I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap

V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

I. PENDAHULUAN. memperbesar nilai ekspor, meningkatkan taraf hidup petani, peternak dan. lapangan kerja, serta mendukung pembangunan daerah.

DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG

I. PENDAHULUAN. baik. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 sebesar

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

JADWAL PEMBEKALAN MAHASISWA KKN UNILA, PERIODE I TAHUN 2017

I. METODE PENELITIAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

JADWAL PEMBEKALAN MAHASISWA KKN UNILA, PERIODE I TAHUN waktu Tempat Kecamatan Lokasi KKN Pemateri Ke Materi Moderator/presensi

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

Coding Kota / Kabupaten Kecamatan

UNIT LAYANAN PENGADAAN Jl. Raya Padang Ratu No. 1 - Gunung Sugih Telp. (0725) 26949

I. PENDAHULUAN. rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu. memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 LAMPUNG

6 Capaian dan atau hambatan 1 hlm (spasi tunggal) 7 Lampiran Foto-foto Kegiatan KKN

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 32 PERIODE MEI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 35 PERIODE 1-16 JULI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 38 PERIODE 18 AGUSTUS - 2 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 39 PERIODE 3-18 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 41 PERIODE 5-20 OKTOBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 42 PERIODE 21 OKTOBER -5 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 43 PERIODE 6-21 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 51 PERIODE MARET Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 30 PERIODE APRIL 2017

I. PENDAHULUAN. jumlah penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan tenaga kerja serta dapat

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 26 PERIODE 7-22 FEBRUARI 2017

Lampiran I.18 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 29 PERIODE 27 MARET - 11 APRIL Luas Baku Sawah Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

6. Hasil RAKERNAS Mahkamah Agung R.I. di Batam tahun 1997 tentang penertiban dan pembenahan administrasi perkara ;

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah. Pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah sesuai dengan Undang-Undang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

IV.GAMBARAN UMUM. Uraian sejarah singkat Lampung Tengah terdiri dari beberapa waktu yakni:

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 5-20 DESEMBER Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI I PERIODE 6-21 JANUARI Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 21 DESEMBER - 5 JANUARI 2016 Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha)

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. Lintang Selatan. Iklimnya tropis-humid dengan temperatur rata-rata 26 C-28 C.

08. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 5,03 PERSEN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 1,32 PERSEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian untuk mengetahui daya saing produk benih padi hasil Program Pengembangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 10,59 PERSEN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

UNIT LAYANAN PENGADAAN Jl. Raya Padang Ratu No. 1 - Gunung Sugih Telp. (0725) 26949

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Kata kunci : Adopsi, VUB padi, Produktivitas, Jawa Timur

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduknya dengan tingkat konsumsi rata-rata 141 kg/kapita/tahun. Walaupun program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk (Kadin, 2009). Upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi beras masyarakat terus dilakukan pemerintah melalui peningkatan produksi padi dalam negeri. Produksi padi Indonesia selama 2008 naik 4,76 persen menjadi 60,28 juta ton dibanding tahun 2007 yang tercatat 57,16 juta ton gabah kering giling (GKG). Sebelumnya, produksi padi tahun 2007 juga telah meningkat 4,96 persen dibanding tahun 2006 yang mencapai 55,4 juta ton. Keberhasilan upaya peningkatan produksi padi nasional tidak terlepas dari implementasi berbagai program intensifikasi yang didukung oleh inovasi teknologi panca usahatani, terutama penggunaan benih padi varietas unggul. Menurut Satoto dkk (2006), kontribusi varietas unggul dalam peningkatan produktivitas padi mencapai 75% jika diintegrasikan dengan teknologi pengairan dan pemupukan. Benih padi varietas unggul merupakan penyumbang terbesar (16%) terhadap peningkatan produksi padi nasional, jauh di atas irigasi (5%) dan pupuk (4%).

