Analisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan

dokumen-dokumen yang mirip
Kesimpulan dan Saran

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

I.1 Latar Belakang Penelitian

KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

Lampiran A Foto Bangunan Objek Penelitian di Jl.Cilaki

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

BAB II LANDASAN TEORI

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

BAB VI DATA DAN ANALISIS

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

Kecepatan angin meningkat pada rasio H/W kecil dan sebaliknya Jarak >, rasio H/W < Kecepatan angin tinggi pada rongga yang dipengaruhi elevasi

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Konstruksi Rangka. Page 1

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

G E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius,

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

TEORI VITRUVIUS : 3. FIRMITAS KEKUATAN

Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI. Kawasan Wisata Goa Kreo. Tanggap Lingkungan. Asitektur Tradisional Jawa. Asitektur Regionalisme

Compact House. Fotografer Ahkamul Hakim

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

Architecture. Home Diary #007 / 2014

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB VI KESIMPULAN. VI. 1 Kesimpulan. VI.1.1 Karakter Pelingkup Ruang Jalan Seturan VI-1

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

KARAKTERISTIK FASAD RUMAH MINIMALIS DI SURAKARTA

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

Karakter Visual Bangunan Utama Kompleks Asrama Inggrisan Kota Banyuwangi

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

PELESTARIAN BANGUNAN STASIUN KERETA API KEDIRI

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

Teknik Visualisasi Digital

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Karakteristik Spasial dan Visual Balai Kota Madiun (Eks Raadhuis te Madioen)

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

Architecture. Home Diary #008 / 2015

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL DI BANDARA JAPURA RENGAT

STRUKTUR LIPATAN. Dengan bentuk lipatan ini,gaya-gaya akibat benda sendiri dan gaya-gaya luar dapat di tahan oleh bentuk itu sendiri

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Transkripsi:

Bab III Analisa Karakter Fasade Bangunan III.1 Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka dilakukan beberapa analisa, yaitu : 1. Analisa fungsi bangunan Analisa fungsi bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalan mana saja yang didominasi oleh fungsi hunian / rumah tinggal dan fungsi lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui jalan-jalan objek penelitian di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut dengan tujuan untuk memperkecil lingkup penelitian. 2. Analisa jarak bebas bangunan Jarak bebas merupakan salah satu unsur pembentuk karakter fasade bangunan. Oleh karena itu, analisa jarak bebas bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan jarak bebas bangunan yang dimiliki oleh objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa jarak bebas bangunan dilakukan dengan menggambarkan site / tapak. 3. Analisa pola dan proporsi massa bangunan Pola dan proporsi massa bangunan merupakan salah satu unsur pembentuk karakter fasade bangunan. Oleh karena itu, analisa pola dan proporsi massa bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola dan proporsi massa bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa pola dan proporsi massa bangunan dilakukan dengan membuat tabel data pola dan proporsi massa bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. 32

4. Analisa visual bangunan Analisa visual dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan ornamen yang dimiliki oleh bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan). Analisa visual bangunan dilakukan dengan membuat tabel data ornamen bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. 5. Analisa bukaan bangunan Analisa bukaan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proporsi badan bangunan dan keberadaan bukaan bangunan objek penelitian. Dalam hal ini, analisa bukaan bangunan dilakukan dengan membuat tabel data bukaan bangunan objek penelitian khusus di Jl.Cisangkuy. 6. Analisa fasade bangunan Analisa fasade bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakter fasade bangunan objek penelitian. Analisa fasade bangunan dilakukan dengan menerapkan teori-teori pendukung penelitian dalam analisa, yaitu Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley, Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona dan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara. Sama seperti analisa bukaan bangunan, analisa fasade bangunan juga hanya dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak jalan di Jl.Cisangkuy. Keenam analisa tersebut dilakukan terhadap objek yang jumlahnya berbeda-beda. Analisa fungsi bangunan dilakukan terhadap 19 jalan, yaitu : Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara. Adanya penyempitan lingkup objek 33

