FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL SISWI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PLUS GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG VULVA HIGIENE

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Terhadap Perilaku Menjaga Kebersihan Daerah Kewanitaan di SMA N 1 Gamping¹

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN PERAWATAN DIRI SAAT MENSTRUASI DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS VII SMP NEGERI 3 GAMPING

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN DENGAN PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI PADA RMAJA PUTRI DI SMP NEGERI SATAP BUKIT ASRI KABUPATEN BUTON TAHUN

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

HUBUNGAN ANTARA UMUR MENARCHE DENGAN STATUS GIZI PADA SISWI KELAS I DAN II SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN SLEMAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

Devi Endah Saraswati, Hubungan Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Perilaku Personal Hygiene Saat Mentruasi Pada Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Program D IV Bidan Pendidik STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANG TUA TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU HYGIENE MENSTRUASI REMAJA PUTRI KELAS VII DI MTs N SLEMAN KOTA

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN TINGKAT KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

STIKES NGUDI WALUYO JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA SAAT MENSTRUASI

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MINAT STUDI LANJUT KE S2 KEBIDANAN PADA MAHASISWA D IV BIDAN PENDIDIK STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING PADA AKSEPTOR KB TERHADAP KETEPATAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Nita Rahman 201310104343 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJENG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Menyusun Skripsi Program Studi Bidan Pendidik Jenjang DIV Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun Oleh : Nita Rahman 201310104343 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 1 Nita Rahman 1, Dhesi Ari Astuti 2 INTISARI Mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene saat menstruasi pada siswi di SMP 5 Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis Penelitian Diskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil denganmenggunakan total sampling, sejumlah 49 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Teknik análisis yang digunakan adalah Chi Square. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa factor yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene yang ditunujkkan dengan hasil uji chi square yaitu sumber informasi 8,091 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,018 (p>5%), kebiasaan,887 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,019 (p>5%) dan pengetahuan 12,001 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,017 (p>5%). Untuk siswi SMP 5 Muhammadiyah Yogyakarta dapat meningktakan pengetahuan tentang manfaat personal hygiene agar agar dapat melakukan personal hygiene saar menstruasi dengan baik. Kata Kunci : Perilaku, Siswi SMP, Personal Hygiene Kepustakaan : 19 buku (2003 2011), 8 website, 7 jurnal Jumlah Halaman : 1- xiv, 82 halaman, 6 tabel, 2 gambar, 13 lampiran. 1 Judul Skripsi 2 Mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Pembimbing Program Studi DIV Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta

FACTORS RELATED TO PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR DURING MENSTRUAL AT MUHAMMADIYAH 5 JUNIOR HIGH SCHOOL OF YOGYAKARTA 2014 1 Nita Rahman 2, Dhesi Ari Astuti 3 ABSTRACT The aim of this research is to determine factors that related to personal hygiene behavior during menstrual at Muhammadiyah 5 Junior High School of Yogyakarta 2014. The method of this research used diskriptif corelations with Cross Sectional time approach. Samples were taken by total sampling as many as 95 respondents. The data was collected by questionnaires. Analytical techniques Chi Square. The results of this study indicate that factors related to the behaviors of personal hygiene that showed by the results of the chi square these are 8.091 of resources with a significance value p-value of 0.018 (p> 5%), habit is 887 with a significance value p-value of 0.019 (p> 5%) and knowledge of 12.001 with a significance value p-value of 0.017 (p> 5%). The results of this research can be used for students at Muhammadiyah 5 of yogyakarta to knows the useful of personal hygiene during menstruasion in orther to do the better personal hygiene during menstuation. Keywords : Behavior, Student of Junior high school, Personal hygiene Bibliography : 31 books, internet 2 (2004-2012), Holy Al-Qur an Number of pages : xiii, 81 pages, images 1 to 3, tables 1 to 12. 1. 2. 3. Title of Research Students of Aisyiyah Yogyakarta High College of Health Sciences Lecture of Aisyiyah Yogyakarta High College of Health Sciences

