BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA KECAP MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizky Aprillian Utami, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang cukup besar dan penting dalam menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nida Afifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang (11,22 %) dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. program pengembangan kegiatan usaha dan peningkatan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan.

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO USULAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tergolong padat penduduk. Dizaman

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya perekonomian nasional. Sehingga banyak usaha-usaha berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi seperti sekarang, keadaan menuntut kita segera

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lia Malyani, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Berkembang seperti Indonesia saat ini sedang membenahi perekonomiannya kearah yang lebih baik. Berbagai sektor kini sedang dalam masa perbaikan secara perlahan. Terutama sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang berperan penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Di Indonesia sendiri perhatian terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah menjadi hal yang sangat penting bukan hanya untuk memperkuat struktur perekonomian nasional saja, tetapi juga sebagai wadah untuk menyerap tenaga kerja yang ada, serta sebagai wahana yang sangat strategis untuk pendistribusian barang dan jasa, memerangi kemiskinan, pemerataan pendapatan daerah dan juga kesadaran masyarakat dalam berwirausaha, Tulus Tambunan (2002:16). Ketika disaat pondasi ekonomi Indonesia goyang, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) justru mampu menjadi sektor yang bertahan sebagai salah satu sektor penyanggah ekonomi rakyat dalam menghadapi krisis global. Keberadaaanya saat ini pun sudah sampai masuk kepelosok desa disetiap daerah. Dalam hal ini pemerintah bertugas mempertahankan keberadaan Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) itu sendiri agar tetap bertahan dalam dunia usaha, karena keberadaan UMKM disetiap daerah akan memberikan keuntungan tersendiri bagi daerah tersebut. Salah satunya UMKM yang bersifat padat karya yang akan menciptakan lapangan kerja tersendiri dan menciptakan masyarakat yang kreatif serta mandiri untuk membuka usahausaha kecil dan mendorong pendapatan ekonomi golongan lemah (www.depkop.co.id). 1

2 Pemerintah dalam hal ini bertugas mempertahankan keberadaan UMKM itu sendiri agar tetap bertahan dalam dunia usaha, karena keberadaan UMKM di setiap daerah akan memberikan keuntungan tersendiri bagi daerah tersebut. Untuk mengetahui banyak sedikitnya UMKM yang berkembang di Indonesia dapat dilihat melalui Tabel 1.1. Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tabel 1.1 Perkembangan jumlah UMKM di Indonesia Tahun 20032012 Jumlah UMKM (Unit) 37.913.608 38.725.960 38.906.774 40.766.742 42.390.749 43.224.007 47.209.555 48.936.480 55.206.444 56.534.592 Perkembangan (Unit) Persentase 812.352 180.814 1.859.968 1.624.007 833.258 3.885.548 1.826.925 6.269.964 1.328.148 (%) 2.10 0.47 4.56 3.83 1.93 8.23 3.73 11.35 2.35 Rata rata 2.068.998 4.28 Sumber: Data BPS, Diolah Berdasarkan data diatas, bahwa jumlah UMKM secara total mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Rata rata kenaikan jumlah unit UMKM sebesar 4.28% atau sebesar 2.068.998 tiap tahunnya di Indonesia. Namun yang paling besar perkembangannya terlihat pada tahun 2011 sebesar 11.35% atau sebesar 6.269.964 dari 55.206.444 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ini dikarenakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat dan pemerintah akan dampak positif yang diberikan oleh sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini terhadap pendapatan masyarakat. Selain jumlahnya terus bertambah, UMKM juga menempati posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Dimana peranan dan partisipasi UMKM dalam pembangunan ekonomi tidak bisa diabaikan. Hal ini menggambarkan bahwa UMKM menyerap tenaga kerja yang cukup banyak dan mampu memberikan

