BAB I PENDAHULUAN. Bola basket merupakan olahraga yang sudah mendunia (Riyanti, 2013),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. National Basket League (NBL) terjadi peningkatan jumlah penonton sebanyak 30% pada tahun

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB l PENDAHULUAN. cocok untuk ditonton karena biasa dimainkan di ruang tertutup dan hanya. pemain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut.

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak zaman dulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan sehari-hari. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya, karena hampir setiap toko olahraga menjual peralatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KEJUARAAN PEKAN OLAHRAGA PELAJAR WILAYAH (POPWIL) III DI KABUPATEN BANTEN TAHUN 2012.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di dunia. Daya

BAB I PENDAHULUAN. sudah berkembang luas. Masing-masing individu dituntut untuk bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan bisa bekerja lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

DONALD HARIANJA J

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gizi atau makanan diperlukan manusia untuk pemeliharaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sedemikian rupa agar lawan tidak dapat mengembalikan bola.

BAB I PENDAHULUAN. futsal mulai terkenal di dunia dan banyak di gemari oleh. semua masyarakat dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di Indonesia cukup menarik banyak perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Bola yang berdiri pada tahun 1978 di Cengkareng-Jakarta Barat, dan

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

2016 PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAK TAKRAW PADA SISWA SMP NEGERI 1 CONGGENG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Pendidikan Latihan dan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin lama mendapat tempat di dunia kesehatan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. apabila seseorang dapat menguasai teknik dasar yaitu passing bawah, passing

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ashari Nopdiana, 2015 Profil fisik dan teknik klub basket garuda kelompok putra usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkumpulan renang Bina tirta Medan merupakan salah satu Club renang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kejuaraan cabang olahraga basket baik untuk kalangan pelajar ataupun club-club

2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

2015 PROFIL KONDISI FISIK ATLET BOLA BASKET PUTRI TINGKAT SMA SE-JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berasal dari kata bahasa inggis move yang artinya pindah. Moving diartikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian prestasi dibidang olahraga didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. muda. Berdasarkan laporan yang dirilis NBL Indonesia, untuk tahun ini NBL

Lampiran 1 Lembar permohonan dan persetujuan menjadi talent video

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola voli dalam perkembangannya pada saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

SOFTBALL. Softball Kelas X Semster 1 Tahun 2015 design By Bramasto

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat. Perkiraan resmi dari APJII (Asosiasi Penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Basket dianggap sebagai olahraga unik karena diciptakan secara tidak sengaja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk shooting yang paling sering digunakan dalam

2014 MODIFIKASI TES KETERAMPILAN DRIBBLING

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga tenis meja merupakan olahraga yang cukup banyak. peminatnya di Indonesia. Dengan semakin banyaknya klub tenis meja di

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang permainan yang merupakan olahraga tradisional

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan olahraga sepak takraw, sehingga sangatlah wajar kalau daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, Ujian Nasional (UN) bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

STRATEGI PEMBINAAN OLAHRAGA MAHASISWA MENUJU POMNAS ACEH 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Salah satu bagian dari peningkatan kualitas hidup manusia adalah pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan hasil kerja dengan kadar tertentu, dan untuk menampilkan hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (

BAB I PENDAHULUAN. terarah dan berkesinambungan. Karate adalah satu dari sekian banyak olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat luas dan mulai digemari oleh para pemuda Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, hal ini dilakukan mengingat kurikulum merupakan komponen inti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

LAMPIRAN. 4. Menurut kamu sudah baik kah pelayanan humas? Ya mereka sudah bekerja dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bola basket merupakan olahraga yang sudah mendunia (Riyanti, 2013), bahkan di beberapa sekolah dan perguruan tinggi biasanya memiliki estrakulikuler atau unit kegiatan mahasiswa (UKM) bola basket. Di tingkat mahasiswa, terdapat berbagai kompetisi bola basket yang bergengsi, seperti LIMA dan LIBAMA. Liga Mahasiswa atau yang biasa disebut LIMA merupakan organisasi swasta yang dapat menjadi wadah bagi para mahasiswa dan mahasiswi yang ingin berprestasi dibidang olahraga di tingkat Nasional. Salah satu kampus yang mengikuti kompetisi tersebut adalah Universitas Esa Unggul. Di Universitas Esa Unggul terdapat UKM bola basket yang dinamai The Swans sering menjuarai kompetisi ditingkat regional bahkan ditingkat nasional. Pada tahun 2013-2014, Basket Putra Universitas Esa Unggul menempati urutan kedua, sedangkan pada tahun 2014-2015 basket putra Universitas Esa Unggul menempati urutan ketiga dan di tahun yang sama basket putri Universitas Esa Unggul menempati urutan kedua (www.ligamahasiswa.ac.id) Begitu pula di Liga Basket Mahasiswa (LIBAMA) pada tahun 2013 tim basket putra Universitas Esa Unggul mendapatkan peringkat kedua. Di tahun 2014 tim basket putra mendapatkan juara pertama dan tim putri peringkat ketiga. Di tahun 2015 tim basket putra kembali mendapatkan peringkat kedua sedangkan