PENDAHULUAN Pada masa menstruasi terjadi perubahan perubahan psikologis pada remaja diantaranya adalah cemas terhadap menstruasi, mudah tersinggung atau marah, perubahan pola makan, serta malas melakukan aktivitas. Keadaan tersebut cenderung menimbulkan masalah kesehatan secara umum. Salah satu diantara masalah kesehatan itu adalah ketika remaja yang sedang mengalami menstruasi malas dalam memenuhi kebutuhan kebersihan dirinya sendiri (personal hygiene) seperti mandi, menjaga kebersihan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh, kuku kaki dan tangan, serta kebersihan genetalia. (Mubarak,2008) Organ genetalia sangat mudah terinfeksi ketika menstruasi karena kuman mudah masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Kusmiran, 2012). Penyebab utama penyakit infeksi saluran reproduksi yaitu: imunitas lemah (10%), perilaku kurang hygiene saat menstruasi (30%), dan lingkungan tidak bersih serta penggunaan pembalut yang kurang sehat saat menstruasi (50%) (Rahmatika, 2010). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bappenas tahun 2010, sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat (Misyaroh, 2010). Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan pada saat menstruasi dapat menjadi pencetus timbulnya ISR (Aryani R, 2010). Perempuan yang memiliki riwayat infeksi saluran reproduksi mempunyai dampak buruk untuk masa depannya seperti: kemandulan, kanker leher rahim, dan kehamilan di luar kandungan (Rahayu, 2011). Menurut Mubarak (2008) Perilaku personal hygiene tentu tidak lepas dari faktorfaktor yang menyebabkan seseorang melakukan atau tidak melakukannya secara benar. Faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal hygiene antara lain faktor budaya yang berkaitan dengan mitos-mitos yang diyakini oleh remaja dalam melakukan praktik kebersihan perorangan, status sosial ekonomi yang berkaitan dengan upaya pemenuhan sarana dan prasarana dalam melakukan perawatan diri, agama, tingkat pengetahuan, status kesehatan, kebiasaan, dan cacat jasmani. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta didapatkan dari 12 responden remaja putri diberi pertanyaan tentang pengetahuan tentang perilaku personal hygiene saat menstruasi yang hasilnya 4 responden (33,3 %) memilki pengetahuan baik tentang perilaku saat menstruasi dan sisanya 8 orang responden (66,7 %) memiliki pengetahuan yang kurang tentang perilaku saat menstruasi. Selanjutnya 12 remaja putri tersebut diberikan lagi pertanyaan tentang perilaku personal hygiene saat menstruasi dan hasil yang diperoleh adalah 7 dari 12 responden (58,3%) memiliki perilaku tidak baik saat menstruasi seperti mengganti pembalut 1x sehari, cebok yang salah yaitu dari arah belakang ke arah depan serta membuang pembalut dengan asal tanpa di cuci dan dibungkus terlebih dahulu.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Metode pengambilan data berdasarkan pendekatan waktu dengan metode cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu semua siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah Yogyakarta yang sudah mengalami menstuasi yaitu sebanyak 45 siswi terbagi dalam 5 kelas. Sampel diambil dengan total sampling yaitu sebanyak 49 responden. Instrument yang digunakan adalah kuisioner. Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan skala data ordinal dan nominal. Teknik analisis yang digunakan adalah Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan usia siswi, budaya, pendapatan orang tua, sumber informasi serta kebiasaan. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta No Karakteristik f % Umur 1 12 tahun 12 24,5 2 13 tahun 36 73,5 3 14 tahun 1 2,0 Budaya f % 1 Non Jawa 6 12,2 2 Jawa 43 87,8 Pendapatan orang tua f % 1 < Rp 1.0650.000 / bulan 9 18,4 2 Rp 1.0650.000 / bulan 40 81,6 Sumber Informasi f % 1 kurang dari dari 2 sumber 19 38,8 2 lebih dari dari 2 sumber 30 61,2 Kebiasaan individu f % 1 Mengganti pembalut 2 kali sehari 14 28,6 2 Mengganti pembalut > 2 kali sehari 33 71,4 Jumlah 49 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden mayoritas berumur 13 tahun yaitu sebanyak 36 orang (73,5%). Sebanyak 43 orang (87,8%) memiliki budaya jawa. Karakteristik berdasarkan pendapatan orang tua, sebanyak 40 orang (81,6%) memiliki pendapatan > Rp. 1.065.000. Sebanyak 30 orang (61,2%) memperoleh

