Universitas Lambung Mangkurat Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Siti Nor Ismihayati 1, Pawiono 1, Suparyanto 1

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES. Oleh : TRINYANASUNTARI MUNUSAMY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

PERBEDAAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA REMAJA MONDOK DAN YANG PULANG KE RUMAH DI MADRASAH ALIYAH HASAN MUNADI DESA BANGGLE BEJI PASURUAN TAHUN 2015

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH PUTERA BANJARBARU

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MLANGI NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA CIPAYUNG DEPOK FEBRUARI TAHUN 2016

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG SKISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, USIA DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATINEGARA TAHUN 2015

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN DARUT TAQWA BULUSAN SEMARANG TAHUN 2016

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HIGIENE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN SKABIES Studi Observasional pada Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Martapura Indira Aprilia Jasmine 1, Lena Rosida 2, Lenie Marlinae 3 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat 2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat 3 Bagian Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Email: araindira@gmail.com Abstrak Narapidana anak memiliki risiko terhadap skabies karena kurangnya kepedulian akan personal higiene dan perilaku sehat individu. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies pada narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Martapura. Penelitian menggunakan rancangan observasional analitik dengan pedekatan cross-sectional. Populasi penelitian dengan total sampling sebanyak 54 orang narapidana anak. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Variabel bebas adalah pengetahuan dan sikap tentang personal higiene, sedangkan variabel terikat adalah perilaku pencegahan penularan skabies. Uji statistik hasil penelitian menunjukkan sebanyak 72,2% responden memiliki pengetahuan tentang personal higiene kurang, 77,8% responden memiliki sikap tentang personal higiene negatif dan 75,9% responden memiliki perilaku pencegahan penularan skabies buruk. Analisis data dilakukan dengan uji fisher exact didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies ( p=0,000) dan ada hubungan antara sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies ( p=0,004). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies pada narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Martapura. Kata-kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, pencegahan penularan skabies Abstract Prisoners child has risks to scabies because of a lack of concern personal hygiene and behavior healthy individual. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes about personal hygiene to prevent transmission of scabies in the behavior of the child prisoners in penitentiaries children Klas IIA Martapura. This study uses a quantitative method with observational analytic design through cross-sectional method. The study population of 54 inmates of children. The research sample was determined by total sampling technique. The research instrument using a questionnaire. The independent variable of knowledge and attitudes about personal hygiene, while the dependent variable scabies infection prevention behaviors. The results showed the majority of 72.2% of respondents have less knowledge about personal hygiene, 77.8% of respondents have a negative attitude about personal hygiene and 75.9% of respondents had a bad scabies infection prevention behaviors. Results of analysis with fisher exact test shows that there is a relationship between knowledge of personal hygiene with scabies infection prevention behavior (p= 0.000) and there is a correlation between attitudes about personal hygiene with scabies infection prevention behavior (p=0.004). From these results it can be concluded that there is a correlation between knowledge and attitudes about personal hygiene to prevent transmission of scabies in the behavior of the child prisoners in penitentiaries children Klas IIA Martapura. Key words: knowledge, attitude, behavior, prevention of transmission scabies Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1, April 2016 7

