MODIFIKASI DAN KARAKTERISASI BENTONIT ALAM JAMBI YANG DIINTERKALASI ALANIN, SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORPSI LOGAM CADMIUM DAN TIMBAL

dokumen-dokumen yang mirip
Modifikasi dan Karakterisasi Bentonit Alam Jambi Terinterkalasi Alanin dengan Variasi ph Sebagai Adsorben Ion Logam Berat Timbal dan Kadmium

Studi Daya Adsorpsi Bentonit Alam Tapanuli Terinterkalasi Monosodium Glutamat terhadap Ion Logam Berat Kadmium dan Timbal pada Berbagai Variasi ph

BENTONIT ALAM JAMBI DIINTERKALASI DENGAN SURFAKTAN KATIONIK BENZIL TRIMETIL AMMONIUM KLORIDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter

Kajian adsorpsi linear alkyl benzene sulphonate (Miftah Rifai dan Irwan Nugraha)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATKAN KUALITAS MINYAK GORENG CURAH MENGGUNAKAN ADSORBEN LEMPUNG DESA GEMA TERAKTIVASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ORGANOCLAY BENTONIT TASIKMALAYA TERINTERKALASI DENGAN SURFAKTAN NON-IONIK TRITON X-100 : VARIASI KATION PENYEIMBANG SKRIPSI

UJI KINERJA ADSORBEN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP LOGAM BERAT DAN DIAZINON SECARA SIMULTAN

Uji Kinerja Adsorben Amino-Bentonit Terhadap Polutan Pestisida Dalam Air Minum ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BENTONIT ALAM TAPANULI DIINTERKALASI SURFAKTAN KATIONIK BENZILTRIMETILAMMONIUM KLORIDA (BTMA-Cl) SEBAGAI ADSORBEN p-klorofenol DAN FENOL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

PEMURNIAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN BENTONIT TERAKTIVASI ASAM NITRAT

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

UNIVERSITAS INDONESIA

KARAKTERISASI ADSORBEN KOMPOSIT ALUMINIUM OKSIDA PADA LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM. P. Suarya. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

BAB III METODE PENELITIAN

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM SULFAT DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

I. A. Gede Widihati. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

KARAKTERISASI BENTONIT TERPILAR Fe 2 O 3 SEBAGAI ADSORBEN

PREPARASI DAN KARAKTERISASI BENTONIT TAPANULI TERINTERKALASI SURFAKTAN KATIONIK ODTMABr DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN PARA- KLOROFENOL SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

4 Hasil dan Pembahasan

LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT SEBAGAI HASIL SAMPING PRODUKSI KOAGULAN: KARAKTERISASI. Fiola Reviola, Muhdarina, Nurhayati

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ORGANOCLAY TERINTERKALASI SURFAKTAN KATIONIK ODTMABr DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN FENOL SKRIPSI

Anna Permanasari Jurusan Pendidikan Kimia UPI /

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

3. Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

KAPASITAS ADSORPSI BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ION Cd 2+ CAPACITY OF ADSORPTION TECHNICAL BENTONITE AS ADSORBENT Cd 2+ IONS

2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi

4. Hasil dan Pembahasan

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

PEMANFAATAN LEMPUNG DESA GEMA TERAKTIVASI H 2 SO 4 UNTUK PENINGKATAN MUTU MINYAK GORENG CURAH

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PREPARASI DAN APLIKASI SILIKA GEL YANG BERSUMBER DARI BIOMASSA UNTUK ADSORPSI LOGAM BERAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Berbagai Tipe Tanah Lempung pada Karakteristik Komposit Kanji Alifa Zietyn Nawangratri 1, Khairuddin 2, Candra Purnawan 3

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

PEMBUATAN ADSORBEN GRAPHENE OXIDE TERMODIFIKASI GLISIN UNTUK ADSORPSI ION TEMBAGA(II) DENGAN SISTEM BATCH

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan

Hariadi Aziz E.K

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

Pengaruh ph dan Konsentrasi Terhadap Enkapsulasi Metformin HCl pada Monmorillonit Teraktivasi Asam Sitrat