2 tim basket putri mempoleh juara pertama (www.esaunggul.ac.id). LIBAMA adalah kompetisi bola basket bagi para mahasiswa di tingkat Ibu Kota DKI Jakarta. Berdasarkan interview dengan pelatih basket Universitas Esa Unggul, anggota tim basket Universitas Esa Unggul sebelum terpilih menjadi anggota tim harus melalui serangkaian tes. Persyaratan dan tes yang harus dilewati antara lain yaitu, pernah mengikuti minimal salah satu dari kejuaraan yaitu kejuaraan POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah), POPWIL (Pekan Olahraga Pelajar Wilayah), POPNAS (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) dan KEJURNAS KU (Kejuaraan Nasional Kelompok Umur) dibuktikan dengan melampirkan piagam. Setelah melampirkan piagam, tes berikutnya adalah tes kemampuan bermain basket, dimana para calon anggota tim diminta untuk bermain basket dan menirukan beberapa gerakan yang diberi oleh pelatih. Terakhir calon anggota tim diminta untuk bermain melawan anggota tim basket yang sudah ada dan semua mahasiswa yang lolos seleksi akan diberikan beasiswa penuh. Prestasi yang dimiliki oleh tim basket basket di Universitas Esa Unggul ini, karena atlet basket yang bergabung di tim ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang olahraga basket. Selain itu predikat juara yang Universitas Esa Unggul sandang secara tidak langsung menuntut mereka untuk terus mempertahankan gelar juara tersebut, dan salah satu cara untuk mempertahankan gelar juara adalah mereka harus menjaga fisik mereka agar

3 selalu prima. Namun pada kenyataannya, sebagai seorang atlet bola basket tidak akan jauh dari resiko cedera. Cedera olahraga merupakan cedera yang dialami oleh seseorang pada saat ia melakukan kegiatan fisik, baik dengan tujuan rekreasi secara umum maupun tujuan-tujuan secara profesional (Peterson dan Renstrom dalam Rusli, 2006). Berdasarkan interview dengan asisten pelatih, Cedera yang biasa terjadi pada atlet bola basket Universitas Esa Unggul adalah keseleo pada bagian pergelangan kaki yang termasuk jenis cedera disebut external violence. External violence adalah cedera yang terjadi dari luar tubuh yang disebabkan oleh kontak tubuh dengan lawan. Cedera juga dapat terjadi akibat internal violence dan overuse yaitu cedera yang berasal dari dalam tubuh seperti koordinasi otot yang kurang baik serta faktor fisik yang secara biologi memiliki kekurangan. Overuse merupakan cedera yang berasal dari pemakaian otot secara berlebihan. Dalam olahraga bola basket, resiko cedera akan lebih tinggi karena olahraga tersebut mengharuskan kontak tubuh dengan lawan. Cedera adalah salah satu hal yang paling dihindari atau bahkan ditakuti oleh para atlet. Meskipun demikian, atlet telah disosialisasikan untuk menerima sakit dan cedera sebagai bagian yang normal atau biasa dalam olahraga, sebab sakit dan cedera sangat sering terjadi di dalam olahraga (Coakley dan Dunning, 2000). Tapi pada kenyataannya masih ada atlet yang takut untuk menghadapi cedera. Ada beberapa dari para atlet ini yang menganggap cedera adalah suatu momok yang menakutkan dan bahkan bisa mematikan karir mereka.