informasi tentang personal hygiene dari 2 sumber atau lebih. Karakteristik berdasarkan kebiasaan individu diketahui sebanyak 35 orang (71,4%) mengganti pembalut lebih dari 2 kali sehari. Pengetahuan tentang Personal hygiene Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta No Pengetahuan Frekuensi Persentase 1 Rendah 6 12,2 2 Sedang 25 51,0 3 Tinggi 18 36,7 Jumlah 30 100,0 Sumber: data primer diolah, 2014 Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa pengetahuan siswi tentang personal hygiene kategori sedang sebanyak 25 (51,0%), sedangkan sebanyak 6 orang (12,2%) memiliki pengetahuan rendah. Perilaku Personal hygiene Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta No Perilaku Personal hygiene Frekuensi Persentase 1 Kurang 15 30,6 2 Sedang 14 28,6 3 Baik 20 40,8 Total 30 100,0 Sumber: data primer diolah, 2014 Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa sebanyak 20 responden (40,8%) memiliki perilaku personal hygiene baik dan sebanyak 14 responden (28,6%) memiliki perilaku personal hygiene sedang. Faktor Budaya terhadap Perilaku Personal hygiene Tabel 4. Tabulasi Silang dan Uji Chi Square Faktor Budaya terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Perilaku Personal hygiene Total Budaya Kurang Sedang Baik X 2 p f % f % f % f % Non Jawa 4 66,7 2 33,3 0 0 6 100 Jawa 11 25,6 12 27,9 20 46,5 43 100 5,748 0,056 Total 15 30,6 14 28,6 20 40,8 49 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa budaya Non Jawa dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 4 (66,7%) dan sedang sebanyak 2 orang (33,3%). Responden yang memiliki budaya Jawa dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 20 orang (46,5%) dan sedang sebanyak 12 (27,9%). Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 5,748 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,056 (p>5%). Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor budaya dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta tetapi budaya Jawa cenderung memeiliki perilaku yang baik dari pada budaya non Jawa. Faktor Pendapatan Orang Tua terhadap Perilaku Personal hygiene Tabel 5. Tabulasi Silang dan Uji Chi Square Faktor Pendapatan Orang Tua terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Perilaku Personal hygiene Total Pendapatan Kurang Sedang Baik Orang Tua f % f % f % f % < UMR 4 44,4 3 33,3 2 22,2 9 100 > UMR 11 27,5 11 27,5 18 45,0 40 100 Total 15 30,6 14 28,6 20 40,8 49 100 Sumber: data primer diolah, 2014 X 2 p 1,710 0,425 Tabel 5. menunjukkan bahwa pendapatan orang tua < UMR dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 4 (44,4%) dan baik sebanyak 2 orang (22,2%). Responden yang memiliki orang tua berpenghasilan > UMR dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 18 orang (45,0%) serta kategori sedang dan kurang masing-masing sebanyak 11 (27,5%). Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 1,710 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,425 (p>5%). Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor pendapatan orang tua dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta tetapi siswi yang pendapatan orang tuanya diatas UMR cenderung memiliki perilaku yang baik daripada siswi yang pendapatan orang tuanya di bawah UMR.