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

dapat ditemukan dalam tanah bentonit. Montmorillonit kualitas komersial sering juga dinamakan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

4 Hasil dan Pembahasan

MODIFIKASI BENTONIT MENJADI ORGANOCLAY DENGAN METODE HIDROQUINON DANAR KURNIAWAN

Modifikasi Lempung Menjadi Adsorben dan Pemanfaatannya sebagai Penyerap Limbah Deterjen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

KARAKTERISASI DAN KAJIAN KINERJA BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA Oleh: Asep Supriatna, Hayat Solihin dan Cepi Kurniawan

Transkripsi:

MODIFIKASI DAN KARAKTERISASI BENTONIT ALAM JAMBI YANG DIINTERKALASI ALANIN, SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORPSI LOGAM CADMIUM DAN TIMBAL Riwandi Sihombing, Yuni K. Krisnandi dan Dimas Dwi Saputra Departemen Kimia, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: dimas.dwi82@sci.ui.ac.id Abstrak Organoclay dipreparasi dengan cara interkalasi alanin ke dalam antar lapisan fraksi natrium montmorillonit (MMT) dari bentonit Jambi. Interkalasi alanin ke dalam monmorilonit menghasilkan basal spacing lebih besar dari fraksi Na-MMT, meningkat dari 13,28 Å menjadi 17,55 Å dan 19,66 Å. Penentuan KTK menggunakan kompleks tembaga amin, menghasilkan nilai KTK sebesar 42 mek/100 gram Na-MMT. Karakterisasi FTIR Organoclay dinterkalasi alanin sebanyak 1 KTK & 2 KTK, menunjukkan bahwa alanin telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Organoclay terinterkalasi alanin diuji daya adsorpsinya terhadap ion logam berat Cd 2+ dan Pb 2+ dengan variasi waktu, dan konsentrasi, serta membandingkannya dengan daya adsorpsi oleh bentonit alam. Hasilnya menunjukkan bahwa organoclay mengadsorpsi ion Cd 2+ lebih besar dibandingkan Pb 2+ dan organoclay 2 KTK daya adsorpsinya lebih besar dibandingkan dengan organoclay 1 KTK dan bentonit alam. Abstract The organoclays were modified by intercalating sodium monmorillonite of fraction Jambi natural bentonite with alanine. Intercalation of alanin to the fraction of montmorilonite interlayers resulted an organoclay with a basal spacing greater than fraction of Na-MMT, increased from 13.28 Å to 17.55 Å and 19.66 Å. The CEC of Na-MMT was performed using amine copper complex, and the obtained CEC was 42 mek/100 gram Na-MMT. The FTIR of organoclay intercalated alanine of 1 and 2 CEC showed that alanine has been successfully intercalated into MMT. Organoclay intercalated alanine, as well as raw bentonite, was applied for adsorption of heavy metal cadmium and lead by varying concentration and adsorption time. The results showed that the organoclay have a greater adsorption capacity against Cd 2+ rather than Pb 2+ and organoclay 2 CEC has a greater adsorption capacity than the 1 CEC organoclay and raw bentonite. Key Words : organoclay, basal spacing, alanine, adsorption 1. PENDAHULUAN Bentonit merupakan sumber daya mineral yang terdapat dalam jumlah yang melimpah di Indonesia. Cadangan bentonit di Indonesia cukup berlimpah sebesar ±300 juta ton merupakan aset potensial yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Modifikasi bentonit telah dilakukan untuk mengembangkan penggunaannya di berbagai bidang. Mineral bentonit memiliki diameter kurang dari 2 μm yang terdiri dari berbagai macam mineral phyllosilicate yang mengandung silika, aluminium oksida dan hidroksida yang dapat mengikat air.bentonit memiliki kandungan utama berupa montmorillonit (MMT). Dalam MMT terdapat kation penyeimbang pada bagian antarlapis MMT,dansetiap MMT dapat memiliki jumlah kation penyeimbang yang berbeda. Kation penyeimbang tersebut dapat digantikan oleh kation lain melalui penjenuhan bentonit dengan larutan garam, sehingga memungkinkan untuk dilakukan penyeragaman