4 Karena rasa ketakutan yang besar terhadap cedera inilah yang membuat para atlet tersebut menjadi tidak prima ketika tampil di lapangan. Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut tentang pendapat para atlet mengenai cedera, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa atlet bola basket di Universitas Esa Unggul untuk mengetahui pemaknaan mereka terhadap cedera. Berikut adalah wawancara pribadi dengan atlet basket UEU (F,19 tahun) : dari awal saya bermain basket, saya udah tau resikonya. Kayak kena ankle, jari-jari tangan, kaki gitu gitu. Saya juga pernah cedera kok.. Tapi semua itu ya biasa, namanya juga main basket, kalo ga mau cedera ya main catur aja hahaha. (wawancara pribadi, 23 Juli 2016) F, yang pernah mengalami cedera mengatakan bahwa ia sudah mengetahui akibat dari menjadi atlet yaitu cedera dan cedera tersebut dimaknai hal yang biasa terjadi ketika bermain basket sehingga saat ia mengalami cedera tidak membuat F menjadi takut untuk bermain basket kembali. Sedangkan berbeda dengan wawancara yang lakukan terhadap atlet basket UEU (D, 22 tahun) : kalo uda kena lutut itu rasanya. Habis deh karir lu di basket. Waktu pertama kali gue kena lutut tuh sakit banget rasanya, tapi yang gua pikiran di otak itu bukan sakit nya tapi mati gua kena lutut, mati gw kena lutut. Padahal dokter bilang gw uda sembuh dan bisa main lagi, tapi yang namanya kena lutut yauda habis deh karir lu. (wawancara pribadi, 22 Agustus 2015).

5 D menilai ketika ia mengalami cedera maka kariernya di bidang olahraga sudah selesai. Ia menganggap bahwa cedera adalah hal yang bisa mematikan karir atletnya dan ia sangat takut jika terjadi cedera. Berdasarkan hasil wawancara pribadi penulis dengan atlet basket Universitas Esa Unggul tersebut, terdapat perbedaan dalam memaknai cedera. Ada yang memaknai cedera adalah resiko yang wajar dari seorang atlet namun ada juga yang memaknai cedera adalah sesuatu yang menakutkan dan bisa mematikan karirnya sebagai seorang atlet. Pemaknaan menurut Feldman (1999) disebut dengan persepsi. Feldman (1999) mengatakan persepsi adalah proses konstruktif dimana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi. Menurut Robbins (2015) persepsi merupakan suatu proses yang digunakan individu untuk mengolah dan menafsirkan pesan indera dari lingkungan dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan dengan cara mengorganisir dan mengintepretasi sehingga akan mempengaruhi perilaku individu. Robbins (2015) menambahkan bahwa persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Sedangkan persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawan dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Atlet bola basket yang memiliki persepsi positif terhadap cedera secara kognitif akan menganggap bahwa cedera adalah bagian dari olahraga dan ia akan

6 menerima cedera sebagai konsekuensi menjadi seorang atlet sehingga secara psikis, atlet tidak terbebani dan performa atlet dilapangan pun tetap baik. Sebaliknya, jika atlet yang memiliki persepsi negatif terhadap cedera maka atlet tersebut akan berpikir bahwa cedera adalah hal yang harus dihindari dengan cara apapun ketika berolahraga, sehingga berdampak pada performanya saat di lapangan. Atlet yang memiliki persepsi negatif terhadap cedera memiliki beban secara psikis yaitu takut cedera dan secara kognitif berpikir bahwa cedera adalah bagian yang mematikan karirya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketakutan yang dialami atlet bola basket Universitas Esa Unggul bukan karena dicabutnya beasiswa akibat cedera yang dialami, namun karena ketakutan tersebut karena atlet takut tidak bisa bermain kembali. Hal ini selaras dengan penelitian yang ditulis oleh Pamungkas (2010) yang mengungkapkan bahwa cedera dan pemikiran cedera secara psikologis dapat mempengaruhi prestasi atlet. Ketakutan akan mendapatkan cedera akan mengakibatkan prestasi yang rendah. Pengalaman pernah mendapatkan cedera pada pertandingan/latihan sebelumnya juga bisa menurunkan prestasi seorang atlet. Dalam penelitian ini juga dikatakan bahwa atlet Tae Kwon Do wanita yang dijadikan subjek mempunyai persepsi yang positif terhadap cedera dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini berarti atlet Tae Kwon Do wanita memandang cedera sebagai suatu resiko yang normal yang tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya.