PENDAHULUAN Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia (1). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 penyakit kulit dan jaringan subkutan menempati peringkat kedua setelah ISPA (2). Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah scabies (3). Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varieta hominis yang termasuk dalam kelas Arachnida (4). Prevalensi skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun. Prevalensi skabies di Indonesia sebesar 4,60%-12,95% dan penyakit skabies ini menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (5). Prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti panti asuhan, pondok pesantren dan lembaga pemasyarakatan (6). Lembaga Pemasyarakatan adalah satuan usaha pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana. Tingginya prevalensi skabies di lembaga pemasyarakatan menurut penelitian Humananada N, dkk tahun 2014 diantaranya karena kondisi fasilitas belum sepenuhnya optimal, kebiasaan yang kurang bersih dan tidak terpeliharanya personal higiene (7). Faktor lain yang dapat mengakibatkan dan membantu penyebaran skabies antara lain air, perekonomian yang rendah, kepadatan, sanitasi, hubungan seksual, perilaku individu dan buruknya personal hygiene (8). Pengetahuan dan sikap tentang personal higiene berpengaruh terhadap kejadian penyakit kulit karena personal higiene sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit (1,9). Selain itu penyakit skabies berkaitan erat dengan perilaku individu yang tidak mendukung berperilaku hidup bersih dan sehat dalam mencegah scabies diantaranya adalah penggunaan sabun, baju atau handuk bersama (7,9). Berdasarkan penelitian Astriyanti tahun 2010 ada hubungan praktik personal higiene dengan kejadian penyakit kulit (1). Selain itu, penelitian Azizah dan Setyowati tahun 2011 menunjukkan ada hubungan pengetahuan tentang personal higiene dengan kejadian skabies, hal ini didasarkan pada hasil uji chi square yang diperoleh ρvalue 0,000 (ρ<0,05) (10). Penelitian Ma rufi, dkk tahun 2012 menyatakan ada hubungan perilaku dengan kejadian skabies berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai X 2 =40,828; p=0,000; dengan α=0,05 (11). Berdasarkan catatan medis di klinik Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Martapura, penyakit kulit termasuk skabies menempati urutan pertama setiap bulan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Martapura. Jumlah kasus skabies pada 3 bulan terakhir Januari, Februari dan Maret 2015 terdapat rata-rata 49 kasus perbulan dan sebesar 80% yang menderita adalah narapidana anak (12).Data dari Kemenkes RI tahun 2012 menggambarkan bahwa masalah kesehatan yang dialami anak yang berhadapan dengan Hukum (ABH) di lapas/rutan diantaranya adalah penyakit kulit (skabies) dimana hanya 10% yang mendapat pelayanan hukum serta kesehatan (2). Personal higiene merupakan hal yang sehari-hari harus dilakukan, namun kadang masih dianggap kurang penting. Kurangnya pengetahuan dan sikap tentang personal higiene membuat perilaku terhadap pencegahan penularan skabies sulit diterapkan. Penerapan personal yang kurang akan memudahkan timbulnya suatu penyakit menular. Narapidana anak memiliki risiko terhadap skabies karena kurangnya kepedulian akan personal higiene dan perilaku sehat individu. Berdasarkan latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan scabies pada narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Martapura. METODE Penelitian yang digunakan adalah studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 54 orang narapidana anak. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan tentang pengetahuan dan sikap tentang personal higiene serta perilaku pencegahan penularan skabies. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1, April 2016 8

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Sikap Personal Higiene serta Perilaku Pencegahan Scabies pada Narapidana Anak di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Martapura Tabel 1 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang personal higiene kurang yaitu sebanyak 39 orang (72,2%) dan pengetahuan tentang personal hygiene baik yaitu sebanyak 15 orang (27,8%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang personal higiene yang kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian Azizah dan Setyowati tahun 2011 persentase terbesar terdapat pada pengetahuan tentang personal higiene kurang yaitu sebanyak 12 orang (40,0%) (10). Lawrence Green 1974 dalam Notoatmodjo tahun 2012 mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor predisposisi ( predisposing factor). Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung terbentuknya pengetahuan seseorang (13). Sedangkan pada variabel sikap persentase terbesar terdapat pada narapidana anak dengan sikap tentang personal higiene negatif yaitu sebanyak 42 orang (77,8%) dan sikap tentang personal higiene positif hanya sebanyak 12 orang (22,2%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap tentang personal higiene yang negatif. Lawrence Green 1974 dalam Notoatmodjo tahun 2012 mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor predisposisi ( predisposing factor) yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan kepercayaan (13,24). Selain itu, pada tabel 1 juga menunjukkan bahwa persentase terbesar terdapat pada narapidana anak dengan perilaku pencegahan penularan skabies buruk yaitu sebanyak 41 orang (75,9%) dan perilaku pencegahan penularan skabies baik yaitu sebanyak 13 orang (24,1%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku pencegahan penularan skabies yang buruk. Berdasarkan batasan perilaku menurut Skiner dalam Notoatmodjo tahun 2012, perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (14,15). B. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara pengetahuan tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan scabies Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan tentang Personal Higiene dengan Perilaku Pencegahan Penularan Skabies Pengetahuan tentang Personal Higiene Variabel Perilaku Pencegahan Penularan Skabies Baik Buruk Baik 9 (60,0%) 6 (40,0%) Kurang 4 (10,3%) 35 (89,7%) Frekuensi (Orang) Pengetahuan tentang Personal Higiene Baik 15 27,8 Kurang 39 72,2 Sikap tentang Personal Higiene Positif 12 22,2 Negatif 42 77,8 Perilaku Pencegahan Penularan Scabies Baik 13 24,1 Buruk 41 75,9 Total 15 39 p- value Odds Ratio 0,000 13,125 Berdasarkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 54 orang narapidana anak yang berperilaku pencegahan penularan skabies, ada sebanyak 9 orang narapidana anak (60,0%) yang berperilaku pencegahan penularan skabies baik dan ada sebanyak 4 orang narapidana anak (10,3%) yang berperilaku pencegahan penularan skabies kurang. Sedangkan dari perilaku pencegahan penularan Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1, April 2016 9 %