penelitian dari 19 jalan menjadi enam jalan dilakukan dengan tujuan agar penelitian dapat lebih fokus. Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan dipilih karena letaknya yang berdekatan dan berada pada area yang didominasi oleh fungsi bangunan rumah tinggal. Hal ini dilakukan pada analisa jarak bebas bangunan, analisa visual bangunan serta analisa pola dan proporsi bangunan. Selain itu, adanya penyempitan lingkup objek penelitian dari enam jalan menjadi satu jalan dilakukan dengan tujuan karena aspek yang diteliti dianggap cukup diwakili oleh satu jalan saja. Hal ini dilakukan pada analisa bukaan bangunan dan analisa fasade bangunan. Jl.Cisangkuy dipilih karena memiliki prosentase bangunan yang bukan rumah tinggal terkecil tetapi memiliki prosentase bangunan dengan fungsi ganda terbesar. Untuk lebih jelasnya, lihat Tabel III.3 (Prosentase Fungsi Bangunan Objek Penelitian). Selain itu, bentuknya yang linear / lurus dapat memudahkan penggambaran ulang tampak jalan secara keseluruhan. Berdasarkan alasan tersebut, maka Jl.Cisangkuy dianggap layak dipilih sebagai contoh jalan objek penelitian. Berikut ini diagram pemahaman objek penelitian, yaitu : Error! 19 6 1 Keterangan : 19 (Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan, Jl.Taman Cibeunying Utara) 6 (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan) 1 (Jl.Cisangkuy) Gambar III.1 Diagram Pemahaman Objek Penelitian Sumber : Analisa Pribadi 34

Berikut ini tabel pemahaman objek penelitian yang menunjukkan adanya penyempitan objek penelitian, yaitu : Tabel III.1 Tabel Pemahaman Objek Penelitian No. Nama Jalan Analisa Fungsi Analisa Jarak Bebas Analisa Pola dan Proporsi Analisa Visual Analisa Bukaan Analisa Fasade Alur Tahap Analisa 1. Jl.Cisangkuy 2. Jl.Cilaki 3. Jl.Cimanuk 4. Jl.Cipunagara 5. Jl.Citarum 6. Jl.Ciwulan 7. Jl.Bahureksa 8. Jl.Banda 9. Jl.Brantas 10. Jl.Cihapit 11. Jl.Cilamaya 12. Jl.Ciliwung 13. Jl.Cimandiri 14. Jl.Progo 15. Jl.Serayu 16. Jl.Tirtayasa 17. Jl.Taman Cibeunying 18. Jl.Taman Cibeunying Selatan 19. Jl.Taman Cibeunying Utara Jumlah 19 6 6 6 1 1 Sumber : Analisa Pribadi 35

III.2 Analisa Fungsi Bangunan Analisa fungsi bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalan mana saja yang didominasi oleh fungsi hunian (rumah tinggal) dan fungsi lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui jalan-jalan objek penelitian di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut. Analisa fungsi bangunan dilakukan dengan menggunakan statistika (kuantitas), yaitu dengan menghitung jumlah bangunan rumah tinggal, bangunan bukan rumah tinggal dan bangunan dengan fungsi ganda. Setelah itu, hasil perhitungan dibuat dalam bentuk peta blok berskala dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman. Analisa fungsi bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan yang terletak di seluruh kawasan perumahan Tjitaroem Plein, untuk kemudian dipilih kembali beberapa jalan yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut. Analisa fungsi bangunan meliputi 19 jalan, yaitu : Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara. Berikut ini merupakan peta fungsi bangunan objek penelitian, yaitu : U Gambar III.2 Peta Fungsi Bangunan Objek Penelitian Sumber : Analisa Pribadi Data Dinas Tata Kota Bandung 36

Berdasarkan hasil survey dan peta tersebut, didapat beberapa data dalam bentuk tabel, yaitu : Tabel III.2 Prosentase Jumlah Rumah Tinggal Objek Penelitian No. Nama Jalan Jumlah Rumah Tinggal Jumlah Total Prosentase 1. Jl.Bahureksa 20 26 76,92 % 2. Jl.Banda 3 13 23,07 % 3. Jl.Brantas 31 31 100 % 4. Jl.Cihapit 10 10 100 % 5. Jl.Cilaki 35 52 67,3% 6. Jl.Cilamaya 5 6 83,33 % 7. Jl.Ciliwung 11 20 55 % 8. Jl.Cimandiri 7 15 46,66 % 9. Jl.Cimanuk 37 42 88,09 % 10. Jl.Cipunagara 38 41 92,68 % 11. Jl.Cisangkuy 25 34 73,52 % 12. Jl.Citarum 26 37 70,27 % 13. Jl.Ciwulan 27 28 96,42 % 14. Jl.Progo 28 39 71,79 % 15. Jl.Serayu 8 9 88,88 % 16. Jl.Tirtayasa 32 45 71,11 % 17. Jl.Taman Cibeunying 6 7 85,71 % 18. Jl.Taman Cibeunying Selatan 19. Jl.Taman Cibeunying Utara 17 24 70,83 % 9 11 81,81 % Total 375 490 76,53 % Keterangan : - Huruf tebal = objek penelitian - Jl.Banda dan Jl.Cihapit hanya diambil sebagian dengan alasan tidak semuanya termasuk kawasan perumahan Tjitaroem Plein Sumber : Analisa Pribadi Tabel ini menunjukkan tingkat kepadatan bangunan rumah tinggal di kawasan perumahan Tjitaroem Plein. Berdasarkan tabel tersebut, didapat hasil sebagai berikut : 37

1. Jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan rumah tinggal terbesar adalah Jl.Brantas (sebanyak 31 dari 31 unit atau sebesar 100%) dan Jl.Cihapit (sebanyak 10 dari 10 unit atau sebesar 100%), prosentase terkecil dimiliki oleh Jl.Banda (sebanyak 3 unit dari 13 unit atau sebesar 23,07%); 2. Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan memiliki prosentase bangunan rumah tinggal diatas 50% (lebih dari separuh jumlah keseluruhan), sehingga dapat memperkuat alasan kelayakannya untuk diteliti lebih lanjut (sebagai objek penelitian). Tabel III.3 Prosentase Fungsi Bangunan Objek Penelitian No. Nama Jalan Fungsi Bangunan Rumah Tinggal Bukan Rumah Tinggal Bangunan Berfungsi Ganda 1. Jl.Cilaki 35 (67,3%) 11 (21,15%) 6 (11,53%) 2. Jl.Cimanuk 37 (88,09%) 4 (9,52%) 1 (2,38%) 3. Jl.Cipunagara 38 (92,68%) 2 (4,87%) 1 (2,43%) 4. Jl.Cisangkuy 25 (73,52%) 0 (0%) 9 (26,47%) 5. Jl.Citarum 26 (70,27%) 10 (27,02%) 1 (2,7%) 6. Jl.Ciwulan 27 (96,42%) 0 (0%) 1 (3,57%) Total 188 27 19 Sumber : Analisa Pribadi Tabel ini menunjukkan tingkat kepadatan jumlah bangunan rumah tinggal, bangunan bukan rumah tinggal dan bangunan berfungsi ganda di masing-masing jalan objek penelitian, yang juga bertujuan untuk mempermudah penentuan contoh jalan objek penelitian. Berdasarkan tabel tersebut, didapat hasil sebagai berikut : 1. Jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan rumah tinggal terbesar adalah Jl.Ciwulan (sebanyak 27 dari 28 unit atau sebesar 96,42%), prosentase terkecil dimiliki oleh Jl.Cilaki (sebanyak 35 unit dari 52 unit atau sebesar 67,3%); 2. jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan yang bukan rumah tinggal terbesar adalah Jl.Citarum (sebanyak 10 dari 37 unit atau sebesar 38

27,02%), prosentase terkecil dimiliki oleh Jl.Cisangkuy (sebanyak 0 unit dari 34 unit atau sebesar 0%) dan Jl.Ciwulan (sebanyak 0 unit dari 28 unit atau sebesar 0%); 3. jalan objek penelitian yang memiliki prosentase bangunan dengan fungsi ganda terbesar adalah Jl.Cisangkuy (sebanyak 9 dari 34 unit atau sebesar 26,47%), prosentase terkecil dimiliki oleh Jl.Cimanuk (sebanyak 1 unit dari 42 unit atau sebesar 2,38%). Berdasarkan analisa tersebut, dapat diketahui bahwa Jl.Cisangkuy layak dipilih sebagai perwakilan jalan objek penelitian, karena memiliki prosentase bangunan yang bukan rumah tinggal terkecil tetapi memiliki prosentase bangunan dengan fungsi ganda terbesar. III.3 Analisa Jarak Bebas Bangunan Analisa jarak bebas bangunan dilakukan dengan menggambarkan site / tapak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan jarak bebas bangunan yang dimiliki oleh objek penelitian. Jarak bebas terdiri dari jarak bebas depan, jarak bebas belakang, jarak bebas samping kiri dan jarak bebas samping kanan tapak. Analisa jarak bebas bangunan dilengkapi dengan dimensi / ukuran yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan penentuan pola dan proporsi bangunan. Analisa jarak bebas bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di beberapa jalan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang dianggap layak sebagai jalan objek penelitian. Analisa jarak bebas bangunan meliputi 6 jalan, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Berikut ini analisa jarak bebas bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan, yaitu : 39