Faktor Sumber Informasi terhadap Perilaku Personal hygiene Tabel 6. Tabulasi Silang dan Uji Chi Square Faktor Sumber Informasi terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sumber Informasi Kurang dari 2 sumber 2 sumber atau lebih Perilaku Personal hygiene Total Kurang Sedang Baik f % f % f % f % 8 42,1 8 42,1 3 15,8 19 100 7 23,3 6 20,0 17 56,7 30 100 Total 15 30,6 14 28,6 20 40,8 49 100 Sumber: data primer diolah, 2014 X 2 p 8,091 0,018 Tabel 6. menunjukkan bahwa sumber informasi kurang dari dua dengan perilaku personal hygiene kurang dan sedang masing-masing sebanyak 8 orang (42,1%) dan baik sebanyak 3 orang (15,8%). Sumber informasi 2 atau lebih dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 17 orang (56,7%) dan sedang 6 orang (20,0%). Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 8,091 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,018 (p>5%). Terdapat pengaruh yang signifikan faktor sumber informasi dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Faktor Kebiasaan Individu terhadap Perilaku Personal hygiene Tabel 7. Tabulasi Silang dan Uji Chi Square Faktor Kebiasaan Individu terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Kebiasaan Individu Mengganti Pembalut 2 kali Mengganti Pembalut > 2 Perilaku Personal hygiene Total Kurang Sedang Baik f % f % f % f % 8 57,1 4 28,6 2 14,3 14 100 7 20,0 10 28,6 18 51,4 18 100 kali Total 15 30,6 14 28,6 20 40,8 49 100 Sumber: data primer diolah, 2014 X 2 7,88 7 p 0,019

Tabel 7. menunjukkan bahwa responden yang memiliki frekuensi mengganti pembalut 2 kali dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 8 orang (57,1%) dan baik sebanyak 2 orang (14,3%). Responden yang memiliki frekuensi mengganti pembalut > 2 kali sehari dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 18 orang (51,4%) dan kurang sebanyak 7 orang (20,0%). Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 7,887 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,019 (p>5%). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan faktor kebiasaan individu dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Faktor Pengetahuan terhadap Perilaku Personal hygiene Tabel 8. Tabulasi Silang dan Uji Chi Square Faktor Pengetahuan terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Perilaku Personal hygiene Total Pengetahuan Kurang Sedang Baik f % f % f % f % Rendah 4 66,7 2 33,3 0 0 6 100 Sedang 7 28,0 10 40,0 8 32,0 25 100 Tinggi 4 22,2 2 11,1 12 66,7 18 100 Total 15 30,6 14 28,6 20 40,8 49 100 Sumber: data primer diolah, 2014 X 2 p 12,001 0,017 Tabel 4.10. menunjukkan bahwa pengetahuan rendah dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 4 orang (66,7%) dan tidak ada yang memiliki perilaku baik. Responden yang berpengetahuan sedang dengan perilaku personal hygiene sedang sebanyak 10 (40,0%) dan kurang sebanyak 7 (28,0%). Responden yang berpengetahuan tinggi dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 12 (66,7%) dan sedang sebanyak 2 orang (11,1%). Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 12,001 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,017 (p>5%). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan faktor pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. PEMBAHASAN Faktor Budaya terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden Non Jawa dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 4 (66,7%) dan sedang sebanyak 2 orang (33,3%). Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa responden yang memiliki budaya non Jawa atau yang berasal dari luar jawa memiliki perilaku

personal hygiene pada kategori kurang. Beberapa wilayah di Indonesia pada umumnya terdapat budaya tertentu sehubungan dengan datangnya haid pertama kali pada remaja putri salah satunya tidak diperbolehkan melakukan keramas pada saat haid dikarenakan akan menimbulkan anemia. Hal tersebut merupakan mitos yang beredar di lingkungan masyarakat luar jawa. (Rejaningsih) Mitos tersebut tidak benar karena wanita yang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan dirinya. Wanita yang sedang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan rambut karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya. Hal lain yang juga masih banyak berlaku di kalangan masyarakat Jawa, misalnya pantangan melakukan sesuatu atau makan makanan tertentu pada saat menstruasi. Responden yang memiliki budaya Jawa dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 20 orang (46,5%) dan sedang sebanyak 12 (27,9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat jawa cenderung memperhatikan kebersihan diri khususnya pada saat menstruasi. Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri. Tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk (Saryono dan widianti, 2011). Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 5,748 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,056 (p>5%). Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor budaya dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Namun, budaya jawa cenderung lebih memperhatikan kebersihan diri saat menstruasi dibandingkan dengan budaya non jawa masyarakat Jawa cenderung memiliki pendidikan yang tinggi sehingga pada prakteknya sudah banyak tradisi yang ditinggalkan masyarakat Jawa. (Rejaningsih 2004) Faktor Pendapatan Orang Tua terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan orang tua < UMR dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 4 (44,4%) dan baik sebanyak 2 orang (22,2%). Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya siswi yang beranggapan bahwa untuk mencapai kebersihan diri harus mengeluarkan biaya yang besar, yaitu sebanyak 27 orang (55%). Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua responden yang memiliki pendapatan < UMR dapat menimbulkan kurangnya perilaku personal hygiene pada siswi. Menurut nancy Roper (2002) untuk melakukan hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya : sabun, sikat gigi, shampoo, dan lain lain ). Segala macam perlengkapan tersebut tentu membutuhkan biaya, dengan kata lain sumber keuangan individu akan berpengaruh pada kemampuannya

