BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Etika Jurnalistik dan UU Pers

KODE ETIK JURNALISTIK

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I KETENTUAN UMUM

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK JURNALISTIK

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

LAMPIRAN - LAMPIRAN. 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? untuk bersikap indipenden dalam menyikapi sebuah kasus.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers

JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN HAK JAWAB DAN HAK KOREKSI DALAM PENYELESAIAN DELIK PERS BERDASARKAN UU NOMOR 40 TAHUN 1999

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di mana pers berada. 1. kemasyarakatan yang berfungsi sebagai media kontrol sosial, pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui sarana pers semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (3),

PERKEMBANGAN RUMUSAN TINDAK PIDANA YANG TERKAIT DENGAN KARYA JURNALISTIK DALAM RUU KUHP. Dr. Mudzakkir, S.H., M.H

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

MENULIS ARTIKEL ONLINE

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. PENCEMARAN NAMA BAIK YANG DILAKUKAN OLEH PERS 1 Oleh: Eunike Korua 2

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB III PENUTUP. melanggar privasi seseorang adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik tingkat kemajuan dan taraf berpikirnya dapat dicermati.

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia yang

Dr. Mudzakkir, S.H., M.H Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, khususnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam tesis ini dilakukan

Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tonggak penting sebuah sistem demokrasi di Indonesia. Dimana

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. itu terjadi pada skala lokal, regional maupun nasional.

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. menandakan proses komunikasi massa berlangsung dalam tingkat kerumitan yang relatif

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, & Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan manusia dalam berbagai hal, salah satunya kebutuhan akan informasi. Informasi adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya dan diolah, berisi pengetahuan atau keterangan yang dapat disampaikan melalui berbagai cara dan media. Dalam memberikan informasi yang aktual dan dapat diketahui publik sarana yang efektif digunakan adalah media massa. Media massa merupakan sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak. Berbagai kalangan dan umur dapat menikmati pemberitaan dari media massa karena bersifat umum. Media massa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang baik maupun yang buruk. Pencemaran nama baik menjadi salah satu penyampaian yang buruk melalui media massa. Penghinaan, pencemaran nama baik atau fitnah seringkali terjadi dalam pemberian informasi dan pemberitaan di media masa yang dilakukan oleh pers baik disengaja maupun tidak disengaja. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, pers adalah lembaga 1

2 sosial dan wahana komunikasi yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam menyampaikan informasinya pers terkadang membesar-besarkan berita dengan istilah-istilah dan kiasan-kiasan yang tidak umum untuk menarik perhatian masyarakat. Informasi yang disampaikan oleh penyampai (pers dan media massa) kepada penerima (masyarakat), dapat ditanggapi berbeda-beda sesuai dengan daya tanggap masing-masing individu. Seseorang dapat merasa dicemarkan nama baiknya karena melihat istilah-istilah yang digunakan oleh penyampai, sedangkan penyampai tidak bermaksud untuk mencemarkan nama baik seseorang dengan istilah-istilah yang digunakannya, hanya untuk menarik perhatian masyarakat. Orang yang merasa dicemarkan nama baiknya mengajukan gugatan ke pengadilan, dan gugatan tersebut diterima, maka pembuat berita harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Pencemaran nama baik merupakan perbuatan yang menyerang dan merusak kehormatan seseorang. Terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai penghinaan, pencemaran nama baik, dan fitnah, yaitu di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau yang disebut dengan KUHP. Dalam Pasal 310 sampai dengan Pasal 321 KUHP diatur mengenai

3 penghinaan. Adanya pasal yang mengatur mengenai penghinaan, pencemaran nama baik, dan fitnah baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis (lisan), dinilai banyak menghambat kebebasan pers dan masyarakat dalam berekspresi dan menyampaikan gagasannya. Penerapan aturan tersebut dinilai bertentangan dengan Pasal 28E ayat (3) dan Pasal 28F Undang-undang Dasar tahun 1945 atau yang disebut dengan UUD 1945. Dalam Pasal 28E ayat (3) mengatur bahwa Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal 28F mengatur bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 1 Kenyataannya pers belum benar-benar merdeka atau bebas untuk mencari, memperoleh dan menyebarluaskan informasi dan pendapatnya karena terhambat dari pihakpihak terkait maupun peraturan-paraturan yang berlaku. Kebebasan pers itu dirasakan dan dipandang sebagai suatu hal yang amat penting, karena pada umummnya kebebasan pers mencakup pengertian: hak mempertahankan dan hak untuk memperoleh jaminan konstitusional dari hak-hak asasi manusia. 2 1 http://map-bms.wikipedia.org/wiki/uud_45, 4 Maret 2011 pukul 23.05 2.T.C Simorangkir, 1980, Hukum dan Kebebasan Pers, Binarcipta, hlm 10.