kation. Dalam sintesa organobentonit (bentonit terinterkalasi molekul organik) diharapkan bentonit akan memiliki nilai d-spacing yang semakin besar. Modifikasi bentonit bisa dilakukan dengan penambahan surfaktan kationik atau senyawa amfoter, dimana bentonit yang semula bersifat hidrofilik kemudian berubah menjadi organofilik. Hasil modifikasi bentonit dengan cara interkalasi molekul organik dinamakan organoclay. Perubahan sifat bentonit dari hidrofilik menjadi organofilik merupakan hasil dari penggantian kation anorganik pada bentonit dengan kation organik surfaktan atau senyawa amfoter. Dengan masuknya surfaktan atau senyawa amfoter kedalam bentonit, d-spacing pada bentonitpun bertambah besar (terinterkalasi). Penelitian ini mempelajari efektifitas organoclay yang telah dimodifikasi dengan senyawa amfoter (alanin) untuk digunakan sebagai adsorben ion logam berat Cd 2+ dan Pb 2+. 2. EXPERIMENTAL Bahan Kimia,Bentonit Jambi, Akuades, AgNO 3, NaCl, Etilendiamin p.a Merck, Tembaga (II) Sulfat (CuSO 4 ) p.a Merck, Asam Asetat p.a Merck, Natrium Asetat p.a Merck, Alanin p.a Merck, CadmiumNitrat p.a Merck, Timbal Nitrat p.a Merck Preparasi dan Fraksinasi Bentonit,Preparasi bentonit dilakukan dengan penggerusan untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga didapat luas permukaan yang lebih besar. Fraksinasi dengan metoda sedimentasi dilakukan berdasarkan perbedaan densitas partikel, dimana fraksi yang densitasnya lebih besar akan mengendap lebih awal. Sintesis Na-Montmorillonit,Pembentukan Na-MMT akan meningkatkan daya mengembang bentonit montmorillonit. Perbesaran daya mengembang ini dapat mempermudah proses preparasi organoclay. Penentuan Kapasitas Tukar Kation (KTK),Kapasitas tukar kation merupakan jumlah dari kation penyeimbang pada suatu bentonit yang dapat ditukar dengan kation penyeimbang lainnya. Penelitian ini melakukan penentuan kapasitas kation menggunakan metode kompleks Cu(en) 2 2+, karena senyawa kompleks sebagai penukar ion dalam air lebih stabil dibandingkan dengan ion logamnya. Sintesis Organoclay, Nilai KTK yang telah didapat digunakan untuk menentukan jumlah alanin yang akan diinterkalasikan kedalam Na-MMT. Pada penelitian ini, asam amino alanin digunakan karena alanin bersifat amfoter yang memiliki gugus NH 3 + dan gugus COO -, sehingga dapat digunakan untuk menginterkalasikan ke dalam bentonit. Penentuan Daya Adsorpsi Organoclay-Alanin Terhadap Ion Logam Cd 2+ dan Pb 2+, Pada penelitian ini penentuan waktu optimum dilakukan dengan melarutkan logam cadmium dan timbal yang sudah dibuat dicampurkan ke dalam organoclay, kemudian diaduk dengan stirrer selama 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 5 jam. Endapan dan filtrat yang diperoleh dikarterisasi dengan XRD, EDS, dan FTIR. Penentuan kosensentrasi optimum dilakukan dengan mencampurkan organoclay dengan larutan cadmium dan timbal sesuai dengan konsentrasi yang telah dihitung, kemudian diaduk selama 2 jam. Filtrat yang diperoleh diukur dengan AAS. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi dan Fraksinasi Bentonit Preparasi bentonit asal Jambi dilakukan dengan cara penggerusan untuk memperkecil ukuran partikel untuk menghasilkan luas permukaan yang lebih besar. Bentonit dipanaskan di dalam oven pada 105 o C untuk menghilangkan kadar air yang teradsorp oleh bentonit. Untuk mendapatkan fraksi atau komponen yang diinginkan, bentonit difraksinasi untuk mendapatkan fraksi yang kaya monmorillonit dengan kandungan mineral-mineral kuarsa, kaolinit dan mineral pengotor lainnya. Dalam penelitian ini dipilih fraksi 1 (F1) yang difraktogramnya ditampilkan pada Gambar 1. Intensitas 2500 2000 1500 1000 500 0 XRD Bentonit Bentonit Alam F1 0 20 2Ө 40 60 80 Gambar 1. Diffraktogram Bentonit Alam dan F1 Dari difraktogram pada Gambar 1 menunjukkan adanya puncak khas montmorillonit di sekitar sudut 2θ = 5 o, 19 o, dan 34 o. Selain itu, terdeteksi puncak kuarsa sekitar 2θ = 20,4 yang menunjukkan bahwa masih terdapat pengotor kuarsa pada bentonit, dan fraksi 1 (F1). Analisis XRD