mempertahankan hygiene personal yang baik. Hasil penelitian diketahui responden yang memiliki orang tua berpenghasilan > UMR dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 18 orang (45,0%) serta kategori sedang dan kurang masing-masing sebanyak 11 (27,5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa orang tua yang mampu secara finansial dapat mendukung remaja putri dalam melakukan personal hygiene, namun tidak semua responden merasa bahwa pendapatan orang tua merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mereka dalam melakukan personal hygiene. Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai signifikansi p-value sebesar 0,425 (p>5%). Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor pendapatan orang tua dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Artinya dukungan finansial orang tua tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi siswi dalam melakukan personal hygiene saat menstruasi. Faktor Sumber Informasi terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi yang didapatkan responden kurang dari dua sumber dengan perilaku personal hygiene kurang dan sedang masing-masing sebanyak 8 orang (42,1%) dan baik sebanyak 3 orang (15,8%)..Artinya, minimnya sumber informasi yang diperoleh responden dapat menimbulkan kurangnya informasi siswi dalam melakukan personal hygiene saat menstruasi. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat informasi merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswi akan pentingnya perilaku personal hygiene. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, factor pengetahuan (kognitif) merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tentang sesuatu yang positif dan negative akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memperoleh informasi dari 2 sumber atau lebih dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 17 orang (56,7%) dan sedang 6 orang (20,0%). Pemberian informasi yang lebih awal dan dari berbagai sumber yang terpercaya dapat mempengaruhi perilaku anak remaja terhadap hygiene menstruasi lebih baik. Dalam hal ini guru mempunyai peranan penting sebagai sumber informasi sehingga harus memberikan informasi yang sejelasjelasnya mengenai suatu pengetahuan, begitu juga dengan pendidikan kesehatan reproduksi. Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 8,091 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,018 (p>5%). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan faktor sumber informasi dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta.

Faktor Kebiasaan Individu terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan baik yakni mengganti pembalut 2 kali dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 8 orang (57,1%) dan baik sebanyak 2 orang (14,3%). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui adanya keterkaitan antara kebiasaan individu dengan perilakunya dalam melakukan personal hygiene. Siswi kelas VII SMP Muhammadiyah 5 diketahui sebanyak 14 orang (28,6%) memiliki kebiasaan mengganti pembalut maksimal 2 kali sehari. Hal ini dikarenakan anggapan siswi bahwa jika menstruasi yang dikeluarkan tidak banyak maka tidak perlu mengganti pembalut berkali-kali. Anggapan ini tentu dinilai tidak tepat karena pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap setelah mandi dan buang air kecil. Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan baik yakni mengganti pembalut > 2 kali sehari dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 18 orang (51,4%) dan kurang sebanyak 7 orang (20,0%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden yang rajin mengganti pembalut lebih dari 2 kali sehari akan cenderung meningkatkan perilaku personal hygiene pada saat menstruasi. Responden dengan kebiasaan yang baik tetapi belum melakukan perilaku personal hygiene yang baik dapat disebabkan karena lingkungan. Lingkungan remaja yang tidak mendukung dapat menghambat siswa dalam melakukan personal hygiene seperti kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja dalam melakukan personal hygiene. Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 7,887 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,019 (p>5%). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan faktor kebiasaan individu dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Semakin baik kebiasaan responden dalam mengganti pembalut, maka semakin baik pula perilaku personal hygiene mereka. Faktor Pengetahuan terhadap Perilaku Personal hygiene pada Siswi Kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan rendah dengan perilaku personal hygiene kurang sebanyak 4 orang (66,7%) dan tidak ada yang memiliki perilaku baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan kurang cenderung melakukan perilaku personal hygiene dengan tidak sempurna. Pengetahuan remaja putri mengenai hygiene menstruasi cenderung belum adekuat, terlebih yang berkaitan dengan genital.

