BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya memiliki banyak sekali potensi sumber daya manusia, hal ini sesuai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan kehidupan yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

I. PENDAHULUAN. seksual pada anak, dan anak jalanan. Hal tersebut juga dicerminkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu produktif di jalanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebab kebanyakan mereka ditemukan di kota-kota besar. Mereka banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk akan selalu diiringi oleh bertambahnya kebutuhan. Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982:60), adalah Suatu system kaidah kaidah

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pelapisan sosial dalam masyarakat Jakarta disebut stratifikasi sosial. Stratifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

SELF-DISCLOSURE PADA SESAMA ANAK JALANAN. Skripsi

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang didambakan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014

FUNGSI NEGARA MEMELIHARA ANAK- ANAK TERLANTAR MENURUT UNDANG- UNDANG DASAR Oleh: Triyani Kathrilda Ambat 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba

ARTIKEL UNTUK PROSIDING PROGRAM UNGGULAN PRODI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN PKK FPTK UPI 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

PELAYANAN SOSIAL BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUHAN. Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

PRESTASI ANAK JALANAN: SEBUAH PENELITIAN EKSPLORASI

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. namun di balik semua itu, negara ini masih tertinggal jauh dari negara-negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. Kampus adalah satu ikon penting sebagai tempat berlangsungnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi kehidupan masyarakat. Perkembangan kota melahirkan persaingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

Sambutan Presiden RI pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2010 Jumat, 23 Juli 2010

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

PEMBINAAN ANAK JALANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) KAMPUNG ANAK NEGERI KOTA SURABAYA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

Gaya Gravitasi Manusia Oleh: Famila Takhwifa

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang

PENGUATAN PERAN LEMBAGA SOCIAL DEVELOPMENT CENTER FOR CHILD (SDC) DALAM PENGENTASAN KASUS SEXUAL CRIME TERHADAP ANAK JALANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa muda pada umumnya dapat dipandang sebagai salah satu tahap

BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dilihat dari jumlah penduduknya yang semakin membludak sebenarnya memiliki banyak sekali potensi sumber daya manusia, hal ini sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 257.516.167 jiwa. Menurut BKKBN dalam hasil sensus penduduk pada tahun 2010, Indonesia berada pada peringkat ke-4 sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar dengan laju pertambahan penduduk (LPP) 1,49 persen per tahun, maka jumlah penduduk akan bertambah sekitar 3,5 juta jiwa per tahun, sehingga diperkirakan pada akhir 2012 jumlah penduduk mencapai 245 juta jiwa. Merujuk pada data-data yang telah disebutkan diatas, begitu banyaknya jumlah sumber daya manusia di Indonesia namun sangat disayangkan hal tersebut kurang begitu dimanfaatkan secara optimal, sehingga menyebabkan sumber daya manusia yang tidak berkualitas dan ketidakberhasilan di berbagai bidang. Salah satu faktor yang mempengaruhi antara lain adalah minimnya perhatian pemerintah terhadap rakyatnya terutama masyarakat menengah kebawah. Padahal negara yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas tidak lain didukung oleh tumbuh dan berkembangnya masyarakat yang sehat, kuat, cerdas dan berkualitas pula. Karena keutuhan bangsa merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa di negara Indonesia setiap tahunnya terjadi kelahiran sekitar 4,5 juta bayi. Bayi-bayi ini akan berkembang dan mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan peningkatan usianya. Pada saat ini dari 100 persen anak-anak yang masuk sekolah dasar, 50% diantaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi setelah lulus SMP. Mereka akan putus sekolah dan menuntut pekerjaan padahal tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sempitnya lapangan kerja membuat para pemuda-pemudi putus sekolah dan menciptakan pekerjaannya sendiri di sektor informal. Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta jiwa (11,96 persen), melihat kondisi negara ini yang semakin lama semakin memprihatinkan membawa dampak buruk di berbagai bidang baik sandang, pangan dan papan yang semakin melonjak harganya. Hal ini menjadikan anak-anak bangsa pun turut merasakan keterpurukan dengan banyak tercecernya anak-anak dibawah umur yang tidak dapat merasakan indahnya kehidupan sekolah, melanjutkan pendidikan, bermain dan lain sebagainya, sehingga masyarakat menjulukinya sebagai anak jalanan yang dipandang sebelah mata tidak ada gunanya. Anak jalanan yang dianggap tidak mempunyai orientasi hidup dan tidak pernah melakukan kegiatan yang positif merupakan masalah sosial yang menjadi fenomena menarik dalam kehidupan bermasyarakat. Anak-anak yang sebagian besar hidupnya berada di jalanan dapat dijumpai di berbagai titik pusat keramaian di kota besar, seperti di pasar, terminal, stasiun, traffic light, pusat pertokoan, dan

