KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA BENCANA TSUNAMI KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA BENCANA TSUNAMI

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

KERENTANAN (VULNERABILITY)

Powered by TCPDF (

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PENGANTAR LOKAKARYA MANAJEMEN KEDARURATAN DAN PERENCANAAN KONTINJENSI. Painan, 29 November 3 Desember 2005 BAKORNAS PBP KABUPATEN PESISIR SELATAN

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

RINGKASAN REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA TANGERANG PERIODE

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

JURNAL KESIAPAN KELOMPOK SIAGA BENCANA SMA DI WILAYAH ZONA MERAH DI KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

Empowerment in disaster risk reduction

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

Lampiran : Tabel 18. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

Transkripsi:

KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA BENCANA TSUNAMI KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA BENCANA TSUNAMI Kaharuddin Prodi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia Email: hadinirizqi@yahoo.co.id Abstrak :Tsunami merupakan salah satu bencana yang dapat berakibat sangat fatal bagi keselamatan manusia dan harta benda serta dapat merusak alam, Yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini, untuk melihat sejauh mana kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan pesisir Kecamatan Samatiga dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana tsunami dimasa yang akan datang. Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus-menerus dari awal sampai akhir,menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengembangkan hipotesis dan teori berdasarkan data yang diperoleh. Analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip-transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis data yang dilakukan meliputi tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam tsunami yang akan didapat dengan mengkategorisasikan hasil indeks pada indikator-indikator yang ditetapkan. Hipotesa dalam penelitian ini bahwa kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan Samatiga terhadap ancaman bahaya bencana tsunami relatif rendah, sehingga hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah positif. Kata kunci: Kesiapsiagaan,Bencana Tsunami Abstract: Through the tsunami disaster preparedness, people already alert and vigilant in dealing with and facing the possibility of a tsunami, so they can act appropriately and quickly to reduce the risk of or involvement in the event of tsunami hazard and can save lives and property in the event of tsunami, Data analysis was performed throughout the study and carried out continuously from the beginning to the end of the study. Observation is not possible without analysis to develop hypotheses and theories based on the data obtained. Data analysis is the process of systematically tracking and regulation of transcript-transcript of the interview, field notes, and other materials so that researchers can present the findings. The data analysis was conducted on the level of community preparedness against natural disasters tsunami that will be obtained by categorizing the results of the index on the indicators set. In accordance with the hypothesis in this study that the community preparedness against the threat of danger Samatiga bencna tsunami was relatively low, so the hypothesis set out in this study were positive. Keyword: Preparedness, Tsunami Disaster 272

273 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 8 No. 2, Nopember 2015, 272-281 PENDAHULUAN Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana lebih merupakan aktivitas prabencana yang dilaksanakan dalam kontek manajemen resiko bencana dan berdasarkan analisa resiko yang baik. Hal ini mencakup pengembangan/ peningkatan keseluruh-an strategi kesiapan, kebijakan, struktur institusional, peringatan dan kemampuan meramalkan, serta rencana menentukan langkah-langkah yang tepat untuk membantu komunitas yang beresiko, guna menyelamatkan hidup dan aset mereka dengan cara waspada terhadap bencana dan melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasi ancaman bencana sebenarnya. Melalui kesiapsiagaan bencana tsunami, masyarakat sudah siap siaga dan waspada dalam mengatasi dan menghadapi berbagai kemungkinan terjadinya bencana tsunami, sehingga mereka dapat bertindak tepat dan cepat dalam mengurangi terkenanya resiko atau bahaya jika terjadi bencana tsunami serta dapat menyelamatkan jiwa serta harta benda pada saat terjadi bencana tsunami. Mengingat bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Aceh Barat, khususnya Kecamatan Samatiga memiliki wilayah urban di sepanjang pantai yang pada tahun 2004 juga diterjang bencana Tsunami, dengan jumlah korban hampir mencapai 3.000 ribu jiwa, maka ke depan kondisi seperti ini perlu menjadi perhatian supaya masyarakat lebih memiliki kesiapsiagaan dalam pengurangan resiko bencana tsunami. Kondisi yang rawan tehadap ancaman bencana tsunami di Kecamatan Samatiga adalah seluruh Desa yang berada dekat dengan pantai (10 Desa) yakni Desa Suak Timah, Kuala Bubon, Gampong Teungoh, Lhok Bubon, Suak Pandan, Gampong Cot, Suak Seukee, Suak Panteu Breuh, Suak Geudeubang, dan Suak Seumaseh. Berdasarkan pantauan awal di lokasi tersebut di atas, ditemui bahwa masih ada banyak warga yang memiliki rumah hunian dan usaha yang lokasinya sangat dekat sekali dengan bibir pantai dan bahkan pada saat air pasang pun dapat dijangkau oleh air laut. Keadaan lingkungan sekeliling area pemukiman warga dikawasan ini juga sangat banyak merupakan kawasan payau atau rawa dan tidak ada satupun lokasi yang dapat dikategorikan sebagai dataran tinggi atau gunung, yang sewaktu waktu jika terjadi bencana

Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bahaya Bencana Tsunami... 274 tsunami dapat dengan mudah dan cepat dijangkau sebagai tempat untuk berlindung atau dapat dijadikan sebagai kawasan relokasi. Berdasarkan fakta di lapangan yang demikian, maka ke depan sangat diperlukan adanya upaya mewujudkan kesiapsiagaan dan upaya pengurangan resiko bencana tsunami pada masyarakat pesisir di Kecamatan Samatiga. Untuk terwujudnya hal tersebut di atas maka sangat dibutuhkan adanya kerjasama antara warga masyarakat dengan pihak terkait di daerah, yang dalam hal ini untuk sementara pihak yang paling berkompeten adalah Pemerintah setempat yakni tingkat Desa, Kecamatan bahkan pihak yang lebih tinggi seperti BPBD. METODE PENELITIAN Masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Dalam hal ini tentu juga karena ada rasa keingintahuan sejauh mana tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Secara detil dapat diuraikan tujuannya sebagai berikut: 1) Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang bahaya bencana tsunami di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. 2) Mengetahui kesiaapsiagaan rencana tanggap darurat masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. 3) Mengetahui sistem peringatan bencana masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami di KecamatanSamatigaKabupaten Aceh Barat. 4) Mengetahui Mobilisasi sumber daya masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. 5) Mengetahui rencana kebijakan strategis terhadap kesiapsiagaan bahaya bencana tsunami di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Kegunaan teoritis adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu kebencanaan dan merupakan sumbangsih yang akan sangat berarti bagi kalangan akademisi dan kependidikan. Secara praktis penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pemerintah dan masyarakat yang berada di kawasan rentan bencana tsunami.

