BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB V PEMANFAATAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT SUNGAI GERINGGING SEBAGAI BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SD

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN


BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

PENGGUNAAN KATO NAN AMPEK SEBAGAI KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA MINANGKABAU PERANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. menguasai bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. pandangan sebagian masyarakat yang tidak merasa perlu untuk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu wilayah suku bangsa tertentu. Salah satu bahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

KIS- KISI UJI KOMPETENSI GURU ( UKG) Kompetensi Guru Mapel/Guru Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis pada bab IV diperoleh temuan-temuan berupa pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Helvina Septia 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Bung Hatta

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antar individu yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku manusia dengan adanya norma-norma tertentu yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. 400 orang Sumatera Utara) 3 Keluarga Jawa 280 0rang 4 Keluarga Besar Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering digunakan manusia adalah komunikasi lisan atau sering disebut dengan istilah tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan kegiatan berbahasa dalam bentuk ujaran yang melibatkan dua orang atau lebih yaitu antara penutur dan lawan tutur dalam membicarakan sesuatu pada waktu, tempat, dan situasi tertentu. Proses komunikasi dengan memperhatikan aspek situasi dipelajari pada bidang ilmu pragmatik. Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa secara eksternal, yaitu mengenai bagaimana penggunaan satuan kebahasaan di dalam peristiwa komunikasi. Makna yang dikaji dala pragmatik merupakan makna yang terkait konteks atau dengan kata lain mengkaji penutur dalam peristiwa komunikasi. Dalam kagiatan komunikasi tersebut Situasi tutur merupakan hal yang penting karena situasi tutur dapat mempengaruhi makna dari apa yang dituturkan oleh penutur. Tindak tutur memiliki karakteristik sebagai suatu gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur merupakan tindakantindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Berdasarkan paparan tersebut, dapat dipahami bahwa tindak tutur adalah tindakan yang ditampilkan melalui tuturantuturan untuk menyampaikan maksud dan tujuan seseorang kepada orang lain di dalam berbagai situasi kehidupan bermasyarakat. Tuturan-tuturan tersebut dapat berupa pujian, permintaan maaf, undangan, janji, atau permohonan.

2 Bahasa daerah merupakan unsur budaya bangsa Indonesia yang hidup. Bahasa daerah mendapat tempat tersendiri dalam khazanah kebudayaan bangsa Indonesia yang harus dilindungi dan dibina. Dalam masyarakat Indonesia bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikenal dan digunakan oleh anak atau bahkan masyarakat suatu daerah tertentu berdasarkan daerahnya masing-masing. Anakanak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menggunakan bahasa daerah sebagai media komunikasi keseharian, kemungkinan besar anak itu. bahasa pertama adalah bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 menjelaskan beberapa bahasa daerah yang bisa memperkaya kosakata bahasa Indonesia, dan di antaranya adalah bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Bahasa Minangkabau juga merupakan salah satu bahasa daerah yang mempunyai penutur yang cukup banyak. Bahasa Minangkabau tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi masyarakat di daerah Sumatera Barat, tetapi juga ada digunakan oleh para perantau Minangkabau saat bertemu dengan orang yang satu daerah dengannya. Bahasa Minangkabau merupakan bagian dari ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Minangkabau yang ada di Sumatera Barat terdiri atas dua macam, yaitu bahasa Minangkabau yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Bahasa Minangkabau yang bersifat umum dipakai oleh masyarakat Minangkabau ketika berbicara dengan mitra tutur yang berlainan daerah, misalnya pada saat orang Bukittinggi berbicara dengan orang Padang, sedangkan bahasa daerah yang bersifat khusus digunakan di dalam suatu daerah tertentu, misalnya bahasa yang digunakan oleh masyarakat pariaman, ketika berbicara dengan orang yang sama-sama berasal dari Pariaman.