Penanganan kebersihan diri yang tidak benar dan tidak hygienis dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme secara berlebihan dan pada ahirnya akan mengganggu fungsi reproduksi. (PKBI 1999 dalam darmawati 2004). Kurangnya pengetahuan responden tentang personal hygiene dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan remaja, social budaya, lingkungan, usia dan pengalaman. Remaja kelas VII SMP belum memiliki pengalaman yang banyak tentang perilaku personal hygiene akbiatnya mereka tidak melakukan personal hygiene dengan sempurna. Responden yang berpengetahuan sedang dengan perilaku personal hygiene sedang sebanyak 10 (40,0%) dan kurang sebanyak 7 (28,0%). Responden yang memiliki pengetahuan cukup atau sedang mengaggap salah satu cara personal hygiene adalah dengan cairan pembersih wanita yang digunakan untuk membersihkan vagina. Faktanya, pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Selain itu, responden juga menganggap bahwa personal hygiene membutuhkan biaya yang besar. Responden yang berpengetahuan tinggi dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 12 (66,7%) dan sedang sebanyak 2 orang (11,1%). Hal tersebut menunjukan responden yang memiliki pengetahuan yang baik akan cenderung melakukan personal hygiene dengan sempurna. Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang personal hygiene akan mengerti bahwa mereka harus menjaga kebersihan daerah kemaluan pada saat menstruasi, mengganti pembalut 3-5 kali sehari secara teratur serta menggunakan pembalut yang baik, yaitu pembalut yang lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi dan merekat pada celana dalam. Berdasarkan perhitungan chi square sebesar 12,001 dengan nilai signifikansi p-value sebesar 0,017 (p>5%). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan faktor pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara pengetahuan siswi tentang personal hygiene dengan perilaku mereka dalam melakukan personal hygiene. KESIMPULAN 1. Tidak terdapat hubungan antara faktor budaya dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta 2. Tidak terdapat hubungan antara faktor pendapatan orang tua dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta 3. Terdapat hubungan antara faktor sumber informasi dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta

4. Terdapat hubungan antara faktor kebiasaan individu dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta 5. Terdapat hubungan antara faktor pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada siswi kelas VII di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta SARAN Bagi siswi kelas VII SMP Muhammadiyah Yogyakarta dapat melakukan personal hygiene saat menstruasi dengan benar agar terhindar dari berbagai macam masalah reproduksi. Bagi pengajar dan SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta, asil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan pembelajaran dan penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi untuk menambah pemahaman siswi tentang pentingnya perilaku personal hygiene saat menstruasi. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian dengan menggunakan metode yang lebih baik untuk dapat menggali informasi lebih dalam dari responden.seperti menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam sehingga didapatkan data yang lebih lengkap DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Bobak (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) bagi Konselor Sebaya, Jakarta: Depkes RI 2009Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2004). Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE), Kesehatan Reproduksi untuk Petugas Kesehatan di Tingkat Pelayanan Dasar, Yogyakarta Misaroh, Siti dan Atikah Proverawati (2009). Menarche: Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC Nilna (2009) Jurnal Higiene Menstruasi. http://www.m.inioke.com. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014.

Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Skinner (2013). Ilmu Pengetahuan dan Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.