sebagainya. Kehidupan jalanan mereka terutama berhubungan dengan kegiatan ekonomi, diantaranya mengamen, mengemis, mengasong, kuli, loper koran, pembersih mobil, dan sebagainya. Meskipun ada pula sekumpulan anak yang hanya berkeliaran atau berkumpul tanpa tujuan yang jelas di jalanan (Suyanto, 2010:184). Secara umum, pendapat yang berkembang di masyarakat mengenai anak jalanan adalah anak-anak yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dan menghabiskan waktu untuk bermain, tidak bersekolah, dan kadang kala ada pula yang menambahkan bahwa anak-anak jalanan mengganggu ketertiban umum dan melakukan tindak kriminal (Martini dan Agustian dalam Yudit, 2008:147). Melihat fenomena tersebut, yang lebih menarik lagi adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada usia sekolah, usia produktif, usia dimana berhak mendapatkan pelayanan yang layak dan mempunyai kesempatan yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Anak-anak dapat dikatakan sebagai anak jalanan jika berusia antara 5-18 tahun dan banyak menghabiskan waktunya di jalan untuk bekerja mencari nafkah atau hanya menjadi pengangguran yang suka berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya (DepSos RI, 2006 dalam Yudit, 2008:148). Anak jalanan memang terlihat memiliki mental yang kokoh namun di sisi lain hal itu dapat memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadiannya dan pada saatnya akan melahirkan kepribadian yang introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial (Jiunkpe, 2006:85).

Ironis memang, anak-anak jalanan merupakan generasi penerus bangsa yang tergolong masih kecil dan harus merasakan kerasnya kehidupan. Ditinjau dari sisi latar belakang kehidupan keluarga yang sangat tidak nyaman untuk tumbuh dan berkembang, sesungguhnya tak ada tempat untuk menyia-nyiakan anak-anak miskin yang terlunta-lunta hidup di jalanan. Kehadiran mereka justru perlu diberdayakan dengan sentuhan lembut penuh kemanusiawian, bukannya malah dibiarkan menjadi korban dan target tindak kekerasan dari orang yang tidak bertanggung jawab. Menurut UUD 1945, Anak terlantar dipelihara oleh Negara artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar termasuk juga anak jalanan. Kondisi ini diperparah dengan sikap pemerintah yang belum sepenuhnya mampu memberikan perlindungan memadai untuk anak-anak jalanan. Meskipun telah disediakan tempat-tempat binaan dan rumah singgah, anak-anak jalanan tidak sepenuhnya memahami apa sebenarnya fungsi dan manfaat dari tempattempat tersebut karena minimnya sosialisasi dari pihak negara dan kegiatankegiatan yang ada dinilai kurang menarik bagi mereka. Anak jalanan ditinjau dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Banyak kemungkinan mereka berada di jalanan, diantaranya adalah tekanan masalah ekonomi, pergaulan, pelarian, tekanan dari orang tua, dan atas dasar pilihannya sendiri karena ingin merasa bebas tanpa beban. Pada hakekatnya, anak jalanan berhak untuk mendapatkan hak asasi yang sama dengan anak-anak pada umumnya sesuai dengan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Keputusan Presiden RI No. 36 tahun

1990 tentang pengesahan Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of The Child) yaitu hak sipil dan kemerdekaan (Civil right and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (Family environment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (Basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (Education, leisure and culture activities), dan perlindungan khusus (Special protection) (Dhini, 2003 dalam Suhartini, 2008:20). Walaupun tidak ada data yang tepat menunjukkan berapa pertumbuhan jumlah anak jalanan, namun dapat dipastikan setiap tahun jumlah mereka selalu meningkat. Menurut Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial jumlah anak jalanan pada tahun 2004 sebesar 98.113 anak yang tersebar di 30 provinsi. Berdasarkan hasil survey dan pemetaan sosial anak jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial dan salah satu universitas di Jakarta jumlah anak jalanan pada tahun 2006 yang tersebar di 33 provinsi sebesar 144.889 anak (DepSos RI, 2006). Pada tahun 2010 jumlah anak-anak jalanan membengkak menjadi 232.894 anak dan jumlah tersebut diperkirakan masih dapat bertambah lagi dari tahun ke tahun (KemenSos RI, 2010). Menurut Soerjono Soekanto (2006:79) fenomena munculnya anak jalanan ini bukanlah karena adanya transformasi sistem sosial ekonomi dan masyarakat pertanian kemasyarakat praindustri atau karena proses industrialisasi. Namun, adanya transformasi sosial ekonomi masyarakat industrialisasi menuju masyarakat yang kapitalistik. Dalam hal ini, dibutuhkan kerjasama dan kesadaran antara pemerintah dan masyarakat akan pentingnya memperbaiki generasi bangsa.

