CIAMIS ATAU GALUH MAKALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di daerah Jawa Barat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN

PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DR. MAYOR DUSTIRA PRAWIRAAMIDJAYA Sang Dokter Pejuang ( )

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 7 TAHUN 1996 SERI D NO. 6

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB IV KOTA BANYUMAS PASCA PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KE KOTA PURWOKERTO

HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERIAN NAMA JALAN DAN TEMPAT-TEMPAT UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2003 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERANAN TOKOH KUNINGAN dari Masa Pergerakan hingga Revolusi Kemerdekaan. Mumuh Muhsin Z.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN

Lomba Esai Generasi Milenial 2017

Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

TINJAUAN VISUAL AKSARA PADA PRASASTI BATU TULIS BOGOR

Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG HARI ULANG TAHUN PROVINSI GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVANEWS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR \0 TAHUN 2015 TENTANG HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Edi Supriadi, 2013

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN HARI JADI KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

NOVEL DAN SEJARAH MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

TUGAS AKHIR PANCASILA. Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern. dan Global Reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG HARI JADI KOTA MANGGAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 25 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAHASA NASIONAL YANG BELUM MENASIONAL ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A.

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN T A S I K M A L A Y A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG KERJASAMA DESA

Lemahnya Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Nilai-nilai Pancasila

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

SAMBUTAN BUPATI PASURUAN PADA ACARA UPACARA PERINGATAN HARI JADI KABUPATEN PASURUAN KE-1084 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

A. Beridirnya Kerajaan Tarumanagara

Transkripsi:

CIAMIS ATAU GALUH MAKALAH Disusun dalam rangka Seminar Sejarah bertema Menelusuri Nama Daerah Galuh dan Ciamis; Tuntutan dan Harapan Diselenggarakan pada 12 September 2012 di Padepokan Rengganis Kabupaten Ciamis Oleh: Mumuh Muhsin Z. FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

CIAMIS ATAU GALUH? 1 oleh: Mumuh Muhsin Z. 2 ABSTRAK Nama yang sangat menyejarah wilayah ini adalah Galuh. Galuh merupakan nama kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda Galuh (baca: Kerajaan Sunda yang beribu kota di Galuh), kemudian menjadi nama Kabupaten. Melekat makna pada nama galuh sejumlah muatan filosofis, historis, dan emosional yang positif. Pada dekade pertama abad ke-20 nama Galuh diubah menjadi Ciamis. Menurut pendapat sebagian orang, makna yang terkandung pada kata ciamis sangat bertolak belakang secara diametris dengan makna galuh. Oleh karena itu muncul wacana mengubah kembali nama Ciamis menjadi Galuh. Pendahuluan What s in a name? That which we call a rose; by any other name would smell as sweet (William Shakespeare) Apa arti sebuah nama? Setangkai bunga ros, disebut apa pun tetap akan berbau harum, demikian kata William Shakespeare. Tidak ada yang salah dengan pemikiran Shakespeare seperti itu, apalagi bila yang menjadi objek penamaan itu adalah sebuah benda mati, setangkai bunga, yang memiliki hukum alamiah tetap (sunnatullah)-nya sendiri. Ada sebagian orang yang menganalogikan persoalan nama Galuh atau Ciamis itu dengan kasus nama bunga ros itu sehingga bersikap apatis dan dengan enteng berkomentar tidak peduli nama apa pun yang akan diberikan pada kabupaten paling selatan Jawa Barat ini. 1 Makalah disusun dalam rangka Seminar Sejarah bertema Menelusuri Nama Daerah Galuh dan Ciamis; Tuntutan dan Harapan diselenggarahan pada 12 September 2012 di Padepokan Rengganis Kabupaten Ciamis. 2 Pengajar pada Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Bandung. 2