Benih padi varietas unggul terbagi menjadi golongan inbrida (varietas yang berupa galur murni) dan golongan hibrida. Benih padi inbrida merupakan tanaman menyerbuk sendiri, sehingga secara alami varietas yang terbentuk berupa galur murni, sedangkan benih padi hibrida merupakan tanaman hasil perkawinan dua tetua tanaman padi yang berbeda genotipenya. Tanaman yang tumbuh dari benih hasil persilangan dua genotipe yang berbeda tersebut memiliki sifat lebih baik dari tetuanya (Susanto, 2008). Di Indonesia, benih padi varietas unggul inbrida telah dilepas pada tahun 1963-1970 melalui program panca usahatani. Varietas unggul padi inbrida yang dilepas saat itu adalah PB-5 dan PB-8, yang mampu meningkatkan produktivitas dari 2,5 menjadi 3,5 ton/ha. Pengembangan introduksi benih padi varietas unggul inbrida terus dilakukan, sehingga saat ini telah tersedia lebih dari 90 jenis varietas unggul inbrida yang dilepas ke masyarakat tani. Dari banyaknya varietas-varietas unggul inbrida tersebut, varietas yang dominan disukai dan diinginkan petani dalam kurun waktu pengembangannya adalah varietas PB-36 (1970-an), Cisadane (1980- an), IR-64 (1990-an), dan Ciherang (2000-an) (Sitorus, 2009). Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian mulai merintis program penelitian padi hibrida sejak akhir tahun 1985-an, dengan tetap melakukan program pengembangan varietas unggul non hibrida (inbrida). Pada tahun 2001, mulai dilepas varietas unggul padi hibrida, yaitu Intani 1 dan Intani 2. Pada tahun 2002, dilepas varietas Maro dan Rokan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan. Hingga kini telah tersedia 17 varietas hibrida padi yang telah dilepas di Indonesia, empat di antaranya hasil penelitian Pusat

Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, dan tiga belas lainnya hasil dari penelitian perusahaan benih swasta. Varietas unggul hibrida yang mulai digunakan adalah varietas Bernas Prima, Intani 2, Bernas Super, Maro, dan Rokan. Akan tetapi, penggunaan benih padi varietas unggul hibrida di Indonesia belum sebanyak penggunaan benih padi varietas unggul inbrida (Susanto, 2008). Dewasa ini, dari banyaknya benih padi varietas unggul yang dilepas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan perusahaan swasta, baik golongan inbrida maupun hibrida, ternyata hanya beberapa varietas benih padi saja yang digunakan petani di Indonesia, di antaranya, untuk varietas inbrida adalah Ciherang, IR64, Cigeulis, Ciliwung, Way Apo Boru, dan untuk varietas hibrida adalah Bernas Prima, Intani 2, Bernas Super, Maro, dan Rokan (Agro Inovasi, 2006). Varietas yang dominan yang digunakan petani adalah varietas inbrida terutama varietas Ciherang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: harga benih varietas hibrida lebih mahal daripada harga benih varietas inbrida. Selain itu, sebagian petani masih menganggap rasa beras hasil dari padi hibrida tidak seenak beras dari padi inbrida. Di sisi lain, produktivitas hibrida lebih tinggi dari inbrida dengan perbedaan sekitar 40% (Anonim, 2009). Provinsi Lampung sebagai bagian integral dari sentra produksi padi di Indonesia juga terus mengembangkan teknologi introduksi benih padi varietas unggul. Berbanding lurus dengan perkembangan teknologi inovasi benih padi varietas unggul di Indonesia, Lampung juga menjadi target daerah dilepasnya benih padi varietas unggul baru (VUB) yang memiliki jenis-jenis varietas yang bermacam-