4 Kebebasan Pers tidaklah mutlak, tetapi dibatasi oleh etika, hukum dan moral, sehingga kebebasannya disertai dengan kesadaran dan tanggung jawab profesi yang salah satunya diatur dalam Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 3/SK-DP/111/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan oleh dewan pers. Dalam Kode Etik Jurnalistik dijabarkan antara lain: a. Wartawan Indonesia bersifat Independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. b. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. c. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. d. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul. e. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. f. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. g. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitasnya maupun keberadaannya,

5 menhargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai dengan kesepakatan. h. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. i. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Pers memiliki beberapa tugas yang dapat dilakukan untuk menunjang pembangunan sebagai salah satu terjadinya pembaharuan dan perubahan sosial. Etika adalah cabang filsafat yang menelaah ukuran baik dan buruk yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia. Sebagai ilmu yang digali oleh etika adalah ajaran-ajaran moral dasar yang melandasi kehidupan manusia. 3 Pada prinsipnya pers dapat dikatakan sebagai kekuatan yang sangat mempengaruhi masyarakat, karena dapat memberikan sumbangan yang cukup besar sebagai alat perubahan sosial di dalam usaha pembangunan bangsa. Sebagai lembaga masyarakat pers mengemban fungsi dan peningkatan suatu kehidupan masyarakat yang menjadi sumber eksistensinya. 4 Tanggung jawab 3 Rizal Malarangeng, 2010, Pers Orde Baru Tinjauan Isi Kompas dan Suara Karya, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta, hlm 7. 4 F. Rachmadi, 1990, Perbandingan Sistem Pers Analisis Sistem Pers Berbagai Negara, PT. Gramedia, Jakarta, hlm 19.

6 merupakan salah satu beban yang harus diterima dalam menjalani profesi sebagai akibat dari penyaluran informasinya di media massa yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Pers harus dapat menyaring berita yang akan disajikan sehingga dapat bermanfaat. Salah satu contoh kasus pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pers ialah pada tabloid Warta Republik yang menulis laporan Utama berjudul Cinta Segitiga Dua Orang Jendral: Try Sutrisno dan Edi Sudradjat Berebut Janda. Laporan yang dimuat pada edisi pertama, November 1998, itu ditulis tanpa ada wawancara atau konfirmasi dari sumber berita, melainkan hanya bersumber dari desas-desus. Wartawan atau penulis tabloid Warta Republik diadukan ke pengadilan dijatuhi hukuman percobaan, karena mencemarkan nama baik pengadu, yaitu Jenderal TNI (purn.) Try Sutrisno dan Jendral TNI (purn.) Edi Sudradjat. 5 Pertanggungjawaban pers mengenai pemberitaan yang dianggap tidak benar dan dinilai mencemarkan nama baik seseorang, dapat diketahui dengan melakukan suatu penelitian hukum yang mengacu pada peraturan perundangundangan tertentu. Melalui penulisan hukum ini penulis akan melakukan penelitian hukum dengan judul Pertanggungjawaban Pers Terhadap Pemberitaan Yang Mencemarkan Nama Baik 5 http://www.romeltea.com/2010/01/01/melawan-pers-dengan-delik-pencemaran-nama-baik/, 14 Maret 2011, pukul 23.00.

7 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban hukum yang dilakukan pers terhadap pencemaran nama baik? 2. Hambatan apasajakah dalam pertanggungjawaban hukum yang dilakukan pers terhadap pemberitaan yang mencemarkan nama baik? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban pers terhadap pencemaran nama baik. 2. Untuk mengetahui hambatan dalam pertanggungjawaban hukum yang dilakukan pers terhadap pemberitaan yang mencemarkan nama baik. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai dua manfaat, sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya pemberitaan yang mencemarkan nama baik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi perumus Peraturan Perundang-undangan, hasil penelitian ini

8 bermanfaat memberikan masukan dalam rangka menilai isi peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini dan memberikan saran terhadap isi peraturan perundang-undangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan masukan apabila akan dilakukan revisi peraturan perundang-undangan. b. Bagi penegak hukum, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penegak hukum dalam hal pembuktian terhadap kasus mengenai pemberitaan yang mencemarkan nama baik. c. Bagi wartawan/pers dan masyarakat yang menyampaikan dan menerima informasi/berita melalui media massa agar dapat menyaring berita baik maupun buruk sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. d. Bagi masyarakat luas, agar mendapatkan kepastian hukum mengenai pertanggungjawaban yang dilakukan pers terhadap pemberitaan yang mencemarkan nama baik. e. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum. E. Batasan Konsep Dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan mengenai Pertanggungjawaban Pers Terhadap Pemberitaan yang Mencemaran Nama Baik.

