BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kristi Novianti, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA PADA MATERI SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan sebagai upaya

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. curriculum) ke kurikulum berbasis kompetensi (competency based. menuntut siswa untuk menerapkan langsung konsep yang di dapat dalam

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Serli Alpiani Agustin,2013

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB II KAJIAN TEORETIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. pada penalaran verbal dan pemikiran logis, pada tugas-tugas yang hanya

A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SKRIPSI OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia IPTEK telah membawa perubahan yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan khususnya guru sebagai pelaksana pembelajaran. Pembelajaran. norma/standar yang berlaku (Yamin, 2008: 22).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran biologi SMA yang tercantum dalam Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan fakta-fakta dan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru harus menguasai tiga hal dalam pendidikan, yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem penilaiannya (Surapranata dan Hatta, 2007). Hal tersebut harus dikuasai secara seimbang. Lemah dalam salah satu hal, lemah juga sebagai seorang guru yang profesional, diikuti dengan gagalnya mencapai output dan outcome yang diharapkan. Paham sekali tentang kurikulum, juga paham sekali tentang proses pembelajaran, tetapi lemah pemahamannya dalam penilaian, berakibat fatal bagi peserta didik karena nilai bagi peserta didik adalah nasib baginya (Soewandi, 2007). Kesalahan guru dalam menilai berarti menjatuhkan vonis yang tidak semestinya kepada anak didik. Sebaliknya, takut menilai apa adanya juga menjatuhkan vonis buruk kepada mereka, juga tidak memberikan gambaran yang benar kepada pengguna lulusan (user, stakeholder). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 22 ayat 1 (2005, dalam Direktorat Pengembangan SMA, 2010) menyatakan bahwa penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik penilaian tersebut menurut Pasal 22 ayat 2 dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Selanjutnya, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 (2007, dalam Direktorat Pengembangan SMA, 2010) tentang stándar proses, bagian lampiran IV tentang penilaian hasil pembelajaran menyatakan bahwa penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes yang salah satunya adalah portofolio. Kompetensi berarti pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Soewandi, 2007). Kebiasaan berfikir dan bertindak yang dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten akan memungkinkan menjadikan seseorang menjadi kompeten.

2 Guru dapat mengetahui tercapai atau tidaknya suatu kompetensi melalui suatu alat evaluasi. Akan tetapi, evaluasi yang sudah biasa dilakukan lazimnya menggunakan tes tulis. Menurut Fazila (2011), rata-rata proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata hanya menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) yang dijaring dengan tes tulis obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Sehingga kondisi seperti ini menyebabkan guru kurang fokus pada pengembangan keterampilan proses anak dalam proses pembelajaran. Realitas ini mendorong siswa untuk menghapal pada setiap kali akan diadakan tes harian atau tes hasil belajar. Padahal harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya kritis anak terhadap suatu masalah (Fazila, 2011). Pembelajaran yang menuntut penguasaan materi serta pemilikan keterampilan dan sikap yang baik, akan lebih baik jika digunakan instrumen penilaian tertentu. Instrumen yang dimaksud adalah instrumen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah, bernalar, berkomunikasi, melakukan penyelidikan, dan berkreasi. Oleh karena itu, portofolio merupakan salah satu instrumen yang cocok (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu bukti tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa (Soewandi, 2007). Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Munandar (1990, dalam Ronanur, 2008) menyatakan bahwa kreatifitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Namun apa yang kita amati dalam masyarakat dewasa ini ialah sebagaimana ditekankan Munandar (1990, dalam Ronanur, 2008), kita menerima begitu banyak cekokan dalam arti instruksi bagaimana melakukan sesuatu di sekolah, di rumah, dan di dalam dunia kerja sehingga kebanyakan dari kita kehilangan hampir setiap kesempatan untuk kreatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Munandar (1990, dalam Ronanur, 2008) kenyataan lain di

3 lapangan menunjukan adanya penekanan pada pemikiran reproduktif, hafalan, dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Alat-alat ukur (tes), baik intelegensi maupun tes prestasi belajar kebanyakan hanya meliputi tugas-tugas yang harus dicari satu jawaban yang benar (berfikir konvergen), sedangkan kemampuan menjajaki berbagai kemungkinan jawaban suatu masalah (berfikir divergen) dan kreatif jarang diukur (Munandar dalam Nisa, 2010). Mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum yaitu menjelaskan mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan maka dipilihlah konsep pencemaran air dalam penelitian ini. Kompetensi dasar tersebut sangat memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa (Choirunnisa, 2011). Kemampuan berpikir kreatif tersebut menurut Munandar (1985) meliputi keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan memerinci (elaboration), keterampilan berpikir orisinal (originality), dan keterampilan dalam menilai (evalution). Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah kontekstual yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga dapat menggali ide-ide kretif siswa untuk menanggapi permasalahan tersebut (Choirunnisa, 2011). Perwujudan ide-ide tersebut dapat dituangkan dalam sebuah karya kreatif yang dapat memungkinkan untuk diukur dengan portofolio. Pada materi pencemaran air memungkinkan siswa untuk melaksanakan pengamatan, sehingga penilaian portofolio dapat digunakan siswa untuk mengembangkan daya berpikir kreatif dalam menyusun suatu karya salah satunya yaitu pembuatan poster, pembuatan kliping, dan lain-lain. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian penerapan portofolio dalam mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah penerapan portofolio dalam mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air? C. Pertanyaan Penelitian Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimanakah penerapan portofolio dalam mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air? 2. Apa saja kelebihan dari penerapan asesmen portofolio dalam mengungkap kemampuan berfikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air? 3. Apa saja kendala dari penerapan asesmen portofolio dalam mengungkap kemampuan berfikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air? 4. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru pada penerapan asesmen portofolio dalam mengungkap kemampuan berfikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penerapan asesmen portofolio untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air 2. Mendeskripsikan kelebihan yang muncul pada penerapan asesmen portofolio dalam mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air 3. Mendeskripsikan kendala dari penerapan asesmen portofolio dalam mengungkap kemampuan berfikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air 4. Mengetahui tanggapan siswa dan guru pada penerapan asesmen portofolio dalam mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air.

5 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain: 1. Bagi siswa a. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. b. Mengembangkan pengalaman terlibat dalam proses penilaian menggunakan portofolio (self assesment). c. Memberikan pengalaman yang menarik karena dapat melakukan penilaian diri sendiri dalam proses penilaian menggunakan portofolio. 2. Bagi Guru a. Memberikan alternatif penilaian yang dapat mengungkap kemampuan berfikir kreatif siswa pada konsep pencemaran air melalui asesmen portofolio. b. Memotivasi guru untuk mulai menilai kemampuan berfikir kreatif siswa. c. Memberikan informasi mengenai kelebihan dan kendala yang dihadapi dalam penggunaan portofolio pada konsep pencemaran air. 3. Bagi Peneliti Lain a. Mengetahui gambaran pelaksanaan penilaian potrofolio, beserta kelebihan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ketika akan melakukan penelitian yang relevan.