Setelah dilakukan analisa jarak bebas bangunan, maka didapat hasil sebagai berikut : 1. Sebanyak 210 dari 490 (42,85%) bangunan objek penelitian di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara tidak memiliki jarak bebas kesamping sehingga bangunan menempel pada dinding pembatas kavling; 2. Jarak bebas depan objek penelitian di Jl.Cilaki 3-7 m (rata-rata 6,5 m), Jl.Cimanuk 3-10 m (rata-rata 8,73 m), Jl.Cipunagara 7 m, Jl.Cisangkuy 8-12 m (rata-rata 10,63 m), Jl.Citarum 12 m dan Jl.Ciwulan 7 m; 3. Lebar kavling objek penelitian di Jl.Cilaki 14-20 m (rata-rata 17,22 m), Jl.Cimanuk 12-20 m (rata-rata 15,36 m), Jl.Cipunagara 14-22 m (rata-rata 16,56 m), Jl.Cisangkuy 17-22 m (rata-rata 19,5 m), Jl.Citarum 10-23 m (ratarata 17,61 m) dan Jl.Ciwulan 13-18 m (rata-rata 15,86 m). III.4 Analisa Pola dan Proporsi Massa Bangunan Analisa pola dan proporsi massa bangunan dilakukan dengan membuat tabel data pola dan proporsi massa bangunan objek penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola dan proporsi massa bangunan objek penelitian. Pola massa bangunan didapat dengan mengetahui lebar bagian utama bangunan dan sayap bangunan, baik sayap kiri bangunan maupun sayap kanan bangunan. Proporsi massa bangunan didapat dengan mengetahui perbandingan tinggi atap bangunan dan badan bangunan. Analisa pola dan proporsi massa bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak beberapa jalan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang dianggap layak sebagai jalan objek penelitian. Analisa fungsi bangunan meliputi 6 jalan, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. 46

Berikut ini merupakan ilustrasi bagian yang diteliti dalam analisa pola dan proporsi massa bangunan, yaitu : Tinggi atap bangunan Tinggi badan bangunan a b c d Keterangan : - Pola massa bangunan = a : b : c : d - Proporsi massa bangunan = tinggi atap bangunan : tinggi badan bangunan Gambar III.9 Ilustrasi Analisa Pola dan Proporsi Massa Bangunan Sumber : Analisa Pribadi 47

Setelah dilakukan analisa pola dan proporsi massa bangunan, maka didapat hasil sebagai berikut : 1. Sebanyak 85 dari 490 (17,34%) bangunan objek studi di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara serta sebanyak 30 dari 188 (15,95%) bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan memiliki pola massa bangunan a-b-ba, dengan ketentuan bahwa a merupakan sayap bangunan dan b merupakan bagian utama bangunan. Bagian utama bangunan terdiri dari bagian yang berupa tonjolan dan bagian yang berupa cekungan. 2. Seluruh objek studi di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara yang memiliki atap tropis memiliki proporsi massa bangunan dengan perbandingan tinggi atap bangunan dan tinggi badan bangunan 5 : 3. III.5 Analisa Visual Bangunan Analisa visual bangunan dilakukan dengan membuat tabel data ornamen bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan ornamen yang dimiliki oleh bangunan objek penelitian. Tabel data ornamen bangunan objek penelitian terdiri dari : komposisi ornamen terhadap bangunan, posisi ornamen pada bangunan dan bentuk ornamen. Komposisi ornamen terhadap bangunan meliputi : pinggir, tengah, simetris, ritmis dan aksentuasi. Posisi ornamen pada bangunan meliputi : pojok, kolom, dinding, pintu, jendela, ventilasi dan menara. Bentuk ornamen meliputi : huruf, geometri, organik abstrak dan natural. 54

Pada analisa visual bangunan juga dilampirkan foto-foto detail / ornamen yang terdapat pada bangunan objek penelitian beserta tampak bangunannya untuk menunjukkan posisi detail / ornamen pada bangunan. Dengan demikian, dapat diketahui jenis, bentuk dan dimensi detail / ornamen yang muncul di jalan objek penelitian. Analisa visual bangunan dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak beberapa jalan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang dianggap layak sebagai jalan objek penelitian. Analisa visual bangunan meliputi 6 jalan, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Berikut ini merupakan ilustrasi bagian yang diteliti dalam analisa visual bangunan, yaitu : detail tampak bangunan Gambar III.10 Ilustrasi Analisa Visual Bangunan Sumber : Analisa Pribadi 55

