Wayang dan Mahabharata. Written by Pitoyo Amrih Saturday, 23 August :57 - Last Updated Saturday, 23 August :16

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Bab VI Simpulan & Saran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Aizid, Rizem, Atlas Tokoh-tokoh Wayang, (Yogjakarta:Diva press, 2012:24) 2

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

2015 PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia mempunyai kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dilihat dari perkembangan teknologi informasi saat ini, industri game merupakan

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB V PENUTUP. Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang

I. PENDAHULUAN. lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. hiburan yang menyenangkan, juga berguna untuk menambah pengalaman lebih

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

Pesan dari Anak untuk Kita

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema

I. PENDAHULUAN. Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang di antaranya adalah novel.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

Transkripsi:

Pengantar tulisan: Salah satu sahabat saya, Muhammad Ihwan, seorang yang berprofesi sebagai staf ahli di sebuah perusahaan kimia besar, telah merampungkan satu buku tebal tentang risalah kisah Mahabharata dari perspektif budaya Jawa. Buku yang sebentar lagi akan diterbitkan. Semakin menambah gairah dan rasa senang, ketika semakin banyak yang mulai menikmati penjelajahannya terhadap wayang dan budaya nusantara umumnya. Bukan melulu kewajiban para akademisi dan praktisi seni dan budaya, kebudayaan bangsa adalah hak dan kewajiban kita semua agar selalu menjadi keseharian kita. Dan sebuah kehormatan ketika saya diminta untuk memberi tulisan pengantar buku. Atas ijin beliau, tulisan saya ini saya publikasikan di sini. Menjelang penerbitan buku itu. Wayang tidak sekedar menyampaikan sebuah cerita. Mahabharata bukan satu-satunya cerita. Itulah uniknya bangsa kita. Sejarah memang meyakini bahwa cerita itu bermula dari naskah sang Vyasa yang bercerita tentang turun-temurun kisah keluarga Bharata. Tapi darimana Vyasa mendapat inspirasi cerita yang terlalu elok bilasaja semua itu sekedar rekaan? Ada yang mengatakan bahwa masa itu memang sulit memberi jarak sebuah karya fiksi dengan karya jusnalistik. Jaman itu para pujangga terbiasa merekam kejadian melalui sebuah idiom-idiom dan perlambang, jaman itu juga mereka selalu saja membuat cerita sebagai alat berita kepada khalayak. Mungkin hal itu pula yang dulu melahirkan karya besar Mahabharata. Lalu bila kisah nan kompleks dan rumit itu terinspirasi dari dunia nyata, dimanakah semua kejadian itu berasal? Bukti mainstream yang secara ilmiah disepakati para ilmuwan mengatakan semua itu terjadi di wilayah India dengan berbagai peninggalan yang masih terpelihara sampai sekarang, dengan bukti terminologi nama wilayah yang hingga kini terucap terdengar terasa mengandung kosa kata yang berawal dari istilah yang sama. Tapi ada hal yang menarik. Dalam keheningan, banyak penggiat budaya Jawa khususnya, dan kebetulan sebagian besar dari mereka para pelaku kegiatan dunia paranormal, meyakini bahwa inspirasi kisah besar Vyasa itu sebenarnya 1 / 5

terjadi pada kungkungan wilayah membentang dari negri yang sekarang disebut India, ke arah timur menjelajah negri-negri yang dianggap sebagai peradaban maju kala itu hingga tepi garis pantai timur yang ilmu pengetahuan menyebutnya sebagai Paparan Sunda. Sebuah daratan luas yang kini sebagian besar wilayahnya menjadi lautan yang memisahkan dikenal dengan nama Nusantara. Tapi apakah semua itu benar? Tak ada seorang pun yang berani memastikan. Ilmiah dalam perspektif Ilmu Pengetahuan akademik berbeda sama sekali dengan ilmiahnya dari sudut pandang paranormal. Karena beliau para penelisik keheningan ini hanya bisa menyampaikan hal yang tidak bisa dibuktikan, merasakan hal yang tak bisa dilihat, menggagas sesuatu yang tak bisa diraba. Bukti lemah yang bisa tersampaikan dan terasa agak ilmiah hanyalah kenyataan bahwa di bumi nusantara ini terhampar begitu banyak bangunan candi yang konon katanya lebih tua dari usia peninggalan yang menjadi bukti jejak kisah itu di wilayah India. Dan satu lagi bukti jejak kaki peradaban itu adalah apa yang saat itu sampai dengan sekarang kita namai dengan sebutan wayang. Bahkan dunia sudah mengakui bahwa wayang sebagai budaya pertunjukkan itu memang khas dan menjadi warisan budaya negri nusantara, bangsa Indonesia. Di sebagian negri tetangga juga ada wayang. Tapi lupakan sejenak batas-batas negara itu, dan anda akan melihat bahwa wayang yang begitu kental membawa rekaman budaya itu, memang ada disini, berada disini, merentang di bumi nusantara, yang kebetulan dibentuk oleh kejadian sejarah yang tak sederhana, di tepi-tepinya kini menjadi wilayah-wilayah negara tetangga. Wayang tak hanya membawa cerita. Wayang juga membawa jejak gaya hidup masa lalu. Dengan wayang kita mampu meneropong jaman silam. Di setiap gending alunan tembang pengiring pertunjukkan wayang seperti menyimpan sandi-sandi yang bila dijabarkan bisa jadi akan mengurai kisah kejadian masa lampau bumi pertiwi ini. Di setiap antawacana tiap karakter tokoh dan sanggit cerita wayang seolah membawa roh dan atmosfir kehidupan negri 2 / 5