macam. Akan tetapi, diantara benih padi varietas unggul yang dilepas tersebut, ternyata hanya beberapa varietas benih padi saja yang digunakan petani di Provinsi Lampung (Anonim, 2009), seperti disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa benih padi varietas unggul yang dominan digunakan petani di Provinsi Lampung adalah varietas Ciherang (49,05 %), Intani 2 (6,58 %), Ciliwung (5,54 %), Bernas Prima (3,31 %), IR 64 (2,52 %), dan IR 42 (1,99 %). Sisanya sejumlah 24 jenis varietas unggul, penggunaannya masih sangat sedikit, yaitu di bawah 1 %. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Dinas Pertanian Provinsi Lampung (2009) menyatakan bahwa dominasi varietas tertentu yang digunakan mayoritas petani disebabkan oleh harga benih padi varietas inbrida, terutama Ciherang, yang terjangkau disertai dengan potensi hasil yang cukup tinggi. Provinsi Lampung memiliki beberapa sentra produksi padi utama. Sentra-sentra produksi padi ini menjadi sasaran inovasi teknologi introduksi benih padi varietas unggul dengan tujuan peningkatan produksi padi di masa depan. Sentra-sentra produksi padi utama di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Penyebaran pemakaian/penggunaan benih padi di Provinsi Lampung, tahun 2009 No Varietas Kabupaten/ Kota (Ha) Jumlah % Lampung Tang Lampung Lampung Lampung Lampung Way Tulang Bandar Metro Pesawa Barat gamus Selatan Timur Tengah Utara Kanan Bawang Lampung ran 1 Ciherang 4.443 2.100 9.018 4.850 15.300 5.396 3.800 2.898 121 1.087 625 49.638 49,05 2 IR 64 25 105 302 310 381 256 140 613-248 175 2.555 2,52 3 Cilamaya muncul 35-650 - - - - 264 4 8-961 0,95 4 Cigeulis - 68 - - 265 - - 188 2 105 14 642 0,63 5 Bernas super - - 208 80 90 50-125 - 76,5-630 0,62 7 Mokongga 3,75 100-110 - - - 332 24 20 14 604 0,60 8 Gilirang - - - 45 - - - - - - - 45 0,04 10 Rokan 65 - - 50 - - - - - - - 115 0,11 11 Yuwono - 15 - - - - - 125 - - 2 142 0,14 12 SL 8/ 11 - - 100-10 - - - - - - 110 0,11 13 Intani 2-50 104-40 5.695 75 615 - - 75 6.654 6,58 14 Bernas prima - - - - 25 3.325 - - - - - 3.350 3,31 15 Cisadane - - - - - 40 - - - - - 40 0,04 16 IR 42 - - 2.000 - - - - 10 - - - 2.010 1,99 17 Mira - 50 - - - - - - - - - 50 0,05 18 Celebes - - - - - - 135 - - - 135 0,13 19 Membramo - - - - - - - 185 - - - 185 0,18 20 Way apo buru - - - - 100 - - - - - - 100 0,10 21 Ciliwung 40 93-105 270 3.824 24 1.163 11 78-5.608 5,54 22 Lokal / dll 411 270 1.870 2.700 10.260 2.460 212 265 15 13 140 18.615 18,40 JUMLAH 5.023 2.851 14.252 8.250 26.741 21.046 4.251 6.918 177 1.636 1.045 92.189 100 Sumber: UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Dinas Pertanian Provinsi Lampung, 2009 5