3 Kegiatan bertutur sangat kompleks. Oleh sebab itu, penutur dalam kegiatan bertuturnya berusaha untuk mencari strategi bertutur agar lawan tuturnya tidak tersinggung atau sulit memahami apa yang disampaikanya. Dengan kata lain, penutur dan lawan tutur menggunakan bahasa secara langsung atau tersirat. Selain itu, dalam kegiatan bertutur kadangkala apa yang disampaikan penutur tidak dapat langsung dipahami oleh lawan tuturnya. Kegiatan bertutur dilakukan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai baik hanya sekadar mengungkapkan ide atau gagasan maupun tuturan yang membutuhkan respons atau sikap dari lawan tuturnya. Hal tersebut dapat terjadi tergantung pada pemahaman penutur dan lawan tutur terhadap konteks pembicaraan. Kegiatan bertutur terjadi dimana saja, salah satu kegiatan bertutur yang sering terjadi adalah peristiwa bertutur dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat bertutur pertama yang akan mengarahkan anggota keluarga bertutur dengan baik dalam menyampaikan ide atau gagasan sesama keluarga atau kepada orang lain. Bertutur dalam keluarga juga harus menggunakan bahasa yang baik dengan kesantunan bertutur agar setiap anggota keluarga dapat menggunakan strategi bertutur yang tepat dan sesuai dengan konteks pembicaraan. Indonesia memiliki kekayaan budaya salah satunya kekayaan bahasa. Kekayaan bahasa di daerah juga memiliki aturan dalam berbahasa khusunya dalam bertutur. Salah satunya bahasa Minangkabau yaitu bahasa yang digunakan oleh semua masyarakat Minangkabau dengan diatur oleh tata kramanya. Bentuk tata krama tersebut dituangkan dalam bentuk langgam kato (langgam kata). Langgam kata (langgam kato) merupakan tatakrama berbicara sehari-hari antara sesama masyarakat, sesuai dengan status sosial mereka masing-masing. Dengan adanya tata karma tersebut tidak berarti ada bahasa bangsawan atau bahasa rakyat, melainkan tata krama itu dipakai semua orang. Perbedaan pemakai hanya tergantung pada siapa yang menjadi lawan bicara. Navis (1984, hlm.101).

4 Selanjutnya juga dijelaskan bahwa dalam bertutur sehari-hari ada empat langgam kata yang harus digunakan oleh masyarakat Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dalam bertutur yaitu menggunakan kato mandakimanurun (kata mendaki) yang digunakan oleh yang lebih kecil kepada yang besar, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan, kato manurun (kata menurun) digunakan mamak kepada kemenakan, guru kepada siswa, dan atasan kepada bawahan, kato malereng (kata malereng) digunakan oleh orang yang posisinya sama, yang saling menghormati, seperti antara orang yang memiliki hubungan kekerabatan karena perkawinan, kato mandata (kata mendatar) digunakan oleh orang yang status sosialnya sama dan sudah merasa akrab. Langgam kata dalam bertutur bagi masyarkat Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman merupakan aturan dalam bertutur dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, lingkungan, sekolah maupun tempat lainya. Dengan langgam itu diharapkan dalam bertutur masyarkat dapat mengaplikasikan empat langgam tersebut dalam bertutur dengan siapapun baik kepada guru, murid, atasan bawahan suami, istri, ayah, ibu, kakak, adik, guru, mamak, kemenakan maupun kepada saudara lainnya sesuai status soisalnya. Tuturan yang dilakukan dengan memperhatiakn langgam kata adalah tuturan istri kepada suami, tuturan anak kepada orang tua, tuturan adik kepada kakak, ataupun sebaliknya. Dalam bertutur anggota keluarga harus bisa menggunakan langgam kata sesuai dengan posisi mereka masing masing misalnya tuturan istri kepada suami menggunakan langgam kata mendaki, tuturan adik pada kakak menggunakan langgam kata mendaki dan sebaliknya tuturan suami kepada istri menggunakan langgam kata menurun. Contoh lainnya murid kepada guru menggunakan langgam kata mandaki. Penggunaan langgam kata dalam bertutur dapat dilakukan dengan menggunakan kata pengganti dan kata sapaan. Kata ganti digunakan sesuai

5 dengan siapa kita bertutur untuk kata mandaki misalnya digunakan kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Kata sapaan yang digunakan kata sapaan kehormatan kepada orang yang lebih besar yaitu mamak, uda, tuan, bu, guru, dan beliau untuk orang ketiga. Dengan adanya langgam kata dalam bertutur diharapkan masyarakat dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan bertutur sehari-hari khususnya dalam keluarga. Dengan teraplikasinya aturan tersebut akan terjadi komunikasi yang harmonis dalam bertutur untuk mengungkapkan ide, gagasan, maupun pesan yang ingin disampikan. Selain itu akan terbentuk karakter yang baik bagi generasi yang dapat menempatkan diri dalam kedaan peristiwa tutur apapun. Berdasarkan pengalaman bertutur dan pengamatan secara tidak langsung terhadap cara bertutur masyarakat khususnya keluarga yang ada di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman sudah tidak lagi menggunakan langgam kata dalam bertutur baik dalam keluarga, lingkungan, maupun sekolah. Perkembangan teknologi khususnya tayangan televisi menyebabkan terkikisnya nilai-nilai yang sudah ada sehingga menimbulkan kecanggungan dalam berkomunikasi. Hal tersebut mencerminkan hilangnya kesantunan berbahasa dalam bertutur. Penutur dalam lintas keluarga area kecil tempat bertutur sudah kehilangan langgam bertuturnya. Berdasarkan pengamatan awal, saat ini komunikasi lintas keluarga yang penulis amati khusus penggunaan langgam kata mendaki dan menurun merupakan hal yang berpengaruh dalam kesantunan bertutur karena kedua langgam tersebut dilakukan oleh yang kecil kepada yang besar atau yang dihormati ataupun sebaliknya. Berdasarkan hal itulah langgam kata mendaki dan menurun menjadi hal yang penting untuk di teliti, karena pada kenyataanya sekarang perhatian pengguna tuturan akan adanya langgam kata mandaki dan menurun tersebut sudah berkurang. Hal tersebut disebabkan generasi muda kurang mendapatkan