skabies buruk, ada sebanyak 6 orang narapidana anak (40,0%) dengan pengetahuan tentang personal higiene baik dan ada sebanyak 35 orang narapidana anak (89,7%) dengan pengetahuan tentang personal higiene kurang. Hasil uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95%, untuk melihat adanya hubungan antara pengetahuan tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies, nilai p- value=0,000. Dari nilai p dalam hasil uji statistik didapatkan keputusan Ho ditolak (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies. Hasil OR sebesar 13,125 yang artinya pada narapidana anak yang memiliki pengetahuan kurang berpeluang 13,125 kali berisiko untuk berperilaku pencegahan penularan skabies buruk dibandingkan dengan narapidana anak yang memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Azizah dan Setyowati tahun 2011 menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan tentang personal higiene dengan skabies dari hasil uji chi square yang diperoleh ρ value 0,000 ( ρ<0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% (8). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian lain dari Rohmawati tahun 2010 bahwa hasil analisis chi square menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta (p = 0,023), pengetahuan sangat berpengaruh terhadap terjadinya scabies (10). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk memberikan stimulus lebih kepada responden berupa pemberian informasi-informasi yang akan meningkatkan pengetahuan mereka (13,14,16). 2. Hubungan antara sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan scabies Tabel 3. Hubungan antara Sikap Tentang Personal Higiene dengan Perilaku Pencegahan Penularan Skabies pada Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Martapura Sikap tentang Personal Higiene Perilaku Pencegahan Penularan Skabies Baik Buruk Positif 7 (58,3%) 5 (41,7%) Negatif 6 (14,3%) 36 (85,7%) Total 12 42 p- value Odds Ratio 0,004 8,40 Berdasarkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 54 orang narapidana anak yang berperilaku pencegahan penularan skabies, ada sebanyak 7 orang narapidana anak (58,3%) yang berperilaku pencegahan penularan skabies positif dan ada sebanyak 6 orang narapidana anak (14,3%) yang berperilaku pencegahan penularan skabies negatif. Sedangkan dari perilaku pencegahan penularan skabies buruk, ada sebanyak 5 orang narapidana anak (41,7%) dengan sikap tentang personal higiene positif dan ada sebanyak 36 orang narapidana anak (85,7%) dengan sikap tentang personal higiene negatif. Hasil uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95%, untuk melihat adanya hubungan antara sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies, nilai p-value=0,004. Dari nilai p dalam hasil uji statistik didapatkan keputusan Ho ditolak (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies. Hasil OR sebesar 8,400 yang artinya pada narapidana anak yang memiliki sikap negatif berpeluang 8,400 kali berisiko untuk berperilaku pencegahan penularan skabies buruk dibandingkan dengan narapidana anak yang memiliki sikap positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nugraheni dan Arina tahun 2013 yang menyatakan ada hubungan sikap dengan timbulnya skabies hasil perhitungan diperoleh nilai χ 2 hitung sebesar 69,863 dengan nilai signifikansi 0,000<0,05 (1). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian lain dari Kartini dan Hairi tahun 2013 yang menunjukan bahwa berdasarkan uji statistik uji chi-square diperoleh nilai p=0,000 dengan tingkat kemaknaan α=0,05, hal ini menunjukkan p<α dalam hal ini Ha diterima dengan interpretasi ditemukannya hubungan sikap Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1, April 2016 10