3 pendapatan yang cukup tinggi bagi golongan lemah. Pembinaan terhadap usaha mikro kecil dan menengah terasa dibutuhkan sekali. Karena mengingat sektor UMKM merupakan motor penggerak yang penting bagi kemajuan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu diperlukan upaya terus menerus dalam rangka mendorong dan mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Mengengah secara berkelanjutan. Karena dibalik itu semua UMKM memiliki potensi yang cukup besar untuk terus dikembangkan di Indonesia. Masyarakat haruslah mencintai serta menghargai produk dalam negeri. Dimulai dengan semangat tersebut akan menjadi motivasi pada industri dalam negeri khususnya usahausaha kecil supaya mampu bersaing dalam era globalisasi ini. Pemerintah pun tidak kalah penting memiliki peranan dalam mengembangkan industri kecil. Pemerintah dengan programprogramnya sudah semestinya melakukan bantuan baik moril (pembinaan, penyuluhan, kebijakan) maupun materil seperti JPS (Jaringan Pengaman Sosial), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), serta bantuan dana sektor rill lainnya supaya Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Indonesia dapat berkembang dengan baik. Salah satu provinsi yang sedang pesat berkembang adalah wilayah Provinsi Jawa Barat, dimana banyak sekali usaha mikro kecil dan menengah yang tersebar di jawa barat. Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan skala usaha yang paling banyak digeluti oleh masyarakat karena peranannya sangat besar dan berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat. Pada saat kondisi perekonomian tidak stabil Usaha Kecil dan Menengah adalah salah satu alternatif atau solusi yang paling efektif. Akan tetapi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Bandung masih sangat tertinggal dengan Usaha Kecil dan Menengah di KotaKota maju lainnya. Terutama pada Usaha Kecil khususnya masih sangat terbatas dalam Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan teknologi dan informasi, sebagian besar pekerja dan pengusahanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD), bahkan akses informasi mengenai pasar dan teknologi pun masih sangat minim..untuk mengetahui banyak sedikitya industri kecil yang berkembang di Kota Bandung dapat dilihat melalui Tabel 1.2.

4 Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah UMKM di Kota Bandung Tahun 20032012 Persentase tenaga Tahun Banyaknya Usaha Tenaga kerja kerja 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 577 538 528 503 503 584 617 662 684 Sumber: BPS dan Statistik UMKM Kota Bandung. *) Data 2007 tidak tersedia 108.388 122.742 120.468 85.365 86.928 97.756 114.390 158.958 161.059 13.24 1.85 29.14 11.04 22.15 25.47 32.10 34.73 Berdasarkan data tabel 1.2, diketahui bahwa jumlah UMKM secara langsung memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenanga kerja sehingga usaha mikro kecil dan menengah yang berada di Kota Bandung ini ikut berperan serta dalam mengurangi angka pengangguran yang ada di Kota Bandung. Dari tabel 1.2 terilhat adanya penurunan jumlah UMKM yang ada di Kota Bandung dari tahun 2005 hingga 2008 penurunan terjadi dari 528 usaha menjadi 503 usaha, pada tahun 2005 ini harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan, kerusuhan dimanamana sehingga berdampak pada kegiatan perekonomian khususnya kegiatan perekonomian yang ada di sektor UMKM, dampak dari kenaikan BBM ini sangat terasa bagi para pengusaha di usahausaha kecil ini, khususnya hargaharga bahan baku untuk produksi barang melonjak naik dan berimbas kepada terhambatnya kegiatan produksi.banyak industri kecil yang tidak mampu bertahan pada kondisi ini sehingga banyak industri yang menghentikan sementara proses produksinya bahkan sampai gulung tikar. Dampak dari berkurangnya jumlah industri yang ada ini secara tidak langsung juga mengurangi jumlah tenaga kerja yang tadinya mampu diserap oleh industri kecil ini. Jumlah tenaga kerja merosot hingga 29.14% pada tahun 2006, ini merupakan suatu dampak krisis

