LAMPIRAN DAFTAR REFERENSI

dokumen-dokumen yang mirip
KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

PENJABARAN KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

konsil lsm indonesia

LANDASAN PEMIKIRAN. Apa itu akuntabilitas LSM? Mengapa akuntabilitas penting bagi LSM? Sejarah akuntabilitas LSM

INSTRUMEN ASSESSMENT PENERAPAN KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

konsil lsm indonesia

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lemba

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI POLEWALI MANDAR

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

PANDUAN BAGI LSM ANGGOTA KONSIL LSM INDONESIA

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

Discrimination and Equality of Employment

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

Pendidikan Kewarganegaraan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 53 TAHUN No. 53, 2017 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

Pengantar Prinsip Kemanusiaan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN TERHADAP TINDAK KEKERASAN

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga tentang Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Pemuda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Transkripsi:

LAMPIRAN DAFTAR REFERENSI

INFORMASI BANTUAN Anggota Konsil LSM Indonesia dan pihak lain bisa menghubungi Sekretariat Konsil LSM Indonesia apabila mempunyai pertanyaan. Sekretariat Konsil LSM Indonesia menawarkan pelatihan dan asistensi teknik kepada LSM anggota dan LSM lain di Indonesia. Infomasi dapat diperoleh di Sekretariat Konsil melalui kontak berikut: Konsil LSM Indonesia Jl. Kerinci XII No 11, Kel Gunung, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120 Telp/Fac: +62-21-7257322 Email: sekretariat@konsillsm.or.id Website: http://konsillsm.or.id Facebook: Konsil Lsm Ind Twitter: @LSM_Akuntabel 110 KONSIL LSM INDONESIA

LAMPIRAN 1 16 Prinsip Kode Etik Konsil LSM Indonesia Kongres Nasional LSM Indonesia pada Juli 2010 telah mengesahkan Kode Etik Konsil LSM Indonesia dan pada Kongres II Konsil LSM Indonesia, September 2013, Kode Etik tersebut kembali disempurnakan. Meski saat ini Kode Etik ini hanya mengikat anggota Konsil LSM, namun harapannya Kode Etik ini dapat diterapkan dan diakui oleh seluruh LSM Indonesia menjadi Kode Etik LSM Indonesia. 16 Prinsip dalam Kode Etik Konsil LSM Indonesia: 1. Non-Pemerintah adalah suatu posisi secara kelembagaan dimana Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tidak menjadi bagian atau berada di bawah, atau mewakili kepentingan lembaga-lembaga pemerintah dan/atau lembaga-lembaga negara lainnya. 2. Non-Partisan adalah suatu posisi secara kelembagaan dimana LSM tidak menjadi bagian atau berafiliasi dengan partai politik dan tidak menjalankan politik praktis dalam arti mengejar jabatan politik. 3. Anti Diskriminasi adalah suatu sikap dan tindakan secara individual maupun kelembagaan STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 111

LSM yang tidak melakukan pembedaan, pembatasan, pengucilan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, suku, ras, warna kulit, agama dan kepercayaan, afiliasi politik, kelompok/golongan, bentuk tubuh, kemampuan tubuh, usia, status sosial ekonomi dan orientasi seksual yang mempunyai dampak atau tujuan mengurangi atau meniadakan pengakuan, pemanfaatan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sipil, agama/ kepercayaan atau bidang lainnya. 4. Penghormatan terhadap HAM adalah suatu sikap dan tindakan secara individual maupun kelembagaan yang bertujuan untuk mempromosikan, menghormati, dan melindungi hak asasi setiap orang yang terlibat dalam organisasi maupun program berdasarkan prinsip-prinsip universal HAM. Hak asasi manusia yang dimaksud adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 5. Keberpihakan pada Masyarakat Marginal adalah suatu sikap dan tindakan secara kelembagaan dan individual yang mengutamakan pem- 112 KONSIL LSM INDONESIA

