ANALISIS YURIDIS KEBEBASAN BERSERIKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK

dokumen-dokumen yang mirip
PERWUJUDAN NETRALITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

BATASAN PEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE/GUNTAI

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SWASTA

KEDUDUKAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA SEBAGAI LEMBAGA PENGELOLA KEPEGAWAIAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

Oleh : I Putu Sabda Wibawa I Dewa Gede Palguna Program Kekhususan: Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

PENEGAKAN HUKUM NETRALITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

PENEGAKAN SANKSI DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Oleh : Ni Made Ayu Tresnasanti I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. ini disalah gunakan oleh penguasa Orde Baru untuk menguasai semua struktur

2 pemerintah yang dalam hal ini yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). 2 Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah bidang sumber daya manusia aparatur sebaga

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENAHANAN UPAH KEPADA PEKERJA YANG TIDAK DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik. Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

PEMBUBARAN PARTAI POLITIK (Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Hukum Pemohon dan Akibat Hukum Pembubaran Partai Politik) S K R I P S I.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROSES PEMBENTUKAN PERDA PROVINSI BALI DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN

Poerwadarminta W.J.S, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h.741.

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

PROBLEMATIKA CALON INDEPENDEN DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH Oleh : Ni Putu Eka Martini AR Ibrahim R. Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan,

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

PERANAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENYELENGGARAANPELAYANAN TERPADU SATU PINTU

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 21 Januari 2016; disetujui: 27 Januari 2016

Lina Miftahul Jannah linamjannah.wordpress.com

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

Oleh. Kadek Tegar Wacika. Ni Nengah Adiyaryani Program Kekhususan Hukum Penyelenggara Negara, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

KEWENANGAN DPD DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

TESIS PROGRA AM STUDI ILMU HUKUM DESMAN

ABSTRACT. Keyword : Legal status, Applicant, Disputed Elections of Regional Heads, Constitutional Court ABSTRAK

KEWAJIBAN PELAPORAN DALAM HAL PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI BIDANG LEGISLASI

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA

PENGATURAN TOLOK UKUR SYARAT CALON KEPALA DAERAH DARI PARTAI POLITIK DAN PERSEORANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015

KEDUDUKAN SBKRI (SURAT BUKTI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA) TERHADAP HAK WNI KETURUNAN TIONGHOA DITINJAU DARI HUKUM HAM INTERNASIONAL

Demokrasi: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Antara Teori dan Pelaksanaanya di Indonesia. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

TINDAKAN ADMINISTRATIF DAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENGGUNAKAN IJAZAH PALSU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN P A D A CERAMAH NETRALITAS PNS DI HADAPAN PANWASLU KABUPATEN KEBUMEN. Senin, 19 Oktober 2015

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Peraturan. yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. partai lokal Aceh merupakan sebuah proses demokrasi yang wajib dilaksanakan di

Pjs. WALI KOTA BANDUNG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PENERAPAN DISIPLIN PNS

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

HAK MEMBENTUK ORGANISASI KEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Republik Indonesia. Bahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH PADA SATUAN RUMAH SUSUN

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

JURNAL SKRIPSI PROSEDUR PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2004 OLEH: ELBARINO SHAH

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK

PENGESAHAN ISI DAN FORMAT SKRIPSI

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING ILEGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

KEWENANGAN PENJABAT WALIKOTA MELAKUKAN MUTASI. Oleh Ida Bagus Dwi Ganda Sabo I Gusti Ngurah Wairocana Made Gde Subha Karma Resen

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Administrasi Kepegawaian Negara. Lina Miftahul Jannah

prinsip demokrasi dan prinsip negara hukum sebagai mana disebutkan dalam Undang- Undang Dasar Secara teoritis, netralitas PNS dengan cara tidak

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

PROBLEMATIKA YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan kehidupan bernegara secara tegas dirumuskan dalam Alinea. ke Empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengemukakan

BAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang

KAJIAN NORMATIF PUTUSAN UPAYA PAKSA DALAM PASAL 116 UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Transkripsi:

ANALISIS YURIDIS KEBEBASAN BERSERIKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK Oleh : Made Dian Supraptini Pembimbing : I Gusti Ayu Puspawati Program Kekhususan: Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana Abstract The regulation regarding freedom of association as a right of every Indonesian citizens as stipulated within the Constitution of Republic Indonesia in 1945. Due to that, a problem had arisen regarding restriction of civil servant (here in after shall be abbreviated as PNS ) who are Indonesian citizens to have freedom of association in political parties, meanwhile Indonesia had guaranteed its citizens freedom of association. Method that used in this research is the normative research method. Freedom of association existed as a right of Indonesian citizens remarks civil servant has the right to do it because civil servant are also Indonesian citizens, however there is the restriction of civil servant became member or official of political parties. The restriction as stipulated in Article 3 paragraph (3) Act No. 43 Year 1999 and further regulated through Article 2 paragraph (1) Government Regulation No. 37 Year 2004. Keywords: civil servant, freedom of association, political parties. Abstrak Peraturan mengenai kebebasan berserikat sebagai hak setiap warga Negara Indonesia diatur secara tegas dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Terdapat permasalahan yaitu adanya larangan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang merupakan warga Negara Indonesia untuk memiliki kebebasan berserikat dalam partai politik, di sisi lain Indonesia menjamin kebebasan untuk berserikat bagi warga negaranya. Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian normatif. Adanya jaminan kebebasan berserikat sebagai hak setiap warga Negara Indonesia menandakan bahwa PNS pula memilki hak untuk itu mengingat PNS juga adalah warga Negara Indonesia namun terdapat larangan bagi PNS untuk menjadi anggota maupun pengurus partai politik. Larangan tersebut terdapat dalam Pasal 3 ayat (3) UU No. 43 Tahun 1999 dan diatur lewat Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2004. Kata kunci: PNS, kebebasan berserikat, partai politik. 1

I. Pendahuluan A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara demokrasi yang menjamin adanya kebebasan mengeluarkan pendapat dan pikiran bagi setiap warga negaranya. Salah satu bentuk mengeluarkan pendapat dan pikiran adalah kebebasan untuk berserikat/berkumpul sebagai bagian dari hak asasi manusia, sehingga dalam pelaksanaaanya haruslah dijamin dan dijunjung tinggi. 1 Setiap Negara yang mengaku Negara hukum yang demokratis haruslah memasukkan aspek peran aktif masyarakat. 2 Peran aktif masyarakat dapat dilihat pada Pemilihan Umum yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Menjelang Pemilu 2014, semangat demokrasi baik di tingkat lokal maupun nasional telah terlihat secara signifikan. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan menimbulkan polemik di masyarakat, mengingat sampai saat ini keterlibatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik dalam proses kampanye hingga tahap pelaksanaan pemilhan masih terlihat jelas. Dengan alasan Negara demokratis, maka PNS tidak dapat terlepas dari pengaruh partai politik sebagai usaha dalam mempertahankan posisinya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana pengaturan kebebasan berserikat Pegawai Negeri Sipil dalam partai politik dan bagaimana pengaturan larangan kebebasan berserikat Pegawai Negeri Sipil. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan hukum mengenai penjaminan kebebasan berserikat Pegawai Negeri Sipil beserta larangannya dalam partai politik. II. Isi Makalah A. Metode Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, berupa inventarisasi hukum positif, penemuan asas-asas dan falsafah hukum 1 Sri Hartini, 2005, Netralitas Pegawai Negeri Sipil, Mahkamah Konstitusi, Jakarta, (selanjutnya disingkat Sri Hartini I ), h.24. 2 Sri Hartini, Hj. Setiajeng Kadarsih, dan Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat Sri Hartini II ), h.70. 2

positif, dan penemuan hukum inconcreto yang sesuai untuk digunakan dalam penyelesaian suatu perkara tertentu. 3 Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undangundang (statue approach) dan pendekatan sejarah (history approach) serta menggunakan teknik studi dokumen atau bahan pustaka dengan meneliti bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. B. Hasil dan Pembahasan 1. Pengaturan Kebebasan Berserikat Pegawai Negeri Sipil dalam Partai Politik Pengakuan kebebasan berserikat dalam sistem politik di Indonesia merupakan konsekuensi logis bahwa Indonesia menjamin perlindungan hak asasi manusia dalam bidang politik yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E ayat (3) yang menyatakan bahwa : setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Sebagai realisasi kebebasan berserikat dalam partai politik di Indonesia, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 yang telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Toto Pandoyo menegaskan bahwa konsep kebebasan berserikat sebagai bagian dari hak asasi manusia telah diakui secara yuridis, baik internasional maupun nasional. 4 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebebasan berserikat adalah hak setiap orang tanpa terkecuali, sepanjang masih tercatat sebagai warga Negara Indonesia. PNS dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang- 3 Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi I, Granit, Jakarta, h.1. 4 Sri Hartini II, op.cit, h.71 dikutip dari Toto Pandoyo, 1981, Ulasan terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945, Sistem Politik dan Perkembangan Demokrasi, Liberty, Yogyakarta, h.1. 3