5 moneter dan juga efek kenaikan BBM yang berimbas kepada berkurangnya jumlah UMKM yang ada. Memang UMKM ini rentan terhadap berbagai masalah, banyak sekali faktor eksternal maupun internal yang menjadi kelemahan bagi usahausaha mikro kecil dan menengah ini (www.usahakecil.blog.com). Menurut Suryana (2006:121) kelemahan dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah tersebut dapat dikategorikan kedalam dua aspek : 1. Aspek kelemahan sruktural, yaitu kelemahan strukturnya, misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, tenaga kerja masih lokal yang umumnya masih kurang atau tidak memiliki keterampilan. 2. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan guna memperoleh akses permodalan, pemasaran dan bahan baku, seperti informasi mengenai peluang cara memasarkan produk. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bachtiar Hasan (2003:14), Permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM adalah: a. Kurangnya kemampuan mengelola disebabkan karena latar belakang pendidikan, pengalaman dan kurang latihan. b. Keterbatasan sumber dana mengakibatkan lemahnya daya finansial. c. Pada umumnya kemampuan bersaing dari usaha kecil,mikro dan menengah sangat lemah. d. Rendahnya kemampuan mengelola membatasi kemampuan koordinasi antara produksi dan penjualan. e. Dalam dunia usaha yang cukup bersaing, faktor informasi memegang peranan penting. f. Perkembangan dunia usaha pada umumnya begitu pesat. Sehingga persaingan diantara perusahaan semakin tajam mengakibatkan semakin kompleksnya operasi perusahaan.

6 KendalaKendala tersebut juga dihadapi oleh UMKM yang ada dijalan Pagarsih. Terdapat pusat UMKM pakaian jadi yang harus mendapat perhatian khusus dari banyak pihak. Karena pusat usaha pakaian jadi Pagarsih ini, merupakan wilayah tempat tujuan untuk membuat berbagai pakaian jadi seperti baju anak dan baju kaos. Pada saat penelitian penulis menemukan adanya permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM pakaian jadi yang ada di jalan Pagarsih Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Permasalahan tersebut, dimana jumlah pendapatannya menurun setiap bulannya, yang secara langsung juga berpengaruh terhadap besar atau kecilnya keuntungan yang akan diperoleh para Pengusaha pakaian jadi tersebut. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 1.3 mengenai perkembangan laba usaha pengusaha pakaian jadi di jalan Pagarsih Kelurahan Jamika. Tabel 1.3 Perkembagan jumlah laba usaha Pengusaha pakaian di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Periode JuliDesember 2013 Bulan Laba usaha (Rp) Pertumbuhan (%) Juli Agustus September Oktober November Desember 29.100.000 31.350.000 28.050.000 33.600.000 30.900.000 34.160.000 Sumber:Pra penelitian dari 20 responden, diolah 7% 11,76% 16,51% 8,73% 9,54% Dari tabel diatas, terlihat bahwa pertumbuhan laba usaha pengusaha pakaian jadi di kelurahan Jamika kota Bandung mengalami perkembangan yang fluktuatif, naik turun tiap bulannya dimana Laba paling rendah yaitu pada bulan September yang mencapai hingga 11,76%, dan kenaikan laba yang terbesar terjadi pada bulan Oktober sebesar 16,51%. Tetapi dalam jangka panjang hal tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan perkembangan usaha pakaian yang ada tersebut kedepannya. Berdasarkan uraian diatas, maka upaya untuk meningkatkan keuntungan atau laba diperlukan pembahasan yang mengungkapkan faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan Laba tersebut. Dengan demikian masalah yang

7 diajukan dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh modal kerja dan kemampuan manajerial dalam meningkatkan Laba usaha. Untuk itu, penulis mengambil judul dalam penelitian ini yaitu Pengaruh Modal Kerja dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Pengusaha Pakaian Jadi (Survey Pada Pengusaha Pakaian Jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung) 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian pada latar belakang masalah, dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu modal kerja dan kemampuan manajerial. Sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung? 2. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung 2. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung

8 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya ilmu ekonomi khususnya dalam perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang lebih baik lagi dimasa depan terkait dengan modal kerja dan kemampuan manajerial guna meningkatkan laba. 1.4.2 Secara Praktis Memberikan masukan kepada para pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dalam meningkatkan keuntungan atau laba Pengusaha pakaian jadi di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha, pemerintah, dan pihak terkait untuk kebijakan yang mendukung usaha kecil dan menengah. Serta sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi para peneliti yang akan mengkaji permasalahan dalam disiplin ilmu yang sama terutama aspekaspek lain yang belum terungkap dalam penelitian ini.