belaan dan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang mengalami marginalisasi baik secara ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hukum, gender serta orientasi seksual. 6. Nirlaba mengandung pengertian bahwa tujuan mendirikan LSM adalah untuk melayani kepentingan masyarakat, bukan untuk mencari dan mengumpulkan keuntungan atau laba yang akan dibagi-bagikan kepada pendiri, pengurus maupun pelaksana organisasi. 7. Kerelawanan adalah suatu sikap dan tindakan secara kelembagaan dan individu yang tidak menjadikan imbalan atau kedudukan sebagai tujuan. 8. Keberlanjutan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup adalah suatu sikap dan tindakan organisasi dan individu untuk terlibat aktif dalam upaya menjaga, merawat, mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. 9. Anti Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme adalah suatu sikap dan tindakan secara individual dan kelembagaan yang mencegah dan menentang perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan menyalah gunakan kewenangan yang dimiliki yang merugikan keuangan lembaga, STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 113

negara, dan/atau sumber lain. Anti kolusi adalah suatu sikap dan tindakan secara individu dan kelembagaan yang menentang kerjasama rahasia/persekongkolan untuk maksud tidak terpuji yang berakibat merugikan organisasi. Anti nepotisme adalah suatu sikap dan tindakan secara individual yang menentang tindakan penyalahgunaan kekuasaan dengan memilih atau mengangkat kerabat atau sanak saudara dan teman-teman sendiri untuk memegang/ mendapatkan jabatan/kekuasaan. 10. Transparansi adalah bahwa Konsil LSM Indonesia menjamin dan mengembangkan keterbukaan informasi dan pertanggungjawaban kepada pihak internal dan eksternal organisasi termasuk akses para pemangku kepentingan untuk memantau kinerja dan pengambilan keputusan organisasi. 11. Partisipasi adalah Konsil LSM Indonesia melibatkan semua unsur organisasi, komunitas dan pemangku kepentingan secara bermakna dalam proses pengambilan keputusan dan proses pemantauan organisasi. 12. Independensi adalah Konsil LSM Indonesia otonom dan bebas dari pengaruh dan kepentingan-kepentingan pemerintah, partai politik, lembaga penyandang dana, sektor bisnis dan siapapun yang dapat menghilangkan indepen- 114 KONSIL LSM INDONESIA

densi, kemandirian dan kemampuan LSM dalam bertindak bagi kepentingan umum. 13. Anti Kekerasan adalah sikap dan tindakan Konsil LSM Indonesia baik secara kelembagaan maupun individu untuk tidak melakukan dan menentang perlakuan yang mengakibatkan timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara psikis/ mental, fisik, seksual, dan ekonomi, terhadap setiap orang atau kelompok dalam masyarakat, termasuk kekerasan berbasis gender. 14. Keadilan dan Kesetaraan Gender adalah proses untuk menjadi adil bagi perempuan, laki-laki, jenis kelamin dan gender lainnya, untuk mengatasi diskriminasi gender dalam mencapai kesetaraan gender. Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana perempuan, laki-laki, jenis kelamin dan gender lainnya sepenuhnya menikmati hak-hak yang setara dan kondisi yang setara dalam mewujudkan hak-hak asasi manusia. Ini merujuk pada kebutuhan untuk mentransformasikan norma, nilai, sikap, perilaku, dan persepsi yang kesemuanya itu menjadi syarat untuk mencapai status yang setara 15. Pengelolaan Keuangan yang Akuntabel, dimaksudkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dan sumber-sumber keuangan yang mengacu STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 115

pada prinsip standar keuangan yang berlaku umum, dan tidak menggunakan dana yang bersumber dari hutang luar negeri, perusahaan perusak lingkungan dan/ atau pelanggar HAM, dana kejahatan korupsi, dan pencucian uang. Dalam penggunaan dana lembaga mengutamakan kepentingan kelompok dampingan. 16. Kepentingan Terbaik Untuk Anak. Maksudnya adalah suatu sikap dan tindakan baik secara individu maupun kelembagaan yang menghormati, menghargai dan melindungi kepentingan terbaik untuk anak. 116 KONSIL LSM INDONESIA