juga menunjukkan bahwa diffraktogram F1 masih memiliki puncak yang sama seperti pada bentonit alam, namun intensitas dari puncak F1 mengalami perubahan. Komposisi montmorilonit dan kuarsa serta d-spacing dari bentonit alam dan F1 ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai d-spacing, % montmorillonit, dan % kuarsa dari hasil fraksinasi bentonit alam pada Na-MMT mengalami pergeseran ke kanan, yang artinya nilai d-spacing lebih kecil. Perbedaan nilai d- spacing Na-MMT (lebih kecil) dibandingkan nilai d- spacing MMT kemungkinan disebabkan oleh pertukaran ion penyeimbang Mg 2+ dan Ca 2+ pada antar lapisan pada bentonit (bersifat seperti illite-smectite) oleh kation penyeimbang Na + sehingga bersifat seperti illitevermiculite. Clay 2ϴ d-spacing (Å) % Montmorillonit % Kuarsa Bentonit Alam 6,766 13,05 62,3 37,7 Fraksi 1 5,639 15,66 72,7 27,3 Dari data pada Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pada fraksi 1 (F1) memiliki tingkat kandungan montmorillonit lebih banyak dari pada bentonit alam. Persentase kuarsa pada fraksi 1 lebih kecil dibandingkan dengan bentonit alam, dan F1 memiliki nilai d-spacing yang lebih besar dibandingkan bentonit alam. Adanya kemiripan diffraktogram F1 dengan bentonit alam menunjukkan bahwa metode fraksinasi sedimentasi dapat meningkatkan kandungan montmorillonit dan menurunkan kandungan kuarsa, dan menaikkan d- spacing. Dapat dikatakan bahwa fraksinasi tidak merusak struktur bentonit. Sintesis Na-Montmorillonit Pada penelitian ini, hasil Na-MMT yang telah diperoleh dikarakterisasi dengan XRD dan FTIR. Dari hasil analisis XRD yang diperoleh akan mengetahui nilai d-spacing pada Na-MMT. Intensitas 4000 3000 2000 1000 0 Hasil XRD MMT 0 20 2Ө 40 60 Na-MMT Gambar 2. Perbandingan hasil XRD MMT dan Na-MMT Nilai d-spacing dari MMT sebesar 15,65 Å pada 2ϴ sebesar 5,63, sedangkan nilai d-spacing dari Na-MMT sebesar 13,27 Å pada 2ϴ sebesar 6,65 (Tabel 1). Dari Difraktogram XRD (Gambar 2) menunjukkan bahwa 2ϴ Gambar 3. Spektrum FTIR Na-MMT dan F1 Gambar 3 menunjukkan spektra FTIR dari F1 dan Na- MMT. Spektra FTIR tersebut menunjukkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1632 cm -1 pada F1 dan Na-MMT yang merupakan pita tekuk H-O-H yang terdeformasi. Pada bilangan gelombang sekitar 500-1000 cm -1 muncul vibrasi Si-O dan Al-O. Sedangkan puncak OH struktural pada kerangkan silikat bentonit (- SiOH) muncul pada bilangan gelombang sekitar 3600 cm -1. Penentuan Kapasitas Tukar Kation Pada penelitian ini, penentuan kapasitas tukar kation dilakukan dengan menggunakan kompleks Cu(en) 2+ 2 yang dicampurkan dengan NaMMT, dan jumlah kompleks 2+ Cu(en) 2 yang tersisa (yang tidak dipertukarkan) diukurdengan menggunakan spektrofotometri UV- Visibel. Dengan metoda ini, nilai KTK yang didapat sebesar 42 mek/100 gram bentonit. Nilai KTK yang diperoleh, digunakan untuk menentukanberapa banyak jumlah alanin yang dibutuhkan untuk proses interkalasi. Sintesis Organoclay Penginterkalasi analanin ke dalam NaMMT akan mempengaruhi nilai basals pacing interlayer. Basal spacing dari NaMMT ini diharapkan meningkat, bila ditambahkan sejumlah alanin dengan nilai KTK yang digunakan.