kita masa dulu yang bahkan kajian ilmiah sejarah pun belum mampu menggapai kapan peradaban itu berawal. Wayang yang kebetulan salah satu cerita populernya membawa tafsir naskah Mahabharata, atau mungkin malah langsung kepada tafsir kejadian yang menjadi sumber inspirasi Vyasa dalam menyusun cerita itu. Itulah yang kemudian membawa saya pada sebuah logika mengapa cerita itu menjadi begitu kaya. Menjadi beragam nuansa. Sebagai bukti bahwa itu bukanlah sekedar cerita tapi juga menyimpan sebuah gairah ke-lokal-an tempat cerita itu berkembang menjadi entitas unik setiap daerah. Dan indahnya, tak ada yang perlu mengklaim bahwa cerita daerahku benar sementara cerita tempat lain keliru. Sementara penulis naskah dan sineas India berusaha membuat tafsir Mahabharata dengan berupaya membuat sudut pandang bagaimana Vyasa melihat apa yang saat itu beliau tuliskan, melalui budaya wayang kita justru merayakan perbedaan gagrak sanggit cerita yang menurut salah seorang peneliti pedalangan, bahkan mungkin ada sekitar 400-an akar cerita wayang di Jawa. Itupun belum termasuk cerita carangan para dalang yang bisa jadi sampai ribuan jumlahnya. Dengan wayang kita akan melihat sebuah keelokan tokoh Antasena yang menjadi nama muda Antareja dengan karakter kentalnya, di gagrak Surakarta, sementara hanya beberapa jengkal ke barat di bumi Yogyakarta kita mengenal Antasena sebagai karakter yang lain. Semakin ke barat kita bisa mendengar kemegahan wayang Banyumasan, sementara pada gagrak Jawatimuran ada tokoh Besut sebagai personifikasi lain dari Bagong, dengan makna filosofis yang tak sederhana. Tokoh karakter yang dengan bangunan filsafat yang berbeda diejawantah melalui Bawor, Astrajingga, Cepot, Jamblahita, atau Begung. Atau bahkan panakawan Cirebonan yang berjumlah sembilan yang menarik untuk didiskusikan tak ada habisnya. Atau tokoh Burisrawa yang sudah berbeda sama kali asal muasalnya antara cerita wayang Jawa dengan apa yang dikisahkan di naskah Mahabharata-nya Vyasa. Juga tentang perkawinan Drupadi, tentang Kalimasada, tentang Panakawan yang syarat dengan filsafat 3 / 5

budaya Jawa, tentang tokoh Wisanggeni, tentang siapa Dewasrani, tentang karakter Karna, tentang Durna yang bahkan antara gagrak Surakarta dan Yogyakarta pun terasa sekali beda pengkarakterannya. Tentang Kresna yang saya merasa semakin mencoba mengenali penggambaran karakter ini di tiap wayang gagrak lokal, justru semakin jauh gambaran watak tokoh ini sulit untuk digapai. Begitu banyak pertanyaan, semakin menarik untuk digali. Biarkan setiap perbedaan cerita itu berkembang membawa muatan nafas dan falsafah kelokalan masing-masing daerah. Biarkan semua kembangan sanggit cerita itu memiliki nuansa karakter masing-masing tokohnya secara unik. Karena Wayang tidak sekedar menyampaikan sebuah cerita. Wayang adalah petilasan, monumen, cagar budaya, sebuah open-book, rekaman, tentang segala kejadian masa silam sebuah daerah, tentang keseharian dimana cerita itu berkembang. Dan saya sangat senang salah seorang sahabat saya, mas M. Ihwan, seorang muda yang dalam kesibukannya yang bukan seorang akademisi maupun praktisi pedalangan, telah membuat buku tebal risalah Mahabharata dari perspektif wayang nusantara. Semoga ini menjadi inisiasi bagi penulis lainnya yang dengan kecintaan terhadap budaya lokalnya juga menaskahkan Mahabharata dari gagrak Banyumasan, Cirebonan, Sunda, Jawatimuran, bahkan mungkin luar Jawa yang saya dengar juga berkembang gagrak cerita dalam kekayaan budaya lokalnya masing-masing. Dan Mahabharata bukan satu-satunya cerita. Semoga muncul juga risalah tentang Ramayana dalam kisah pewayangan, kisah Wayang Madya, Wayang Wasana. Atau risalah Wayang Menak yang harus kembali dihidupkan. Cerita Panji. Sudah menjadi kewajiban kita semua untuk terus selalu menghidupkan dan menghidupi wayang, sehingga selalu membawa penghidupan dan kehidupan bagi kita semua penghuni nusantara. 4 / 5

Pitoyo Amrih Penulis Novel Wayang http://novelwayang.pitoyo.com 5 / 5