7 Selain itu, penelitian oleh Masudah (2009) yang meneliti atlet skateboard juga mengatakan bahwa persepsi seorang atlet terhadap kemungkinan cedera merupakan hal yang wajar, atlet menganggap bahwa cedera merupakan konsekuensi atau resiko dalam karirnya. Hasil pada penelitian ini mengungkapkan bahwa persepsi terhadap cedera atlet skateboard adalah positif karena atlet skateboard mendapatkan kesenangan dan kepuasan sebagai wujud aktualisasi dirinya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui Gambaran Persepsi Cedera Pada Atlet Bola Basket Universitas Esa Unggul B. Identifikasi masalah Cedera merupakan salah satu resiko untuk menjadi seorang atlet. Atlet telah disosialisasikan untuk menerima rasa sakit dan cedera sebagai bagian dari olahraga. Namun pada kenyataannya, masih ada sebagian atlet bola basket Universitas Esa Unggul yang memaknai bahwa cedera adalah hal yang menakutkan dan mampu mematikan karir atlet itu sendiri. Pemaknaan ini disebut dengan persepsi. Menurut Gibson (dalam Sarwono, 2000) persepsi adalah proses yang melibatkan alat indera dan kognisi yang menerima stimulus, mengorganisasi stimulus serta menafsirkan stimulus dengan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku dan sikap individu. Ketika atlet memiliki persepsi yang positif terhadap cedera maka ia menganggap bahwa cedera adalah hal yang wajar terjadi ketika bermain basket sehingga atlet tersebut tidak memiliki beban dan performa atlet

8 dilapangan pun menjadi baik. Sedangkan atlet yang memiliki persepsi yang negatif terhadap cedera maka atlet akan cenderung memaknai bahwa cedera akan mematikan karir bola basket sehingga atlet tersebut tidak akan bisa bermain lepas dilapangan. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengadakan penelitian mengenai gambaran persepsi terhadap cedera pada atlet bola basket Universitas Esa Unggul. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian skripsi ini adalah: 1. Mengetahui gambaran persepsi terhadap cedera pada atlet bola basket di Universitas Esa Unggul. 2. Mengetahui aspek dominan persepsi terhadap cedera pada atlet bola basket di Universitas Esa Unggul. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Praktis Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam dunia olahraga khususnya bola basket agar atlet memiliki informasi tentang cedera pada atlet.

9 2. Manfaat Teoritis Penulis berharap hasil penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahaun dalam bidang psikologi khususnya psikologi olahraga tentang persepsi terhadap cedera atlet bola basket. E. Kerangka Berpikir Atlet telah disosialisasikan untuk menerima cedera. Namun pada kenyataannya tidak semua atlet bola basket Universitas Esa Unggul dapat menerima cedera sebagai bagian dari konsekuensi menjadi seorang atlet. Ada atlet yang menganggap bahwa cedera adalah suatu hal yang menakutkan dan apabila cedera mengenai bagian vital tertentu dari tubuh mereka akan mengakitbatkan karir mereka didunia olahraga selesai. Namun ada beberapa atlet yang mengganggap bahwa cedera adalah bagian dari olahraga dan mereka bisa menerima hal tersebut dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap cedera pada altet adalah persepsi. Ketika atlet mempersepsikan cedera sebagai sesuatu yang negatif maka performa atlet tersebut di lapangan menjadi buruk. Atlet menjadi tidak leluasa dalam bergerak sehingga mereka membatasi diri mereka dalam melakukan gerakan-gerakan yang seharusnya mereka bisa lakukan. Begitu juga sebaliknya, ketika atlet mempersepsikan cedera sebagai sesuatu yang positif maka atlet akan berpikir bahwa cedera adalah bagian dari olahraga yang mereka jalani, sehingga atlet bermain tanpa beban dan akhirnya performa atlet dilapangan akan menjadi baik. Berikut kerangka berpikir dapat dilihat di gambar 1.1 berikut:

10 Atlet Bola Basket Universitas Esa Unggul Positif Performa Baik Persepsi terhadap cedera Negatif Performa Buruk Gambar 1.1 Kerangka Berpikir.