LAMPIRAN 2 STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 117

118 KONSIL LSM INDONESIA

STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 119

120 KONSIL LSM INDONESIA

STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 121

122 KONSIL LSM INDONESIA

STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 123

124 KONSIL LSM INDONESIA

STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 125

DAFTAR REFERENSI 1. Deklarasi Tokyo tahun 1985 memberikan arahan bahwa akuntabilitas merupakan suatu kewajiban dari individuindividu atau otoritas yang dipercaya mengelola sumbersumber daya publik untuk memberikan keterangan sejelasjelasnya, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Juga, Ledvina V. Carino mengatakan, sebagai sebuah evolusi kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok orang yang berada pada jalur otoritas untuk dapat mempertanggungjawabkan secara benar sesuai dengan tugasnya. 2. Carmencita T. Abella dan MA. Amor L. Dimalanta, Governance, Organizational Effectiveness and the Nonprofit Sector: Country Report (Philippine), kumpulan makalah untuk Konferensi Asia Pacific Philanthrophy Consortium (APPC), Makati City, Philippine, 5-7 September 2003. Alin, Fadumo, etc, How to build a good small NGO. Maeve Moynihan (Ed). Diakses dari http://www.humanitarianforum.org/ data/files/resources/715/en/building_ngos.pdf (8 April 2014). Australian Australian Council for International Development (ACFID) Code of Conduct Balderrama, Dick, National Coordinator PHILSSA (Partnership of Philippine Support Service Agencies), Good NGO Governance, power point presentation, 11 Mei 2011 Charnovits, Steve, Akuntabilitas LSM dalam Tata-pemerintahan Global, Akuntabilitas LSM: Politik, Prinsip dan Inovasi, Pokja Akuntabilitas dan LP3ES, 2006, hal 34-35. Ebrahim, Alnoor, Accountability In Practice: Mechanisms for NGOs, World Development, Vol. 31, No. 5, hal. 813 829, 2003 126 KONSIL LSM INDONESIA

Frans Toegimin, Presentasi tentang Struktur Organisasi. Guide to the 2010 HAP standard in Accountability and Quality Management, HAP 2013. Herlina, L., 2012, Akuntabilitas LSM Indonesia : Antara Tuntutan dan Tanggapan. Jurnal Akuntabilitas OMS, I, 11-22 http://id.scribd.com/doc/7019124/community-participation diaskes pada 24 Oktober 2013. http://www.who.or.id/eng/contents/aceh/wsh/books/es/es12cd. pdf diaskes pada 24 Oktober 2013. Ibrahim, Rustam (penyunting), Kode Etik LSM & Undang-undang Organisasi Masyarakat Sipil, Pokja Akuntabilitas OMS, Juni 2010 Davidson, Sara, Pengukuran Dampak dan Akuntabilitas Dalam Situasi Darurat: Panduan Cukup Baik, World Vision International, 2008 Kumara, Eko, Akuntabilitas Keuangan : Pengendalian Internal dan Pengelolaan Keuangan Organisasi Nirlaba, Jurnal Akuntabilitas OMS, II, Februari Juni 2014 Kode Etik Konsil LSM Indonesia, hasil Kongres LSM Indonesia 2013 Masaoka, Jan. All Hands on Board: The Boards of Director in All-Volunteer Organization. BoardSource: Building Effective Nonprofit Boards. Oxfam GB Accountability Starter Pack. STANDAR MINIMAL AKUNTABILITAS LSM 127

Parliamentary and health service ombudsman. Piryadi K, Presentasi Survey Pengaduan, Konsil LSM-Kinerja, 2011. World Vision Complaint handling process. Pedoman Perilaku Konsorsium Pengembangan Masyarakat Madani (KPMM) Padang Transparansi dan Akuntabilitas NGO (TANGO), Satunama & Tifa Trivunovic, Marjana, Melawan Korupsi LSM: Mengkaji Ulang Pendekatan Konvensional, Jurnal Akuntabilitas OMS, II, Februari Juni 2014 128 KONSIL LSM INDONESIA