarkan pada identifikasi yang ada, bahwa kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) perlu dioptimalkan dalam meningkatkan sikap pandang, rasa memiliki dan penerimaan masyarakat desa dalam pembangunan desa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bahwa keadaan partisipasi

6 masyarakat dalam pembangunan desa, di Desa Sukaratu keberadaan lembaga BPD belum seluruh masyarakat mengetahui peran dan fungsinya, tidak seperti keberadaan BPD di Desa Sukasenang. Seperti dikemukakan oleh beberapa anggota masyarakat di Desa Sukasenang tersebut, bahwa penjaringan aspirasi masyarakat dalam pembangunan desa semata-mata sebagai adanya kesadaran pribadi, mereka tidak merasakan bahwa kegiatan pembangunan yang dilakukannya adalah merupakan bagian dari program yang harus dikerjakan oleh lembaga tersebut. Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Menjaring Aspirasi Masyarakat Bagi Pencapaian kebutuhan Pembangunan Desa (Studi Deskriptif di BPD Desa Sukasenang dan BPD Desa Sukaratu Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja Badan Permusyawaratan Desa dalam menjaring aspirasi masyarakat dalam pembangunan? 2. Pendekatan apa saja yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratn Desa dalam menjaring aspirasi masyarakat?

7 3. Perbedaan apa yang Tampak Pada kinerja Badan Permusyawaratan Desa Sukasenang dengan Badan Permusyawaratan Desa Sukaratu dalam penjaringan Aspirasi Masyarakat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Badan Permusyawaratan Desa Dalam menjaring aspirasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Sukasenang dan Desa Sukaratu. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan unutuk mengetahui: 1. Mengetahui kinerja Badan Permusyawaratan Desa dalam menjaring aspirasi masyarakat dalam pembangunan. 2. Pendekatan yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam Menjaring aspirasi masyarakat. 3. Mengetahui Perbedaan kinerja Badan Permusyawarata Desa Sukasenang Dengan Badan Permusyawaratan Desa Sukaratu dalam menjaring aspirasi masyarakat

8 D. Kegunaan Penelitian Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat secara 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama dengan lebih mendalam di kemudian hari, disamping itu peneliti akan memperoleh pengalaman berfikir dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam masyarakat. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi kegunaan bagi pihakpihak yang terkait, diantaranya: 1) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi lembaga BPD sebagai tambahan informasi untuk dijadikan bahan kajian terhadap kinerja lembaga selama ini dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam pembangunan desa. 2) Masyarakat Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat member pengetahuan dan pengalaman untuk memanfaatkan dan memberdayakan lembaga yang ada di pedesaan sebagai media penjaringan aspirasi dalam pembangunan.

9 3) Desa Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi desa dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan didesanya. E. Definisi Operasional Untuk menghindarkan adanya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan maksud dan istilah-istilah tersebut sebagai berikut: 1. Kinerja Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris performance yang juga diartikan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/ unjuk kerja/ penampilan kerja, sedangkan menurut Smith (sedarmayanti, 1995:52) menyatakan bahwa performance atau kinerja adalah:..output drive from prosses human of other wise (kinerja adalah..merupakan hasil atau keluaran suatu proses). Menurut Wikipedia Indonesia kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar kerja yang merupakan terjemahan kata dari bahasa asingprestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Sedangkan kinerja menurut terjemahan bahasa Inggris dari kata performance, yang dalam bahasa Indonesia mengandung beberapa pengertian seperti penampilan kerja, prestasi kerja, unjuk kerja, dan kinerja. Prawirosentono (1999:2) menyatakan bahwa kinerja adalah: Hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi sesuai dengan

10 wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. 2. BPD BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa (Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 7 Tahun 2006). BPD yang dimaksud dalam konteks ini adalah BPD yang ada di Desa Sukasenang dan Desa Sukaratu. 3. Menaring Aspirasi Menjaring dalam KBBI (2001:650) diartikan sebagai menangkap sedangkan Aspirasi Diartikan sebagi harapan dan tujuan untuk keberhasilan ada masa yg akan datang. Yang dimaksud Menjaring Aspirasi masyarakat dalam konteks ini adalah bagai mana cara BPD Desa Sukasenang dan Desa Sukaratu Menjaring aspirasi atau menangkap keinginan dan kehendak masyarakat di bidang pembangunan. 4. Pembangunan Pembangunan adalah perubahan yang terus menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat bersama pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, material dan spiritual berdasarkan Pancasila yang berlangsung di desa (Sudirwo, 1981:63). Pembangunan yang dimaksud dalam konteks ini adalah pembangunan yang dilakukan masyarakat di bidang pemerintahan, kehidupan keagamaan,

11 pembangunan fisik dan infra struktur lainnya di desa yang dapat menunjang pelaksanaan kehidupan bermasyarakat. G. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Mohammad Ali (1984:54) adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah dan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang dan memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1998:63) yang menyatakan bahwa : Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat sertaserta fenomena yang terjadi. 2. Teknik Pengumpulan Data berikut: 1) Observasi Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai Observasi, adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi merupakan langkah awal untuk memperoleh data yang diperlukan. Tujuan observasi adalah untuk memperoleh suatu gambaran data yang lebih jelas melalui pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek

12 penelitian. Dengan observasi dapat mengumpulkan data secara lebih jelas dan terinci. 2) Wawancara Wawancara, yaitu suatu pedoman yang digunakan untuk melakukan tanya jawab agar pertanyaan tersebut terarah dengan baik. Pertanyaan diajukan kepada pihak-pihak yang terkait untuk memperolah dan mengumpulkan data informasi mengenai masalah yang diteliti, dalam hal ini adalah informasi dari pengurus BPD dan masyarakat setempat. 3) Studi Dokumentasi Studi dokumentasi, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari dokumen resmi, surat-surat dan lainnya yang dapat dipakai sebagai narasumber bagi peneliti. Melalui studi dokumentasi dapat memperkuat data hasil wawancara. 4) Studi Literatur Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian sehingga diharapkan memperoleh data secara teoritis sebagai penunjang penelitian. H. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian itu dilakukan, dan lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Sukasenang dan Desa Sukaratu Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut.

13 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposive dan bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah informasi yang berkaitan dengan kinerja BPD dalam menjaring aspirasi masyarakat di bidang pembanguna Tabel 1.1 Subjek Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. Sujek penelitian 1 Orang Kepala Desa Sukasenang 1 Orang Kepala Desa Sukaratu 1 Orang Ketua BPD Desa Sukasenang 1 Orang Ketua BPD Desa Sukaratu 2 Tokoh Masyarakat