Intensitas 6000 4000 2000 0 Hasil XRD 0 20 2Ө 40 60 Gambar 4. Perbandingan hasil XRD Na-MMT, 1 KTK, dan 2 KTK Proses interkalasi alanin terjadi melalui pertukaran kation-kation pada daerah interlayer NaMMT yang tertarik secara elektrostatik dengan muatan negative pada bentonit. Berdasarkan data XRD (Gambar 4) dan Tabel 2, menunjukkan bahwa interkalasi alanin ke dalam NaMMT dan membentuk organoclay mengakibatkan terjadinya peningkatan d-spacing dari interlayer organoclay. Perubahan d-spacing ini menunjukkan bahwa alanin telah terinterkalasi ke dalam NaMMT dan membentuk organoclay. Tabel 2. Besar nilai d-spacing Na-MMT dan Organoclay Clay 2Ө d-spacing (Å) Na-MMT 6,652 13,28 Organoclay 1KTK 4,490 19,66 Organoclay 2KTK 5,032 17,55 Na-MMT 1KTK 2KTK amin dan 1471 cm -1 untuk vibrasi tekuk amina, terdapat pula serapan pada 1690 cm -1 yang merupakan serapan dari COO -. Secara umum, organoclay 1 KTK, 2 KTK dan NaMMT memiliki spektra IR yang mirip, namun padaorganoclay 1 KTK dan 2 KTK terlihat puncak tambahan di daerah 1400 cm -1 yang diduga berasal dari alanin. Hasil pengamatan dengan FTIR ini memperkuat hasil pengamatan XRD low anglebahwa alanin yang ditambahkan dapat menaikan d-spacing karena masuknya alanin ke dalam interlayer bentonit. Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi Ion Logam Cd 2+ dan Pb 2+ Penentuan waktu adsorpsi ion Cd 2+ dan Pb 2+ digunakan untuk menentukan waktu tercapainya kesetimbangan antara adsorbat dalam larutan (Cd 2+ dan Pb 2+ ) dan yang teradsorpsi dalam organoclay. Hasilnya ditampilkan pada Tabel 3 dan Gambar 6. Waktu Tabel 3. Q timbal terhadap waktu kontak Q (mmol/g organoclay) Menit Bentonit Alam 1 KTK 2 KTK 30 0.20895 0.21017 0.21034 60 0.20895 0.21017 0.21040 120 0.20896 0.21027 0.21042 180 0.20897 0.21027 0.21041 300 0.20895 0.21027 0.21041 Gambar 5. Spektrum FTIR Na-MMT, 2 KTK, dan 1 KTK Spektra FTIR juga mempertegas keberadaan alanin dalam MMT. Dari spektra FTIR (Gambar 5) terlihat adanya daerah serapan baru yang muncul, yaitu pada bilangan gelombang 3028 cm -1 untuk vibrasi uluran Gambar 6. Kurva optimasi adsorpsi ion Cd 2+ terhadap waktu kontak Pada Gambar 6 terlihat bahwa Q (jumlah teradsorpsi) ion Cd 2+ yang terbesar terdapat pada organoclay 2 KTK, diikuti dengan 1 KTK, dan Bentonit Alam. Untuk bentonit alam, proses adsorpsi terjadi lebih cepat, tetapi