6 pengalaman yang cukup dalam membudayakan penggunaan langgam kato nan ampek sehingga terjadi pergeseran bahasa. Sebagai contoh dapat dipahami dari percakapan berikut ini. Mamak: Al ambiakan mak embe di dapua lah (Al ambilkan mamak ember di dapur) Aldi: Yo lah (Ya) Berdasarkan tuturan di atas, dapat dipahami bahwa seorang anak yang bernama Aldi merespons perintah dari mamaknya untuk mengambilkan sebuah ember di dapur. Aldi menjawab dengan mengatakan kata Ya tanpa menggunakan sapaan. Hal tersebut menyebabkan dan memberi kesan bahwa Aldi berbicara kepada seseorang yang memiliki usia yang hampir setara dengan dirinya dan menimbulkan efek tidak santun. Di samping hal di atas, apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan hal ini sangat berpengaruh sekali yaitu pada kegiatan komunikasi anak di sekolah yang juga dipengaruhi oleh kegiatan berbahasa di rumah. Apabila di rumah anak sudah terbiasa menggunakan langgam kata dalam bertutur dan menempatkannya pada semestinya hal itu juga berdampak baik pada komunikasi anak di sekolah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi. Kurikulum 2013 lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kekurangan dalam pendidikan sebelumnya secara khusus dan kekurangan dalam berbagai bidang kehidupan secara umum. Kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan keunggulan masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan diharapkan dapat membekali warga bangasa dalam memasuki persaingan era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan.

7 Hidayat (2013, hlm.113) menyatakan bahwa ihwal kompetensi dalam Kurikulum 2013 mencakup tiga aspek, yakni 1) sikap; 2) pengetahuan; dan 3) keterampilan. Dalam konteks ini, orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara ketiga kompetensi tersebut. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan generasi masa depan yang cerdas komperhensif, baik intelektual, emosi, sosial, maupun spiritual. Hal ini tampak melalui pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran, tidak lagi menjadi suplemen seperti dalam Kurikulum 2006. Dalam Kurikulum 2013 jenjang SD, mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat strategis. Peran mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi dominan, yaitu sebagai saluran yang mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kompetensi kepada siswa. Mata pelajaran bahasa Indonesia ditempatkan sebagai penghela mata pelajaran lain. Dengan perkataan lain, kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Agar lebih jelas, hal ini dapat dicermati pada contoh rumusan KD berikut ini: menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi dan cahaya. Oleh sebab itu, penggunan langgam kata mandaki-menurun dapat dijadikan cikal bakal dalam merancang sebuah modul dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD melalui penerapan Kurikulum 2013 yang bersifat tematik integratif. Berdasarkan pemaparan langgam kata mendaki dan menurun serta pentingnya pemahaman anak terhadap santun berbicara maka diharapkan penelitian ini berdampak terhadap proses pembelajaran khususnya dalam kegiatan berbahasa. Dengan adanya pengetahuan tentang kesantunan bertutur langgam kata mendaki-menurun, maka siswa sudah paham strategi dalam santun berbahasa dengan menggunakan langgam kata mandaki yaitu penggunaan kata sapaan terhadap penggunaan acuan persona dalam berbicara harus sesuai dengan konteks