Yang menarik untuk didiskusikan adalah bukan sekedar mengapa akhirakhir ini muncul wacana penggantian nama kabupaten dari Ciamis ke Galuh tapi juga mengapa pada tahun tahun 1916, Bupati R.A.A. Sastrawinata (1914-1936) mengganti nama kabupaten menjadi Kabupaten Ciamis padahal nama Galuh sendiri sudah muncul sebagai nama kerajaan pada awal abad ke-7 dan menjadi nama kabupaten sejak awal abad ke-17? Dari sekian sumber yang diperoleh tidak ditemukan penjelasan mengapa atau apa yang menjadi alasan Bupati R.A.A. Sastrawinata mengganti nama Galuh menjadi Ciamis. Oleh karena itu muncul penafsiran negatif bahwa Bupati R.A.A. Sastrawinata ingin memutuskan matarantai kesinambungan (kontinuitas) sejarah. Mengapa? Toponimi Ciamis dan Galuh Munculnya gugatan terhadap penggantian nama Galuh menjadi Ciamis (1916) bisa jadi berawal dari pengkajian toponimi. Secara toponimis, tidak ditemukan makna yang membanggakan di balik kata ciamis. Kata Ciamis berasal dari ci dan amis. Kata ci singkatan dari cai yang berarti air. Kata amis punya dua arti. Pertama amis (bhs. Sunda) berarti manis (berkait dengan rasa). Kedua amis (bhs. Jawa) berarti anyir (berkait dengan aroma penciuman). Malah Danadibrata (2009: 19, 420) mengartikan kata amis sebagai bau mabek, bau pisan (bau sekali, sangat bau). Namun, Hardjasaputra (t.th.: 4) berpendapat bahwa kata amis dalam Ciamis, bukan amis dalam bahasa Sunda yang berarti rasa manis. Sumber tradisional yang memuat data Kerajaan Galuh menunjukkan bahwa amis dalam nama Ciamis adalah amis dalam bahasa Jawa yang berarti anyir itu. Sebutan anyir itu berkaitan dengan tragedi berdarah. Setidaknya ada tiga momentum peristiwa berdarah yang berkait dengan sejarah (Sunda) Galuh. Pertama adalah peristiwa Perang Bubat (1357). Kedua, pada akhir abad ke-16 M. Kerajaan Mataram berupaya menguasai Kerajaan Galuh. Terjadilah konflik antara 3

kedua belah pihak, sehingga di beberapa daerah Galuh terjadi tragedi banjir darah. Tahun 1595 Kerajaan Galuh jatuh ke dalam kekuasaan Kerajaan Mataram. Ketiga, ketika Galuh jatuh ke dalam kekuasaan Kompeni (mulai akhir tahun 1705), terjadi lagi tragedi berdarah di Ciancang (Utama) tahun 1739 yang dikenal dengan sebutan Bedah Ciancang (Hardjasaputra, t.th: 2). Dengan demikian, kata amis dalam Ciamis lebih tertuju pada arti bau amis darah manusia, korban dalam tragedi. Katanya, sebutan amis yang ditujukan pada darah manusia itu dilontarkan oleh utusan penguasa Mataram ketika mengontrol daerah Galuh tidak lama setelah di Galuh terjadi tragedi banjir darah. Oleh karena itu, sebutan ciamis pada awalnya lebih merupakan cemoohan dari pihak Mataram terhadap pihak Galuh. Adapun kata galuh secara bahasa mengandung tiga makna. Pertama, kata galuh (bhs. Sanskerta; galu) berarti permata yang paling baik. Kedua, kata galuh (bhs. Sanskerta) berasal dari kata aga berarti gunung dan lwah berarti bengawan, sungai, laut (Danadibrata, 2009: 203). Ketiga, kata galuh sering dimaknai sebagai galeuh (bhs. Sunda) yang berarti bagian di jero tangkal kai nu pang teuasna (Danadibrata, 2009: 202). Arti-arti kata tersebut jelas sangat simbolis dan sarat muatan makna yang sangat dalam. Selanjutnya, nama galuh pun mengacu pada nama kerajaan dan nama kabupaten. Nama galuh muncul dalam panggung sejarah sejak berdirinya Kerajaan Galuh. Kerajaan ini didirikan oleh seorang tokoh Sunda bernama Wretikandayun pada awal abad ke-7 M. Wretikandayun semula berkuasa di daerah Kendan (Kendan termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara). Sejak awal abad ke-7 pamor kerajaan itu makin memudar, terutama masa pemerintahan Raja Tarusbawa (raja Tarumanagara terakhir, 669-670 M.). Kondisi itu dimanfaatkan oleh Wretikandayun untuk melepaskan Kendan dari kekuasaan Tarumanagara. Upaya Wretikandayun berhasil tanpa menimbulkan konflik dengan penguasa Tarumanagara. Oleh karena Kendan tidak memadai sebagai pusat pemerintahan, maka Wretikandayun memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah Karangkamulyan sekarang. Daerah itu dibangun menjadi pusat 4

