BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Diantaranya adalah korban kriminalitas dan korban kecelakaan lalu lintas.

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien,

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

I. PENDAHULUAN. Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

I. PENDAHULUAN. pria dan >25% pada wanita (Ganong W.F, 2005). Penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

BAB I PENDAHULUAN. menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT kemudian dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas.

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia. meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Bajpai R Osteologi tubuh manusia (1st ed.). Jakarta: Binarupa Aksara.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Oleh karena itu ilmu kedokteran forensik bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi

Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode Pengukuran Panjang Tibia Perkutaneus dan Panjang Telapak Kaki

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL MATEMATIS PENENTUAN VOLUME SEGMEN TANGAN DAN KAKI WANITA ETNIS JAWA USIA TAHUN

PROFIL KORBAN KASUS PEMERIKSAAN KERANGKA DI PROVINSI RIAU PERIODE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

Definisi dan Jenis Bencana

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat. tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Potter dan Perry (2005) Pertumbuhan dan perkembangan manusia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode analitik korelatif, dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pertumbuhan fisik paling pesat terjadi pada masa. anak dan remaja. Pertumbuhan pada masa tersebut tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H 2 O hanya 10%. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi kinerja kerja (Henny, dkk, 2012). Di Indonesia khususnya,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar tahun

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

Definisi dan Jenis Bencana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Setiap suku bangsa memiliki perbedaan dasar yang membedakan suku dengan suku yang lain dan terintegrasi menjadi suku yang memiliki kemiripan budaya dan karakter fisik. Salah satu parameter bentuk fisik yang khas adalah morfologi tulang dan tinggi badan. Tinggi badan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya memiliki perbedaan (Koentjaraningrat,1989). Kenyataan ini mendorong orang untuk meneliti variasi antar individu dengan semakin teliti dan menggunakan metode yang paling tepat. Identifikasi tersebut dapat berupa pengukuran yang tepat dan objektif dalam bentuk antropometri (Glinka,1990). Aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga dan lanjut usia (Indriati, 2010).

2 Aplikasi antropometri dalam identifikasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenazah baik yang dikenali maupun tidak dikenali dan membantu penyidik dalam penentuan identitas seseorang. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah yang tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan masal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati serta potongan tubuh manusia atau kerangka (Budiyanto et al, 1997). Usia, jenis kelamin dan tinggi badan merupakan parameter yang penting dalam identifikasi. Namun seringkali proses identifikasi disederhanakan dengan hanya mempertimbangkan tinggi badan (Khangura et al, 2015). Struktur tulang yang membentuk tinggi badan seperti kepala, leher, tulang belakang dan tulang-tulang pembentuk tungkai berperan penting secara antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012; Snell, 2006). Perkiraan tinggi badan telah dilakukan berdasarkan variasi parameter antropometri dari tulang-tulang penyusun tinggi badan (Richards, 2011). Tulang pada pria lebih panjang, besar, masif, berat serta massa otot yang lebih besar dan padat dibandingkan wanita (Snell, 2006). Pertumbuhan tinggi badan pada manusia berhenti saat penutupan lempeng epifisis pada usia 20 tahun (Junquierra, 2007). Penelitian dapat dilakukan dengan subyek manusia yang masih hidup melalui antropometri maupun radiografi untuk merekontruksi keadaan jenazah dalam temuan forensik (Richards, 2011).

3 Penelitian tersebut menghasilkan rumus regresi yang menunjukkan korelasi positif seperti panjang sternum (Menezeges, 2009), panjang lutut kaki (Wiryani et al, 2010), telapak kaki dan telapak tangan (Gautam et al, 2015) serta tulang panjang (Sarajlić et al, 2006). Selain parameter antropometri tersebut, perkiraan tinggi badan juga dapat dihitung dari dimensi tengkorak. Dimensi tengkorak telah terbukti menjadi sarana yang dapat diandalkan dan tepat dalam memprediksi tinggi badan di populasi di Italia, Jepang, India dan Afrika Selatan. Namun, rumus regresi yang dihasilkan untuk perkiraan tinggi badan dari dimensi tengkorak tidak berlaku secara universal karena dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin dan usia seseorang (Hansi & Ashish, 2013). Penelitian mengenai korelasi panjang dan lingkar kepala terhadap tinggi badan jarang dilakukan di Indonesia. Variasi ras yang turut berperan dalam rumus regresi estimasi tinggi badan pada populasi tertentu mendorong peneliti untuk meneliti korelasi dimensi tengkorak terhadap tinggi badan pada kedua suku bangsa yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada kedua suku yakni suku Lampung dan suku Jawa di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Suku Lampung menjadi pilihan subyek penelitian dikarenakan suku Lampung atau yang sering disebut Ulun Lampung (Orang Lampung) secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh Provinsi Lampung. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Provinsi

4 Lampung adalah 7.608.405 jiwa dengan persentase suku Lampung sebesar 18 % (Na im dan Syaputra, 2010). Suku Jawa juga menjadi pilihan subyek penelitian karena kelompok suku Jawa merupakan kelompok suku pendatang terbesar di Lampung dengan persentase sebesar 30%, dimana persentase suku pendatang lainnya sebesar 20% untuk Batak/Sunda, 10% untuk suku Minangkabau, dan 12% untuk suku Sumendo (Sujadi, 2013). Selain itu, penulis berdomisili di Lampung sehingga memudahkan dalam penelitian dan lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus karena pada daerah tersebut mayoritas penduduknya terdiri dari suku Jawa dan Lampung. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat adanya korelasi antara panjang dan lingkar kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa dan Lampung di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat korelasi antara lingkar kepala dan panjang kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus? 2. Apakah terdapat korelasi antara lingkar kepala dan panjang kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Lampung di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus?

5 3. Apakah terdapat perbedaan rerata lingkar kepala, panjang kepala, tinggi badan dan korelasi antara lingkar kepala dan panjang kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa dan Lampung di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi panjang dan lingkar kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa dan Lampung di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui rerata tinggi badan, panjang kepala dan lingkar kepala pria dewasa suku Jawa. b. Untuk mengetahui rerata tinggi badan, panjang kepala dan lingkar kepala pria dewasa suku Lampung. c. Untuk menentukan korelasi panjang dan lingkar kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa. d. Untuk menentukan korelasi panjang dan lingkar kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Lampung. e. Untuk mengetahui perbedaan rerata lingkar kepala, panjang kepala, tinggi badan dan korelasi antara lingkar

6 kepala dan panjang kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa dan Lampung di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan di bidang anatomi dan antropometri serta metode penelitian dan menerapkan ilmu tersebut. 2. Bagi masyarakat, memberikan wawasan masyarakat di bidang kesehatan khususnya mengenai ada tidaknya korelasi antara lingkar kepala dan panjang kepala terhadap tinggi badan pada pria dewasa suku Jawa dan Lampung di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. 3. Bagi instansi terkait, membantu dalam proses identifikasi jenazah yang ditemukan dalam keadaan tidak utuh dalam memperkirakan tinggi badan dari lingkar kepala dan panjang kepala dalam ilmu Kedokteran Forensik. 4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai perbendaharaan penelitian di bidang anatomi dan antropologi.