undangan yang berlaku. Berdasarkan pengertian PNS dalam UU tersebut, sebagai warga Negara Indonesia, maka PNS pula memiliki kebebasan untuk berserikat dalam suatu partai politik. 2. Larangan Kebebasan Berserikat Pegawai Negeri Sipil Kebebasan berserikat PNS untuk terlibat dalam dunia politik merupakan masalah yang selalu tidak ada akhirnya. Hal ini telah dimulai sejak masa Demokrasi Liberal, diatur dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 1959 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negeri dalam Partai Politik, yang dikeluarkan untuk menyatukan PNS yang terpecah belah akibat permainan politik saat itu. Kemudian pada masa orde baru, PNS diberi kesempatan untuk berserikat dalam partai politik, dengan dibentuk suatu wadah yang mampu melakukan pembinaan terhadap PNS, dikenal dengan nama KORPRI sesuai Keputusan Presiden No. 82 Tahun 1971 tentang Korpri. Penjaminan kebebasan berserikat PNS kemudian didukung dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1970 tentang Keanggotaan Pegawai Negeri Sipil dalam Partai Politik dan Golongan Karya. PP tersebut memberi ruang bagi PNS untuk menjadi anggota dan pengurus partai politik. Hal ini dilakukan karena ada usaha merekrut PNS guna memperkuat pemerintahan Orde Baru. Namun, realitanya tidak semua PNS mendapat izin dari pejabat berwenang menjadi anggota dan pengurus politik dengan alasan yang tidak transparan. 5 Pada era reformasi hingga saat ini muncullah tuntutan agar PNS bersifat netral terkait keanggotaan dan kepengurusan dalam partai politik. Sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (3) UU No. 43 Tahun 1999 yang menegaskan bahwa: untuk menjamin netralitas Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain itu, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik yang menyatakan : pegawai negeri sipil dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis sependapat dengan adanya larangan bagi PNS untuk terlibat dalam pusaran partai politik. Hal ini didasarkan bahwa PNS sebagai 5 Sri Hartini II, op.cit, h.71-73. 4

pengabdi sipil tidak selayaknya memihak terhadap satu golongan atau satu partai politik tertentu, melainkan harus mengabdi serta melayani masyarakat sipil secara adil dan merata tanpa memandang dari golongan atau partai tertentu dalam menjalankan tugasnya. III. Penutup A. Kesimpulan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 merupakan dasar dari penjaminan hak kebebasan berserikat bagi setiap Warga Negara tanpa terkecuali. Sejalan dengan pengertian PNS dalam UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, maka PNS pula dapat memilki hak kebebsan berserikat tersebut mengingat PNS pula merupakan Warga Negara Indonesia. Namun terdapat larangan bagi PNS yang merupakan warga Negara Indonesia untuk tidak berserikat di bawah pengaruh semua golongan dan partai politik yang diatur dalam Pasal 3 ayat (3) UU No. 43 Tahun 1999 dan juga dalam Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik. B. Saran Berkaitan dengan larangan kebebasan berserikat dalam partai politik yang menuntut adanya netralitas, PNS hendaknya memahami terlebih dulu kedudukannya sebagai abdi Negara bukan sebagai abdi partai politik. Selain itu, perlu diadakan larangan mengenai keikutsertaan PNS dalam segala aktivitas pemilu, mengingat aturan yang ada saat ini hanya melarang PNS sebagai anggota dan/atau pengurus partai politik. DAFTAR PUSTAKA BUKU: Adi, Rianto, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi I, Granit, Jakarta. Hartini, Sri, 2005, Netralitas Pegawai Negeri Sipil, Mahkamah Konstitusi, Jakarta. Hartini, Sri, Hj. Setiajeng Kadarsih, dan Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 128. 5