kapasitasnya tidak berubah dengan perubahan waktu. Untuk organoclay 1 KTK dan 2 KTK kesetimbangan antara ion logam dilarutan dan yang di organoclay tercapai sekitar waktu 120 menit. Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi Ion Logam Cd 2+ dan Pb 2+ Pada penelitian ini dilakukan juga penentuan konsentrasi optimum adsorpsi ion logam Cd 2+ dan Pb 2+ oleh organoclay 1 KTK dan 2 KTK. Penentuan konsentrasi optimum ini dapat melihat seberapa besar konsentrasi yang dapat diadsorpsi oleh organoclay 1 KTK dan 2 KTK. Hasilnya ditampilkan pada Gambar 8 dan Tabel 5 Gambar 7. Kurva optimasi adsorpsi ion Pb 2+ terhadap waktu kontak Tabel 4. Tabel Q adsorpsi timbal oleh organoclay 1 KTK dan 2 KTK Waktu Q (mmol/g organoclay) Menit Bentonit Alam 1 KTK 2 KTK 30 0.20842 0.20935 0.20938 60 0.20842 0.20944 0.20950 120 0.20844 0.20938 0.20949 180 0.20844 0.20938 0.20948 300 0.20844 0.20938 0.20949 Untuk ion logam Pb 2+, dari Gambar 7 nampak bahwa kapasitas adsorpsi organoclay 1 KTK dan 2 KTK tidak berbeda secara signifikan, sedangkan untuk bentonit alam kapasitasnya sedikit lebih kecil dibandingkan organoclay 1 KTK dan 2 KTK. Semua adsorpsi bentonit alam dan organoclay tidak mengalami perubahan seiring dengan perubahan waktu, mulai dari 30 menit sampai 300 menit. Bentonit yang terinterkalasi alanin memiliki kapasitas yang cenderung lebih besar dari pada bentonit alam. Hal ini karena adanya interaksi muatan positif pada logam yang dapat mengikat muatan negatif pada alanin. Dari data percobaan terlihat bahwa ion Cd 2+ dan Pb 2+ teradsorpsi dengan jumlah mol yang hampir sama. Terlihat juga bahwa semakin banyak alanin yang terinterkalasi pada bentonit (1 KTK dan 2 KTK) menunjukkan kapasitas adsorpsi logam yang hampir sama. Gambar 8. Kurva perbandingan adsorpsi timbal dengan cadmium oleh organoclay 1 KTK selama 2 jam Tabel 5. Q adsorpsi timbal dan cadmium oleh organoclay 1 KTK Konsentrasi Q (mmol/g organoclay) 1 KTK (mm) Pb Cd 0.00840 0.00083 0.00123 0.01680 0.00298 0.00336 0.03360 0.00702 0.00726 0.05040 0.00741 0.01076 0.06720 0.00742 0.01340 Dari Gambar 8 terlihat bahwa kapasitas adsorpsi terhadap ion logam cadmium pada konsentrasi yang teradsorp oleh organoclay 1 KTK lebih besar dari pada kapasitas adsorpsi untuk ion logam timbal. Untuk 1 KTK, ion logam Pb 2+ mengalami tingkat kejenuhan pada Q sekitar 0,0075 mmol/g, sedangkan untuk ion logam Cd 2+ belum mengalami kejenuhan pada Q 0,013 mmol/g. Hal tersebut mungkin terjadi karena layer yang terdapat pada organoclay 1 KTK masih dapat terisi oleh ion logam cadmium seiring dengan penambahan konsentrasi logam cadmium.