8 pembicaraan, yaitu mempertimbangkan siapa penutur dan mitra tutur sehingga hal ini akan berdampak terhadap kesantunan, rumah tangga dan sekolah merupakan tempat proses komunikasi berlangsung yang dapat menanamkan nilai-nilai kesantunan sesuai dengan aturan tata krama dan adat-istiadat yang berlaku di Minangkabau. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penelitian tentang Strategi Kesantunan Berbahasa Penutur Keluarga Minangkabau pada Langgam Kata Kato Mandaki-manurun Di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman dan Perancanganya penting untuk dilakukan di sekolah dasar dalam rangka pembentukan karakter berbahasa yang baik dan benar sebagaiman mestinya. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini terdiri atas tiga hal, yaitu: 1) masyarakat khususnya keluarga yang ada di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman sudah tidak lagi menggunakan langgam kata dalam bertutur baik dalam keluarga, lingkungan, maupun sekolah; 2) perkembangan teknologi khususnya tayangan televisi menyebabkan terkikisnya nilai-nilai yang sudah ada sehingga menimbulkan kecanggungan dalam berkomunikasi. Hal tersebut mencerminkan hilangnya kesantunan berbahasa dalam bertutur. Penutur dalam lintas keluarga area kecil tempat bertutur sudah kehilangan langgam bertuturnya; dan 3) saat ini, komunikasi lintas keluarga yang penulis amati khusus penggunaan langgam kata mendaki merupakan hal yang berpengaruh dalam kesantunan

9 bertutur karena langgam kata mendaki dilakukan oleh yang kecil kepada yang besar atau yang dihormati. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus di atas, maka diuraikan empat rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut. 1) Bagaimanakah jenis tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandakimanurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman? 2) Bagaimanakah bentuk strategi bertutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman? 3) Bagaimanakah konteks tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman? 4) Bagaimanakah desain bahan ajar berdasarkan hasil kajian tindak tutur tersebut sebagai aternatif bahan ajar berbicara di SD? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini: 1) mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman; 2) mendeskripsikan strategi bertutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman;

10 3) mendeskripsikan konteks tindak tutur yang digunakan dalam langgam kato mandaki-manurun pada lingkungan keluarga penutur bahasa Minangkabau di Kecamatan Sungai Garinggiang Kabupaten Padang Pariaman; dan 4) merancang hasil kajian tindak tutur dalam langgam kato mandaki-manurun tersebut menjadi bahan ajar keterampilan berbicara di SD. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi praktis dan segi teoretis. Dari segi praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengguna bahasa, sebagai umpan balik untuk lebih berhati-hati dalam berbahasa, khususnya dalam langgam kato mandaki-manurun atau ketika berbicara kepada orang yang lebih tua. Bagi tenaga pendidik, sebagai bahan masukan dalam pengajaran bahasa Indonesia terutama pada keterampilan berbicara. Bagi mahasiswa, sebagai bahan perbandingan dan pengukuran dalam melakukan kajian penelitian di bidang yang sama. Dari segi teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah kajian di bidang pemakaian bahasa khususnya kesantunan berbahasa dan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta pemahaman tentang sastra lisan daerah Minangkabau. G. Definisi Operasional Judul penelitian di atas dilahat dari dari tiga penekanan khusus dalam rangka menyimpulkan temuan tentang strategi kesantuanan berbahasa masyarakat Sungai Geringging dengan memperhatikan langgam kata yang dapat tergambar dari hal berikut. pertama, jenis tindak tutur, stategi bertutur, dan konteks tuturan. Agar lebih terfokus, penulis paparkan beberapa definisi operasional yang akan dijadikan pijakan awal dalam penelitian ini sebagai berikut.

11 1) Tindak tutur Keluarga Minangkabau adalah ujaran yang dilakukan atau yang diujarkan oleh Masyarakat Minangkabau dalam berujar sehari hari dengan orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu, yaitu tuturan yang dilakukan keluarga Minangkabau, Sungai Geringging, Kabupaten Padang Pariaman. 2) Strategi bertutur Keluarga Minangkabau adalah cara yang digunakan penutur masyarakat Minangkabau yang sudah memiliki keluarga yang bertempat tinggal di wilayah Minangkabau dalam berkomunikasi dengan memperhatikan konteks dan situasi tuturnya. 3) Kesantunan berbahasa adalah hal yang berkaitan dengan tata cara berbahasa yang dapat berwujud verbal maupun nonverbal. 4) Langgam kato (langgam kata) adalah merupakan aturan atau norma yang sudah ada dan harus digunakan oleh masyarakat dalam bertutur sehari-hari dalam situasi tertentu sesuai status sosial masing-masing penutur. Langgam kata tersebut bukan lah untuk membedakan bahasa bangswan atau bahasa rakyat melainkan suatu aturan berbtutur yang dipakai oleh semua orang. Pemakaian langgam dalam bertutur sangat ditentukan oleh siapa yang menjadi lawan tutur. 5) Perancangan Bahan Ajar keterampilan berbicara berdasarkan langgam kato mandaki-manurun merupakan proses penyusunan secara sistematis terhadap komponen dalam proses pembelajaran yang berisi materi ajar dan semua unsur yang tercakup di dalamnya yang meliputi tuturan yang sudah diatur oleh norma tertentu yang disebut langgam.

12