Kerajaan Galuh. Sementara itu, Tarusbawa mendirikan Kerajaan Sunda sebagai kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara. Kemudian terjadi perundingan antara Wretikandayun dengan Tarusbawa mengenai wilayah kekuasaan masing-masing. Perundingan sampai pada kesepakatan bahwa sungai Citarum menjadi batas wilayah kedua kerajaan. Daerah sebelah barat Citarum menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda, dan daerah sebelah timur Citarum menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Galuh. Ketika Kerajaan Galuh diperintah oleh Sanjaya (723-732 M.), sang raja menjadi menantu Raja Sunda Tarusbawa. Hal itu menyebabkan terjadinya penggabungan kedua kerajaan menjadi Kerajaan Sunda-Galuh, sehingga Kerajaan Galuh makin berkembang. Pada abad ke-13, Kerajaan Galuh berpusat di Kawali. Kerajaan Galuh mencapai kejayaan terutama pada masa pemerintahan Maharaja Niskala Wastu Kancana (1371-1475 M.). Pada akhir abad ke-16 M. Kerajaan Mataram berupaya untuk menguasai Kerajaan Galuh. Tahun 1595 Kerajaan Galuh jatuh ke dalam kekuasaan Kerajaan Mataram. Pada awal pemerintahan Sultan Agung sebagai raja Mataram (1613), status Kerajaan Galuh diubah menjadi setingkat dengan kabupaten. Hal itu ditandai oleh pengangkatan Adipati Panaekan menjadi Wedana Mataram di Galuh. Pada zaman penjajahan Belanda pangkat wedana setingkat dengan bupati. Dengan demikian, sejak awal abad ke-17 itulah, Galuh menjadi kabupaten, Kabupaten Galuh, dengan bupati pertama Adipati Panaekan. Kabupaten Galuh pernah mengalami perpindahan ibukota beberapa kali, yaitu dari Panaekan ke Gara Tengah (Cineam), kemudian pindah lagi ke Barunay (Imbanagara). Pemindahan ibukota Kabupaten Galuh dari Gara Tengah ke Barunay terjadi tanggal 12 Juni 1642 M. (14 Mulud tahun Hé). Pada awal abad ke-19 ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan lagi ke Cibatu, kemudian ke Burung Diuk. Setelah kota Ciamis berdiri, ibu kota Kabupaten Galuh dipindahkan ke kota Ciamis (masa pemerintahan Bupati Wiradikusumah, 1815-1819). 5

Respons Masayarat Wacana kembalinya nama Kabupaten Ciamis ke Kabupten Galuh terus mendapat respons dari berbagai kalangan seperti politisi, LSM, sastrawan, dan sejarawan. Mereka banyak yang sepakat inilah saatnya mengubah sejarah yang akan dikenang oleh masyarakat. Sastrawan Godi Suarna menegaskan sudah saatnya nama Kabupaten Ciamis dikembalikan ke Kabupaten Ciamis. Karena perasaan orang Ciamis sebagai orang Galuh sangat kuat. Nasionalisme kegaluhannya orang Ciamis sangat kuat. Mengenai ketakutan cost pengembalian nama kabupaten terlalu besar, menurut Godi, itu hanya bagi orang-orang yang berpikiran kerdil. Mengubah nama itu tidah mudah, namun bagi orang-orang besar itu bisa dilakukan. Hanya orang-orang besar yang akan mampu mengubah sejarah, termasuk mengembalikan nama Ciamis ke Galuh. Perlu diingat, nama Galuh itu hasil bertapa susah payah para pendahulu kita, kok seenaknya diubah menjadi Ciamis tanpa asal usul ( Kabupaten Ciamis Jadi..., 2010). Prof. Nina Herlina Lubis, sejarawan, berpendapat bahwa penggantian nama Kabupaten Galuh menjadi Ciamis oleh Bupati R.A. Sastrawinta (1914-1936) kental muatan politik. R.A. Sastrawinta yang ditunjuk Belanda menjadi Bupati Ciamis itu berasal dari Karawang yang tidak memahami dan mengenal lebih dalam sejarah Galuh. Perubahan nama Galuh ke Ciamis yang mengandung arti anyir berarti menghina masyarakat galuh. Ditambahkan Nina, Kerajaan Galuh sudah berdirisejak abad VIII Masehi sesuai Prasasti Canggal (732 M). Sementara Kerajaan Galuh di Kawali dengan Rajanya Prabu Maharaja tercatat pada 1350, dan menjadi kabupaten dengan ibukotanya Ciamis terjadi pada 15 Januari 1915 dengan bupatinya R. Wiradikusumah. Banyak peninggalan Kerajaan Galuh yang masih terawat di Ciamis, di antaranya situs Astana Gede Kawali, situs Susuru Kertabumi, situs Karangkamulyan, dan banyak lagi. Kalau kita sudah tahu 6