Tanpa disadari, anak jalanan yang sering hidup dan berkembang dibawah stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban mempunyai banyak motivasi yang mendorong mereka untuk tetap bertahan dan menikmati hidup dengan segala kekurangan. Banyak diantara mereka yang sudah merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan sekarang, namun juga tidak sedikit dari mereka yang menginginkan perubahan besar dan berarti dalam hidupnya. Kebiasaan hidup dan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang rentan dialami oleh anak-anak jalanan. Departemen Sosial RI (2006) mengungkapkan beberapa permasalahan yang dialami anak jalanan yaitu kekerasan dalam keluarga ataupun di jalanan yang mengakibatkan terganggunya fisik dan psikologis anak, pelecehan seksual yang sering dialami oleh anak jalanan perempuan untuk dijadikan komoditas sebagai pelacur, kriminalitas yang dilakukan anak jalanan itu sendiri ataupun dari pihak lain yang memanfaatkan anak jalanan untuk dijadikan pelaku kejahatan di jalanan, putus sekolah atau bahkan tidak sekolah karena mencari uang sepanjang waktu di jalanan, penyalahgunaan obat dan zat adiktif serta resiko yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan keselamatan jiwa. Berbagai permasalahan yang mengancam anak-anak jalanan diatas jelas sangat diperlukan adanya upaya dan solusi yang nyata untuk mengatasinya. Upaya pengentasan anak-anak jalanan yang dilakukan oleh pihak pemerintah selama ini dinilai masih kurang memenuhi sasaran. Hal ini terbukti banyak program-program yang diberikan pemerintah bagi anak jalanan tidak mendapatkan hasil yang berarti karena masih belum sesuai dengan kebutuhan

anak jalanan sehingga potensi yang ada kurang bisa berkembang dengan baik. Penanganan dalam permasalahan tersebut harus lebih bersifat partisipatoris dan mengacu pada kebutuhan anak jalanan itu sendiri serta diselaraskan sesuai dengan bakat dan minatnya. Program Wajib Belajar (Wajar) yang telah berjalan sekian lama, nyatanya masih terdapat anak-anak yang tidak punya kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Data Susenas pada tahun 2000 menunjukkan bahwa 5,2 persen pekerja anak tidak atau belum pernah sekolah. Kemiskinan diduga merupakan faktor penyebab utama keadaan tersebut, sehingga orang tua lebih memilih mengirimkan anak-anaknya bekerja sebagai pengganti sekolah (Usman & Nachrowi, 2004:153). Tidak ada seorangpun yang menginginkan hidup sengsara, setiap orang pasti memiliki harapan, keinginan, cita-cita dan tujuan hidup untuk berubah menjadi lebih baik dari masa lalunya. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkannya adalah motivasi untuk berprestasi dalam segala hal. Dengan mempunyai motivasi yang tinggi maka seseorang akan berusaha meskipun bersusah payah untuk mewujudkan dan mendapatkan hasil yang terbaik. Selalu optimis dalam berusaha dan menganggap rintangan-rintangan yang ada hanyalah kerikil kecil yang mudah untuk disingkirkan, serta memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah didapatkan. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi pasti bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan, berani mengambil resiko demi mewujudkan cita-cita dan harapannya dan tidak mudah putus asa. Pada umumnya,

orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih berhasil dan sukses dalam menggapai impiannya dibandingkan orang yang motivasi berprestasinya rendah. Uniknya, anak-anak jalanan yang hidup seadanya dan serba keterbatasan itu juga memiliki motivasi untuk bisa mencapai prestasi sesuai dengan keinginan atau keahliannya. Ada keinginan untuk puas, bangga, dan sukses dengan hasil yang didapatnya meskipun dianggap remeh dan mendapatkan cibiran dari lingkungan sekitarnya. Priya G. Nalkur (2009:329) menyebutkan dalam salah satu artikelnya bahwa ada beberapa hal yang menjadi prioritas, keinginan dan menjadi suatu kepuasan pada anak jalanan yaitu mendapat dukungan dalam melakukan aktivitas dari lingkungan di sekitarnya terutama orang-orang yang lebih tua/dewasa, memiliki waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas yang disukai tanpa ada paksaan dari orang lain dan mempunyai tempat yang nyaman untuk tidur. Hal tersebut bisa dibilang sederhana namun sangat berarti bagi anak jalanan, berbeda dengan anak sekolah pada umumnya yang dijadikan prioritas adalah mendapatkan kesehatan, melaksanakan ujian dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan. Berbagai keterbatasan yang ada tidak menjadi penghalang bagi anakanak jalanan dalam meraih prestasinya. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dan kreativitas diri, menunjukkan pada masyarakat bahwa stigma yang diberikan selama ini pada anak jalanan adalah keliru. Anak jalanan mempunyai banyak kelebihan, mereka mampu berkarya, mampu berusaha meraih mimpi walau setinggi langit.

Menurut sebagian orang prestasi hanya berkaitan dengan akademik saja, namun banyak contohnya orang yang dalam bidang akademik tidak berprestasi atau bahkan lemah dalam belajar namun pada bidang lain mampu untuk membuktikan bahwa mereka berprestasi. Begitu juga dengan anak-anak jalanan, banyak dari komunitas ini mempunyai prestasi diluar bidang akademik dan prestasi yang mereka raih sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Usaha dan kemampuan yang positif tersebut sebagai wujud untuk mencapai prestasi diantaranya prestasi akademik atau dalam hal pendidikan seperti belajar dengan rajin, prestasi kerja yang mencakup banyak hal seperti pekerjaan yang dilakukan anak jalanan di jalan, membantu orang tua bekerja, prestasi dalam bidang seni dan budaya seperti bermusik, menyanyi, melukis dan sebagainya, prestasi di bidang olah raga seperti bulu tangkis, basket, sepak bola, prestasi dalam bidang sosial seperti membantu teman yang kesulitan, ikut serta sebagai sukarelawan dalam membantu korban bencana dan sebagainya. Lingkungan memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bersikap, bertindak maupun berprestasi, begitu juga bagi anakanak jalanan. Selain orang tua dan keluarga, mereka juga banyak berkecimpung dengan teman sebaya yang kerap menghabiskan waktu bersama di jalan, pengajar di rumah singgah atau tempat binaan, para guru di sekolah, hingga premanpreman di jalanan. Demi tercapainya prestasi bagi anak jalanan, selain memiliki kemampuan diri, keinginan dan motivasi yang kuat juga menjadi faktor penentu bagi tercapainya prestasi, karena dengan prestasi dan karya-karya seseorang akan

berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan semua itu tidak lepas dari dukungan dan motivasi keluarga maupun lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan beberapa keterangan tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mendalam tentang bagaimana persepsi anak-anak jalanan mengenai prestasi yang dikemas dalam judul penelitian Prestasi Pada Anak Jalanan di Kota Malang. B. Rumusan Masalah 1. Apa prestasi yang di persepsikan oleh anak jalanan di Kota Malang? 2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pencapaian prestasi anak jalanan di Kota Malang? 3. Siapa yang paling berperan terhadap pencapaian prestasi anak jalanan di Kota Malang? 4. Apa bentuk dukungan yang diterima oleh anak jalanan di Kota Malang dalam pencapaian prestasi? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa prestasi yang dipersepsikan bagi anak jalanan di Kota Malang. 2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pencapaian prestasi anak jalanan di Kota Malang. 3. Untuk mengetahui siapa yang paling berperan terhadap pencapaian prestasi anak jalanan di Kota Malang.

4. Untuk mengetahui bentuk dukungan yang diberikan pada anak jalanan di Kota Malang dalam pencapaian prestasi. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat keilmuan bagi khalayak umum. Selain itu dapat digunakan sebagai tambahan wawasan kajian ilmu pengetahuan terutama dalam bidang psikologi sosial dan psikologi pendidikan. 2. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan membantu menjadi tolak ukur bagi pihak-pihak yang terkait dalam mengentaskan permasalahan anak jalanan selama ini agar disesuaikan pada kebutuhan anak jalanan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga digunakan sebagai media informasi kepada para pembaca untuk dapat membantu memahami bagaimana persepsi anak-anak jalanan terhadap prestasi sesuai dengan karakteristik identitasnya untuk dapat mengembangkan sumber daya manusia agar menjadi lebih berkualitas. Menambah informasi bagi masyarakat sekitar bahwa anak jalanan memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Oleh karena itu mereka harus dilindungi dan tidak diperlakukan sewenang-wenang.