Tabel 2. Sentra produksi padi utama di Provinsi Lampung, tahun 2003-2007 Kabupaten/ Kota Produksi (Ton) 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata Lampung Barat 87.370 100.175 100.822 109.947 143.506 108.364 Tanggamus 185.637 229.004 248.461 223.547 212.034 219.736 Lampung Selatan 327.271 361.593 377.455 350.001 383.373 359.938 Lampung Timur 289.681 329.927 330.507 340.083 333.908 324.821 Lampung Tengah 366.641 385.939 408.081 439.006 486.435 417.220 Lampung Utara 71.323 85.276 78.950 80.409 96.525 82.496 Way Kanan 97.131 109.396 114.057 111.539 115.499 109.524 Tulang Bawang 308.881 282.009 256.189 280.388 336.291 292.751 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2008 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra produksi padi utama di Provinsi Lampung dan memberi kontribusi terbesar setiap tahunnya. Pada tahun 2007, Lampung Tengah mencapai produksi terbesar, yaitu 486.435 ton. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah (2009) menyatakan bahwa selain luas panen yang paling besar, Lampung Tengah juga merupakan kabupaten yang paling banyak menggunakan benih padi varietas unggul dalam usahatani padi. Kabupaten Lampung Tengah memiliki beberapa kecamatan sebagai sentra produksi padi seperti disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan data yang tercantum pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007, Kecamatan Seputih Raman merupakan kecamatan dengan produktivitas tertinggi di Kabupaten Lampung Tengah diikuti oleh Kecamatan Trimurjo sebagai kecamatan dengan produktivitas tertinggi kedua di Kabupaten Lampung Tengah.

Tabel 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman padi per kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah, tahun 2007 No Kecamatan Luas panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 Padang Ratu 5.086 25.673 5,05 2 Selagai Lingga 1.765 7.237 4,1 3 Pubian 7.011 33.266 4,74 4 Anak Tuha 5.711 25.050 4,39 5 Anak Ratu Aji 4.698 24.685 5,25 6 Kalirejo 1.930 8.786 4,55 7 Sendang Agung 2.968 15.599 5,25 8 Bangun Rejo 3.060 16.730 5,47 9 Gunung Sugih 7.025 32.582 4,64 10 Bekri 2.624 10.598 4,04 11 Bumi Ratu Nuban 3.720 14.228 3,82 12 Trimurjo 8.149 50.130 6,15 13 Punggur 5.867 31.973 5,45 14 Kota Gajah 4.250 23.833 5,61 15 Seputih Raman 6.675 48.146 7,21 16 Terbanggi Besar 9.840 58.204 5,91 17 Seputih Agung 6.015 22.819 3,79 18 Way Pengubuan 2.018 9.365 4,64 19 Terusan Nunyai 846 2.630 3,11 20 Seputih Mataram 6.387 34.708 5,43 21 Bandar Mataram 2.822 9.215 3,26 22 Seputih Banyak 4.907 21.146 4,31 23 Way Seputih 2.973 9.268 3,12 24 Rumbia 6.753 23.301 3,45 25 Bumi Nabung 2.374 8.347 3,52 26 Seputih Surabaya 4.581 13.531 2,95 27 Bandar Surabaya 3.846 13.056 3,39 Lampung Tengah 123.901 594.106 4,79 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 Kabupaten Lampung Tengah (sebagai sentra utama produksi padi) juga hanya menanam beberapa varietas benih padi yang lebih dipilih. Penyebaran penggunaan benih padi oleh petani di Kabupaten Lampung Tengah selama ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penyebaran pemakaian/penggunaan benih padi di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2008 No Kecamatan Luas lahan yang menggunakan benih padi varietas unggul (Ha) Inbrida Hibrida Ciherang IR 64 Ciliwung Cigeulis Ciboga Bernas prima Bernas super Intani 2 SL 8 1 Padang Ratu 1568 84 134 15-2 5 30 28 2 Selagai Lingga 807 116 115 - - - - 150-3 Pubian 2314 30 640 12 - - - 4 83 4 Anak Tuha 460 - - - - - - 529-5 Anak Ratu Aji 1094 31 210-50 110-125 - 6 Kalirejo 516 127 126 - - 54 12 49 29 7 Sendang Agung 586 214 76 - - - - 155-8 Bangun Rejo 420 235 213 - - 90-150 - 9 Gunung Sugih 2037 - - - - - - 27-10 Bekri 1645 - - - - - - 15-11 Bumi Ratu Nuban 2523-30 - - 25 - - - 12 Trimurjo 1654 13 707 60-387 10 85-13 Punggur 269 - - - - 758 - - 120 14 Kota Gajah 53 25 15 - - - - - - 15 Seputih Raman 2604-80 - - 103-587 - 16 Terbanggi Besar 677-20 35-1 - 3 2 17 Seputih Agung 1605 1262 1729 - - - - 5-18 Way Pengubuan 573 93 206 - - - - - - 19 Terusan Nunyai 74 169 - - - 24-2 - 20 Seputih Mataram 1866 415 325 - - 25-180 5 21 Bandar Mataram 1398 70 - - - - - - - 22 Seputih Banyak 149 22 89 - - - - - - 23 Way Seputih 3210-592 - - - - 100-24 Rumbia 23 - - - - - - - - 25 Bumi Nabung 1560 - - - - - - - - 26 Seputih Surabaya 750 280 275 - - - - - - Jumlah 30435 3186 5582 122 50 1579 27 2196 267 Persentase (%) 70,06 7,33 12,85 0,28 0,12 3,63 0,06 5,05 0,61 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah, 2009 8