4. KESIMPULAN 1. Nilai KTK Na-bentonit dihitung dengan metode tembaga amin didapatkan sebesar 42 mek/gram clay. 2. Alanin telah dapat diinterkalasi ke dalam interlayer bentonit dan meningkatkan basal spacing dari 13,28 Å menjadi 17,55 Å dan 19,66 Å. 3. Organoclay dapat digunakan sebagai adsorben ion logam berat cadmium dan timbal, dan daya adsorpsi organoclay 2 KTK lebih besar dibandingkan organoclay 1 KTK. Gambar 9. Kurva perbandingan adsorpsi timbal dengan cadmium oleh organoclay 2 KTK selama 2 jam Tabel 6. Q adsorpsi timbal dan cadmium terhadap organoclay 2 KTK Konsentrasi Q (mmol/g organoclay) 2 KTK (mm) Pb Cd 0.00840 0.00102 0.00210 0.01680 0.00317 0.00420 0.03360 0.00721 0.00840 0.05040 0.01142 0.01260 0.06720 0.01159 0.01449 Dari Gambar 9 terlihat bahwa kapasitas adsorpsi ion logam Cd 2+ oleh organoclay 2 KTK pada Q 0,0145 mmol/g belum mencapai titik jenuh pada konsentrasi 0,068 mm. Sedangkan untuk ion logam Pb 2+ pada kapasitas adsorpsi, Q = 0,0116 mmol/g terjadi pada konsentrasi sekitar 0,068 mm. Secara umum nampak bahwa organoclay 2 KTK mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih besar terhadap ion logam Cd 2+ dibandingkan dengan ion logam Pb 2+. Sama halnya dengan organoclay 1 KTK, pada adsorpsi ion logam Cd 2+ oleh organoclay 2 KTK belum mengalami kejenuhan. Namun terlihat peningkatan kapasitas adsorpsi ion logam Cd 2+ dan Pb 2+ oleh organoclay 2 KTK dibandingkan dengan organoclay 1 KTK. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya jumlah penambahan alanin pada sintesis organoclay akan menghasilkan daya adsorpsi yang lebih baik terhadap ion logam Cd 2+ dan Pb 2+. Ini mungkin disebabkan interaksi ion logam Cd 2+ dengan gugus fungsi COO - pada alanin cenderung lebih kuat dan lebih stabil dibandingkan ion logam Pb 2+. Ucapanterimakasih Terimakasih kepada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia DaftarAcuan [1] Andy. (2007). Sintesis dan Karakterisasi Organoclay Dari Lempung Alam dan Lempung Sintesis yang Dimodifikasi Surfaktan HDTMABr Melalui Metode Hidrotermal. Skripsi Departemen kimia. FMIPA Universitas Indonesia. [2] Bergaya, F. Vayer M.s. (1997). CEC of clays: Measurement by adsorption of a copper ethylenediamine complex. Applied Clay Science 12 (1997) 275-280. Perancis. [3] Handoyo, Kristian S. (2001). Dasar dasar kimia anorganik nonlogam Universitas Negeri Yogyakarta. hal;8.18-8.19. [4] Irwansyah. (2007). Modifikasi Bentonit Menjadi Organoclay Dengan Surfaktan Heksadesiltrimetilamonium Bromida Melalui Interkalasi Metode Ultrasonik. Skripsi Departemen kimia. FMIPA Universitas Indonesia. [5] Mallakpour,S and, Dinari. M, Preparation and characterization of new organoclays using natural amino acids and Cloisite Na +, Applied Clay ScienceVolume 51, Issue 3, February 2011, Pages 353 35 [6] Salim. (2012). Preparasi Organoclay dari Bentonit Merangin-Jambi dan Surfaktan Nonionik serta aplikasinya sebagai Adsorben p-klorofenol dalam Air. Tesis Departemen Kimia. FMIPA Universitas Indonesia. [7] Syuhada, Rachmat Wijaya, Jayatin, dan Saeful Rohman. (2009). Modifikasi Bentonit (Clay) menjadi Organoclay dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi. Bandung. Vol. 2 No. 1