dengan kejadian skabies di pondok pesantren Darul Huffadh di wilayah kerja Puskesmas Kajuara Kab. Bone (17). Pembentukan sikap pada seseorang merupakan proses yang dapat dipengaruhi oleh aspek emosional serta kondisi lingkungan di mana orang tersebut berada. Sesuai konsep perilaku kesehatan yang di kembangkan ilmu kesehatan masyarakat, bahwa sikap merupakan bentuk respons terhadap suatu stimulus yang dapat dikategorikan sebagai tindakan tersembunyi (belum nyata). Sikap yang terbentuk akan menunjukan bagaimana tingkat kemampuan seseorang dalam menanggapi atau merespon stimulus yang terjadi. Sikap sangat penting peranannya dalam pencegahan skabies dilingkungan yang membutuhkan kebersihan perorangan serta perilaku yang sehat. Sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif terhadap kesehatan (18,19). PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap tentang personal higiene dengan perilaku pencegahan penularan skabies di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Martapura. Adapun saran yang dapat diberikan adalah kepada pihak Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Martapura memberikan pengetahuan melalui kegiatan penyuluhan agar narapidana anak memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang personal higiene terutama mengenai perilaku pencegahan penularan scabies. DAFTAR PUSTAKA 1. Astriyanti T, Lerik MDC, Sahdan M. Perilaku hygiene perorangan pada narapidana penderita penyakit kulit dan bukan penderita penyakit kulit di lembaga pemasyarakatan klas II A Kupang Tahun 2010. Jurnal MKM 2010; 5(1): 33-40. 2. Kementerian Kesehatan. Pusat data dan informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2012. 3. Fanani M, Saidah Q. Hubungan antara personal hygiene kulit dengan angka kejadian skabies pada remaja di pondok pesantren al-hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo. 2014. 4. Desmawati, Dewi A, Hasanah O. Hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di pondok pesantren al-kautsar Pekanbaru. Jurnal JOM 2015; 2(1): 628-637. 5. Setyaningrum Y. Skabies penyakit kulit yang terabaikan: prevalensi, tantangan dan pendidikan sebagai solusi pencegahan. diajukan pada seminar nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. Malang, 2013. 6. Ratnasari A, Sungkar S. Prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan di pesantren x, Jakarta Timur. Jurnal 2014; 2(1): 251-256. 7. Humananda N, Pranowowati P, Siswanto Y. Analisis permasalahan kesehatan pada narapidana di lembaga pemasyarakatan klas IIA Ambarawa. Artikel Penelitian. Ambarawa: Stikes Ngundi Waluyo, 2014. 8. Rohmawati R. Hubungan antara faktor pengetahuan dan perilaku dengan kejadian skabies di pondok pesantren al-muayyad Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010. 9. Akmal S, Semiarty R, Gayatri. Hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies di pondok pendidikan islam darul ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah Padang tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas 2013; 2(3): 164-167. 10. Azizah I, Setyowati W. Hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita di tempat pembuangan akhir Kota Semarang. Jurnal Dinamika Kebidanan 2011; 1(1): 71-81. 11. Ma rufi I, Istiaji E, Witcahyo E. Hubungan perilaku sehat santri dengan kejadian scabies di pondok pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal IKESMA 2012; 8(2): 119-129. 12. Data laporan lembaga pemasyarakatan anak klas IIA Martapura, 2015. 13. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012. 14. Praptomo D. Analisis problema dan solusi di lembaga pemasyarakatan klas I Tangerang. Jakarta: Universitas Indonesia, 2009. 15. Panduan tentang strategi untuk mengurangi kepadatan di penjara. New York: United Nations Office on Drugs and Crime, 2013. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1, April 2016 11

16. Ismihayati S, Pawiono, Suparyanto. Hubungan perilaku pencegahan penyakit skabies dengan kejadian skabies di asrama al-kholiliyah pondok pesantren darul ulum peterongan Jombang. Jombang: Stikes Pemkab Jombang. 2015. 17. Mentari V. A 2,5 years old boy with scabies. J Medula Unila 2014; 3(1): 143-150. 18. Praptomo D. Analisis problema dan solusi di lembaga pemasyarakatan klas I Tangerang. Jakarta: Universitas Indonesia, 2009. 19. Azizah U. Hubungan antara pengetahuan santri tentang PHBS dan peran ustadz dalam mencegah penyakit skabies dengan perilaku pencegahan penyakit skabies. Skripsi. Jember: Universitas Jember, 2012. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 3 No. 1, April 2016 12