275 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 8 No. 2, Nopember 2015, 272-281 METODE PENELITIAN Tingkat kesiapsiagaan masyarakat pesisir di Kecamatan Samatiga dalam menghadapi bahaya bencana tsunami relatif masih rendah. Dalam hal ini diasumsikan bahwa: 1. Pengetahuan masyarakat terhadap bencana tsunami masih rendah 2. Kesiapan perencanaan tanggap darurat bencana tsunami juga masih rendah 3. Kesiagaan sistem peringatan dini bencana tsunami masih rendah 4. Kesiapsiagaan sistem Mobilitas sumberdaya dalam menghadapi bencana tsunami masih rendah 5. Perencanaan kebijakan strategis dalam kesiaosiagaan bencana tsunami juga masih rendah Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan masyarakat meliputi pengetahuan tentang bencana, rencana tanggap darurat, sistim peringatan dini bencana dan mobilisasi sumber daya terhadap kesiapsiagaan 2. Menentukan lokasi yang rentan yaitu Desa Suak Timah, Kuala Bubon, Gampong Teungoh, Lhok Bubon, Suak Pandan, Gampong Cot, Suak Seukee, Suak Panteu Breuh, Suak Geudeubang, dan Suak Seumaseh. 3. Melakukan survey terhadap tingkat kesiapsiagaan masyarakat dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara pada masyarakat Kecamatan Samatiga serta mengumpulkan data dari instansi terkait. 4. Melakukan wawancara dan pemantauan langsung ke lokasi 5. Analisa data meliputi skor hasil jawaban responden dengan indeks kesiapsiagaan terhadap bencana dan persentase dari masing-masing parameter serta analisis terhadap hasil kebijakan strategis pemerintah Daerah terhadap kesiapsiagaan tsunami 6. Menyusun hasil penelitian dan pembahasan 7. Penulisan tesis lengkap Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di Kecamatan Samatiga berjumlah 1666 KK pada 10 Desa pesisir dalam Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bahaya Bencana Tsunami... 276 Sampel ditentukan dengan teknik random sampling. Teknik sampling probabilitas atau random sampling probabilitas merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif., yaitu teknik pengambilan sampel dengan populasi yang kemudian setiap sub populasi diambil sampelnya dengan tidak membeda bedakan yaitu semua populasi punya kesempatan yang sama untuk sampel dan di ambil secara random. Sementara besarnya sampel dihitung dengan menggunakan persamaan Slovin, dengan jumlah sampel sebanyak 99 sampel Data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui literature, data-data pada BPBD, Bappeda, Kantor Kecamatan, Kantor Desa dan instansi terkait lainnya. Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan secara terusmenerus dari awal sampai akhir penelitian.pengamatan tidak mungkin tanpa analisis untuk mengembangkan hipotesis dan teori berdasarkan data yang diperoleh. Analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkiptranskip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis data yang dilakukan meliputi tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam tsunami yang akan didapat dengan mengkategorisasikan hasil indeks pada indikator-indikator yang ditetapkan. Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam kajian ini dikategorikan menjadi lima indikator,sebagai berikut, Lipi-Unesco (2006) 7 : Penentuan nilai indeks untuk setiap parameter mengacu kepada Lipi- Unesco, (2006). Indeks untuk parameter kesiapsiagaan yang meliputi pengetahuan masyarakat tentang bencana, rencana tanggap darurat bencana, peringatan bencana dan mobilisasi sumber dayanya diukur dengan menggunakan rumus Setiadi (2007) Sedangkan kriteria indeks kesiapsiagaan yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah :

277 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 8 No. 2, Nopember 2015, 272-281 1. Sangat siap 2. Siap 3. Hampir siap 4. Kurang siap 5. Belum siap HASIL PENELITIAN Dalam sub variabel rencana tanggap darurat masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami di Kecamatan Samatiga dapat diasumsikan bahwa kapasitas masyarakat masih rendah. Sehingga kemungkinan penanganan dan aksi tanggap, cepat dan tepat dalam menyelamatkan jiwa masyarakat dan harta benda warga jika terjadi bencana tsunami, tidak dapat berjalan dengan baik dan sesuai manajemen rencana tanggap darurat yang ada. Kondisi ini perlu mendapat penanganan yang lebih intensif dari pihak yang berkompeten sesuai porsi masing-masing, sehingga penanganan dalam kondisi benar-benar terjadinya bencana tsunami dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pengetahuan Hasil penelitian sub variabel pengetahuan masyarakat terhadap bencana tsunami menunjukakan bahwa sebagian besar masyarakat masih memiliki tingkat pengetahuan terhadap bencana tsunami masih rendah. Sebesar 49,50 persen masyarakat memiliki pengetahuan yang rendah tentang bencana tsunami. Selebihnya 28,40 persen berada pada katagori sedang dan 22,10 persen pada katagori tinggi. Kondisi tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan dan kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, Pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap sesuatu hal. Perencanaan Tanggap Daarurat Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,10 persen masyarakat berada pada kriteria rendah, 24,20 persen berada pada kriteria sedang dan 13,70 persen berada pada kriteria tinggi. Dengan demikian tingkat kesiapsiagaan dalam perencanaan tanggap darurat bahaya bencana tsunami, berada pada kriteria rendah. Hal tersebut sesuai teori bahwa tanggap darurat yaitu upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban, harta benda, evakuasi dan pengungsian, pasca bencana berupa pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bahaya Bencana Tsunami... 278 Sistem Peringatan Dini Hasil penelitian dari sub variabel sistem peringatan dini masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden berada pada kategori rendah, yakni 41,10 persen, pada kriteria sedang 28,40 persen dan dan pada kriteria tinggi sebesar 30,50 persen. Hal tersebut sesuai dengan teori yang telah dikemukakan yang menyatakan bahwa sistem peringatan dini merupakan suatu sistem yang diharapkan dapat memberitahukan paling awal terjadinya bencana, sebagai sarana komunikasi antara korban dengan yang membantu dan menjangkau semua lokasi yang terkena bencana. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa dalam suatu bencana apabila sistem peringatan dini tidak tersedia dengan optimal maka bukan tidak mungkin bencana tersebut akan memakan banyak korban baik harta maupun jiwa, oleh karena itu sangat diperlukan suatu sistem peringatan dini untuk memberitahukan kepada penduduk secepatnya dengan harapan dapat mengurangi kerugian harta benda dan nyawa manusia sesedikit mungkin. Dalam bidang ini juga perlunya koordinasi dan persiapan yang matang baik dari pembuat, pemerintah dan instansi terkait serta kesiapan sarana dan prasarana yang diperlukan. Mobilisasi Sumberdaya Hasil penelitian dari sub variabel mobilisasi sumberdaya masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden berada pada kategori rendah yaitu sebesaar 65,30 persen berada pada kriteria rendah, 17,90 persen pada kriteria sedang dan 16,80 pada kriteria tinggi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa mobilisasi sumberdaya merupakan tindakan pengerahan dan penggunaan secara terpadu berbagai komponen kekuatan dalam masyarakat untuk digunakan secara cepat, tepat, terpadu, dan terarah bagi pengurangan resiko bencana. Mobilisasi sumber daya berdasarkan beberapa indikator yaitu keberadaan informasi mengenai kejadian bencana, keberadaan peta pendukung kajian seperti topografi, geologi dan batimetri, keberadaan kajian dan kerentanan demografis juga sangat seperti topografi, geologi dan batimetri, keberadaan kajian dan kerentanan demografis juga sangat

279 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 8 No. 2, Nopember 2015, 272-281 diperlukan untuk mengantisipasi kelompok penduduk rentan yang memerlukan pertolongan khusus. Mobilisasi sumberdaya dilihat dari sosialisasi informasi melalui pemberitaan di media massa jika terjadidiperlukan untuk mengantisipasi kelompok penduduk rentan yang memerlukan pertolongan khusus. Mobilisasi sumberdaya dilihat dari sosialisasi informasi melalui pemberitaan di media massa jika terjadi bencana ditingkat kecamatan juga merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat. Mobilisasi sumberdaya aparat, dalam kajian ini dilihat dari ti indikator yaitu pernah tidaknya ikut pelatihan, workshop atau seminar berkaitan dengan kesiapsiagaan mengahadapi bencana, pelatihan simulasi darurat bencana serta pernah tidaknya aparat menginformasikan pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat. Mobilisasi sumberdaya aparat, dalam kajian ini dilihat dari tiga indikator yaitu pernah tidaknya ikut pelatihan, workshop atau seminar berkaitan dengan kesiapsiagaan mengahadapi bencana, pelatihan simulasi darurat bencana serta pernah tidaknya aparat menginformasikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan mengahadpi bencana kepada masyarakat. Hambatan mobilisasi sumberdaya dikarenakan kurangnya akses kepada penanggung jawab dari masing-masing aktifitas tanggap darurat, terbatasnya sumberdaya manusia terlatih yang dapat dikerahkan sesuai kebutuhan masyarakat ataupun lembaga pemberi bantuan, bantuan yang datang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan terbatasnya sumberdaya finansial. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa mobilisasi sumberdaya masyarakat yang masih rendah tidak mampu bertindak maksimal dalam rangka kesiapsiagaan bencana tsunami dan mencegah terjadinya dampak negatif dalam kuantitas yang tinggi akibat bencana tsunami. Oleh karena itu perlu menyempurnakan manajemen mobilitas sumberdaya pada khususnya dan manajemen kesiapsiagaan bencana pada umumnya dalam paradigma pengurangan resiko bencana. Rencana Kebijakan Strategis Kesiapsiagaan Tsunami Pengetahuan dan pola pikir serta wawasan masyarakat pada umumnya dan pemuka masyarakat pada khususnya terhadap pentingnya upaya memikirkan dan mewujudkan

Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bahaya Bencana Tsunami... 280 kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami pada khususnya masih sangat rendah. Kejadian bencana tsunami besar yang pernah menimpa masyarakat pada tahun 2004 belum dapat dijadikan sebagai pengalaman atau pelajaran yang berguna untuk masa yang akan datang. Semestinya dalam kondisi yang demikian para pihak perlu memikirkan dan merencanakan serta mewujudkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi berbagai bencana terutama bencana tsunami. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa semua semua desa memperoleh indek 2 (dua) yakni berada pada kriteria kurang siap. Kesiapsiagaan Masyarakat Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya bencana tsunami digampong kawasan pesisir Kecamatan Samatiga masih rendah dan lemah. Hal ini disebabkan karena mereka belum mampunyai kapasitas yang cukup memadai baik secara individu, kelompok maupun secara manajerial. Masyarakat belum memiliki pengetahuan tentang bencana secara memadai, rendahnya rencana tanggap darurat, belum adanya sistem peringatan dini terhadap bencana serta serta kesiapan mobilisasi sumberdaya juga belum tertata dengan baik. Perencanaan kebijakan strategis tentang kesiapsiagaan bencana tsunami juga masih berada pada tataran rendah dan kurang siap, sehingga upaya-upaya untuk penyelematan jiwa serta harta benda sewaktu-waktu jika terjadinya benacana tsunami, rasanya masih kurang mampu dilaksanakan oleh masyarakat secara sistematis atau masih berjalan secara individual, dan untuk itu perlu adanya perhatian dan pembinaan supaya adanya peningkatan dari semua sistem kesiapsiagaan sehingga resiko yang ditimbulkan oleh bencana dapat diminimalisir. KESIMPULAN Sesuai dengan hipotesa dalam penelitian ini bahwa kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan Samatiga terhadap ancama bahaya bencana tsunami ternyata relatif rendah, sehingga hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah positif. SARAN Berhubung masih cukup lemahnya kapasitas kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana tsunami di masa yang akan datang, untuk itu sangat diharapkan kepedulian para pihak terkait, terutama pemerintah, dalam mempersiapkan dan mewujudkan masyarakat yang siaga.

281 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 8 No. 2, Nopember 2015, 272-281 Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada segenap pihak yang telah memberikan dukungan sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan sebaik baiknya. DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Jakarta. 2. Bakornas PB, 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasi di Indonesia. 3. Be the best, 2007. Konsep Bencana (disaster), WHO. 4. Usep Solahudin, 2005. Konsep Bencana. 5. Ella dan Usman, 2008. Mencerdasi Bencana, Grasindo Jakarta. 6. Yusuf, 2005. Sikap. 7. LIPI/UNESCO, 2006. Framework Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa dan Tsunami, Jakarta. 8. Setiadi, 2007.Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Graha Ilmu, Jokyakarta.