sejarah Galuh pasti menginginkan penggantian nama Ciamis ke Galuh ( Kabupaten Ciamis Jadi..., 2010). Sekretaris Lapkesdam NU Ciamis, Maulana Sidik, berharap Pemkab dan DPRD Ciamis secepatnya memulai proses pergantian nama kabupaten tersebut dengan membuat tim. Menurutnya, wacana perubahan nama itu sudah lama, namun karena dianggap pemborosan APBD sehingga terkesan diacuhkan. Padahal kata Sidik, dalam tradisi masyarakat kita, nama menjadi sebuah pengharapan (tafa'ul) atas seluruh kebaikan. Perubahan nama Ciamis menjadi Kabupaten Galuh harus dianggap sebagai sebuah harapan yang memberikan dampak psikologis terhadap kesejahteraan dan keadilan masyarakatnya. Tidak boleh dilupakan bahwa citra diri dalam cerminan jati diri lebih mahal dari apa pun ( Kabupaten Ciamis Jadi..., 2010). Ketua Komisi IV DPRD Ciamis, Hendra S. Marcusi mengatakan, secara pribadi sepakat dengan pengembalian nama Kabupaten Ciamis ke Galuh. Nama Kabupaten Galuh akan mempertegas identitas dan memberikan spririt besar bagi masyarakat kabupaten Ciamis ( Kabupaten Ciamis Jadi..., 2010). Respons berbeda disampaikan oleh Ketua DPRD Ciamis, Asep Roni yang disampaikan pada Rabu, 21 Juli 2010. Dia mengatakan: saya tidak setuju (perubahan nama Ciamis menjadi Galuh) karena biayanya mahal. Selain itu juga tidak ada jaminan dengan berubahnya nama rakyat akan semakin sejahtera. Akan lebih baik biayanya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ( Pro Kontra Nama..., 2010). Selanjutnya dia menyatakan: Mengenang kejayaan masa lampau merupakan hal yang baik, tetapi tidak harus terbawa pada romantisme sejarah. Spirit Galuh tidak hanya dari nama, tetapi bagaimana berbuat yang lebih baik untuk masyarakat. Tidak ada artinya apabila nama berubah, tetapi tidak ada dampak positifnya bagi rakyat Ciamis.... Perubahan tersebut bukan persoalan yang mudah, sebab harus melalui proses dan mekanisme panjang. Termasuk melakukan perubahan terhadap undang-undang tentang pembentukan Kabupaten Ciamis. Belum lagi harus dilakukan penyesuaian dalam semua bidang pemerintahan dan kemasyarakatan.perubahan stempel, kop surat Ciamis, papan nama dan lainnya butuh biaya sangat besar ( Pro Kontra Nama..., 2010). 7

Tentu saja pendapat-pendapat di atas belum merepresentasikan kehendak masyarakat Ciamis. Akan tetapi, sebagai tahap awal hal tersebut cukup bermanfaat dan sangat ilustratif untuk memetakan respons masyarakat yang lebih luas pada masa mendatang. Simpulan Perubahan nama sesungguhnya bukan hal yang tabu. Bagi kita, nama tidak lepas dari idealisasi simbol yang sarat kandungan makna-makna kebaikan, harapan, doa, dan harus sangat referensial. Bila dikaitkan dengan pilihan nama Ciamis atau Galuh, tentu saja nama Galuh lebih mendekati idealisasi itu. Namun demikian, harus menjadi pemikiran bersama bagaimana caranya supaya caina herang laukna beunang. Penetapan mekanisme yang disepakati untuk pengambilan keputusan perlu didahulukan mendiskusikannya. Musyawarah-mufakat tampaknya warisan nilai yang masih tetap aktual untuk diamalkan menghadapi persoalan ini. Pertimbangan perimbangan antara besaran manfaat dan madarat pun perlu untuk jadi bahan pertimbangan. Daftar Sumber Danadibrata, R.A. 2009. Kamus Bahasa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama. Hardjasaputra, A. Sobana. t. th. Ciamis Kembalikan Lagi ke Galuh. Makalah.... t.th. Ciamis Pulangkeun Deui ka Galuh, Galura, November 2003 dan Cupumanik, No. 8 Th I, Maret 2004. Kabupaten Ciamis Jadi Kabupaten Galuh, http://kabar-ciamis.blogspot.com / 2010/07/ (9 September 2012). 8

Pro Kontra Nama Kabupaten Galuh, Pikiran Rakyat 22/07/2010 terbaca dalam http://www.pikiran-rakyat.com/node/118283 (9 September 2012). 9