Setelah dilakukan analisa visual bangunan, maka didapat hasil sebagai berikut : 1. Bentuk atap menunjukkan ruang-ruang dibawahnya. Seluruh bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan menggunakan atap tropis (perisai, pelana, kerucut), kecuali bangunan di Jl.Cisangkuy No.40 (yang menggunakan atap datar). Adapun bangunan dengan atap tropis yang unik / jarang ada di kawasan perumahan Tjitaroem Plein, yaitu bangunan di Jl.Ciwulan No.9 dan No.11. Selain itu, beberapa bangunan memiliki atap yang terbagi 4 bagian (berdasarkan ruang dibawahnya), yaitu : a. Atap yang menaungi sayap kanan bangunan, b. Atap yang menaungi bagian utama bangunan yang berupa tonjolan, c. Atap yang menaungi bagian utama bangunan yang berupa cekungan, d. Atap yang menaungi sayap kiri bangunan; 2. Material / bahan yang banyak digunakan pada bangunan objek studi di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara adalah beton (sebagai material / bahan utama bangunan) dan batu kali yang terdapat pada bagian bawah dinding (juga dapat berfungsi sebagai elemen estetis bangunan). Material / bahan atap yang digunakan antara lain : genting lama dan baru yang didominasi oleh warna terracota, serta sirap lama dan baru yang didominasi oleh warna hitam. 3. a. Elemen-elemen dinding bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan Tjitaroem Plein didominasi oleh material batu kali pada bagian bawah dinding, serta tonjolan dan cekungan pada dinding (baik horizontal maupun vertikal), b. seluruh entrance bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein terletak pada bagian utama bangunan (baik terdapat pada tonjolan maupun cekungan dinding bagian utama bangunan), 62

c. balkon terdapat pada bagian sayap bangunan bertingkat, meskipun demikian pada awalnya bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein tidak dirancang bertingkat. III.6 Analisa Bukaan Bangunan Analisa bukaan bangunan hanya dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cisangkuy. Dalam hal ini, analisa bukaan bangunan dilakukan dengan membuat tabel data bukaan bangunan objek penelitian di Jl.Cisangkuy. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proporsi badan bangunan dan keberadaan bukaan bangunan objek penelitian di Jl.Cisangkuy. Tabel data bukaan bangunan terdiri dari : bukaan bangunan (meliputi pintu, jendela dan ventilasi) dan proporsi badan bangunan. Proporsi badan bangunan dan bukaan bangunan didapat dengan mengetahui perbandingan lebar dan tingginya. Berikut ini merupakan ilustrasi bagian yang diteliti dalam analisa bukaan bangunan, yaitu : t l detail bukaan tampak bangunan Keterangan : Proporsi bukaan bangunan = lebar bukaan bangunan : tinggi bukaan bangunan (l : t) Gambar III.17 Ilustrasi Analisa Bukaan Bangunan Sumber : Analisa Pribadi 63

Setelah dilakukan analisa bukaan bangunan, maka didapat hasil sebagai berikut : Seluruh bangunan objek studi di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara memiliki bukaan bangunan (terdiri dari pintu, jendela dan ventilasi) yang menggunakan teknik repetisi / pengulangan pada desain fasade bangunannya. Bentuk ventilasi yang dominan berupa persegi panjang horizontal (juga berfungsi sebagai elemen horizontal pada bangunan). III.7 Analisa Fasade Bangunan Analisa fasade bangunan dilakukan dengan menerapkan teori-teori pendukung penelitian dalam analisa, yaitu Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley, Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona dan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ian Bentley, langkah awal yang dilakukan adalah menggambar ulang fasade / tampak bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan Tjitaroem Plein. Kemudian dilakukan pencarian petunjuk visual yang berkaitan dengan penggunaan / fungsi desain dengan cara menggambarkan elemen-elemen fasadenya (detail dinding, jendela dan pintu) serta hubungan antar elemennya (irama horizontal dan vertikal). Setelah itu, barulah elemen-elemen / bagianbagian fasade yang memiliki nilai estetika sekaligus memiliki fungsi desain dapat diketahui dengan mempertimbangkan unsur-unsur pembentuk karakter fasade bangunan yang terdiri dari : massa bangunan, bentuk atap, jarak bebas, tinggi bangunan, material / bahan, bukaan solid-void, dinding, entrance dan balkon serta detail / ornamen. Sama seperti analisa bukaan bangunan, analisa fasade bangunan juga hanya dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak jalan di Jl.Cisangkuy. Berikut ini analisa fasade bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cisangkuy, yaitu : 65

Setelah dilakukan analisa fasade bangunan, maka didapat hasil sebagai berikut : Berdasarkan proporsinya, seluruh bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan) menggunakan atap tropis dan memiliki bagian atap bangunan yang lebih besar daripada bagian badan bangunan / dindingnya. Sebanyak 89 dari 103 (86,4%) bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan) memiliki sudut kemiringan atap bangunan 40 0, dan sebanyak 74 dari 103 (71,84%) bangunan objek penelitian (Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan) memiliki proporsi atap dan badan bangunan 5m : 3m (62,5% : 37,5%). 85