9 1. Pertanggungjawaban a. Perbuatan (hal dsb) bertanggung jawab. b. Sesuatu yang dipertanggungjawabkan. 6 2. Pers Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam baik dalam bentuk tulisan, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. 3. Pemberitaan a. Proses, cara, perbuatan memberitakan (melaporkan, memaklumkan). b. Perkabaran maklumat. 7 4. Pencemaran Nama Baik Mencemarkan nama baik/reputasi seseorang dengan mengeluarkan pernyataan yang tidak benar yang secara lisan (slander) atau tertulis (libel). 8 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2001, Balai Pustaka, hlm 1139 7 Ibid Hlm 140

10 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif dengan pendekatan PerUndang-undangan (statute approach) yaitu penelitian hukum dengan melakukan pengkajian peraturan PerUndang-undangan yang digunakan dalam penelitian. 2. Sumber Data Data dalam penelitian ini terdiri dari Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum sekunder. 1. Bahan Hukum Primer berupa Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti, yaitu : a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3887) d. Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 3/SK-DP/111/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik. 8 http://hukumpedia.com/index.php?title=pencemaran_nama_baik, 10 Febuari 2011 pukul 05.24

11 2. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yaitu buku-buku, pendapat hukum, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan data-data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti 3. Narasumber Dalam hal ini dipaparkan penjelasan berupa pendapat dari narasumber yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dikaji, yaitu Bapak Y.B Margantoro, sebagai Redaktur Senior Harian Bernas Yogyakarta, dan Bapak Sugeng Prayitno sebagai Pimpinan Redaksi Bernas Yogyakarta. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Pustaka Dalam memperoleh data primer maupun sekunder dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, serta artikel yang diperoleh dari makalah atau internet yang berhubungan dengan obyek penelitian. b. Wawancara

12 Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara kepada para narasumber. Wawancara ini dilakukan dengan narasumber yang terkait untuk mendukukng dan melengkapi data yang ada. 5. Metode Analisis Seluruh data yang diperoleh dikumpulkan secara lengkap, selanjutnya disistemasisasikan untuk dilakukan analisisis. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah deskriftif kualitatif dengan alur berpikir deduktif, yaitu dimulai dari peraturan hukumnya dan kemudian dibawa ke permasalahan sebenarnya. Deskriftif yaitu menganalisis data dengan cara memaparkan secara terperinci dan tepat tentang suatu fenomena tertentu terkait dengan permasalahan pengaturan hukum yang berkaitan dengan permasalahanpermasalahan yang timbul dalam pemberitaan yang mencemarkan nama baik kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan yang bersifat khusus yaitu suatu pertanggungjawaban pers terhadap pemberitaan yang mencemarkan nama baik tersebut. Kualitatif yaitu menganalisis pemaparan hasil-hasil penulisan yang sudah disistemasisasikan tersebut dengan cara yang didapat dari teori-teori hukum dan hukum positif untuk dapat menjelaskan permasalahan penelitian hukum ini dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami dan ilmiah.

13 G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Pada Bab I ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitan, Manfaat Penelitian, Batasan Konsep, Metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini dan juga sistematika penulisan hukum ini. BAB II : PEMBERITAAN PENCEMARAN NAMA BAIK Dalam bab ini penulis membahaas tentang tinjauan umum pers pada sub bab A, yang terdiri dari penegertian pers, fungsi pers, kewajiban pers, peranan pers, kode etik jurnalistik, dewan pers. Pada sub bab B membahas tentang tinjauan umum kemerdekaan pers, yang uraiannya terdiri dari penegrtian kemerdekaan pers. Perkembangan kemerdekaan pers, tinjauan umum berita. Pada sub bab C membahas tentang tinjauan umum berita. Pada sub bab D membahas tentang kajian terhadap pertanggungjawaban hukum pers terhadap pemberitaan yang mencemarkan nama baik, yang uraiannya terdiri dari pertanggungjawaban hukum menurut kitab undang-undang hukum pidana, pertanggungjawaban hukum menurut undang-undang pers nomor 40 tahun 1999, pertanggungjawaban hukum pers terhadap pemberitaan yang mencemarkan nama baik sesuai undang-undang pers nomor 40 tahun 1999.

14 BAB III : PENUTUP. Dalam Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah, dan saran untuk penyelesaian permasalahan yang muncul.