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa benih padi varietas unggul yang dipilih dan dominan digunakan oleh petani di Kabupaten Lampung Tengah adalah varietas inbrida, yaitu Ciherang (70.06%), Ciliwung (12.85%), IR 64 (7.33%), Cigeulis (0.28%), dan Ciboga (0.12%), sedangkan varietas hibrida adalah Intani 2 (5.05%), Bernas Prima (3.63%), SL 8 (0.61%), dan Bernas Super (0.06%). Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai perilaku petani dalam pembelian benih padi unggul, baik varietas inbrida, maupun varietas inbrida. Khususnya faktor-faktor yang membedakan dan dapat mempengaruhi petani dalam memilih benih padi unggul varietas inbrida atau hibrida yang akan ditanamnya, serta atribut-atribut benih padi unggul, baik varietas inbrida dan hibrida yang diinginkan petani. Menurut Saryoko (2007), peningkatan penggunaan benih padi varietas unggul tidak dapat terlepas dari keputusan pembelian yang dilakukan oleh petani. Dalam adopsi inovasi benih padi unggul, petani memiliki hak penuh dalam memilih benih padi yang akan ditanamnya. Petani akan mempertimbangkan berbagai kriteria yang akan mempengaruhinya dalam pembelian benih padi. Selain itu, atribut-atribut yang melekat pada benih padi juga menjadi pertimbangan dalam menentukan preferensi petani terhadap benih padi yang akan dibelinya. Hal tersebut menjadi faktor penting bagi produsen benih agar dapat mengembangkan dan memproduksi benih padi varietas unggul sesuai dengan keinginan petani. Bagi pemasar benih, pengetahuan tentang atribut-atribut benih padi varietas unggul yang diinginkan petani perlu diketahui, agar mereka dapat mendistribusikan benih padi varietas unggul dengan tepat, sehingga menguntungkan bagi mereka dan juga bagi petani. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang akan dikaji melalui penelitian ini dirumuskan sebagai :

1. Faktor-faktor apa saja yang membedakan dan dapat mempengaruhi perilaku petani dalam menentukan pilihan benih padi unggul (antara varietas inbrida dan hibrida) di Kabupaten Lampung Tengah? 2. Atribut-atribut benih padi unggul varietas inbrida dan hibrida apa saja yang diinginkan oleh petani di Kabupaten Lampung Tengah? B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan masalah, maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor yang membedakan dan dapat mempengaruhi perilaku petani dalam menentukan pilihan benih padi unggul (antara varietas inbrida dan hibrida) di Kabupaten Lampung Tengah. 2. Mengetahui atribut-atribut benih padi unggul varietas inbrida dan hibrida yang diinginkan oleh petani di Kabupaten Lampung Tengah. C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Informasi bagi produsen benih dalam pengembangan produk benih padi varietas unggul yang dapat memenuhi keinginan petani. 2. Informasi bagi pemasar benih dalam merancang dan menerapkan strategi pemasaran produk benih padi. 3. Masukan bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan. 4. Tambahan perbendaharaan pustaka bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.