BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. secara tepat (Tarigan dalam Fatmawati, 2009: 2). Dibandingkan ketiga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis pada bab IV diperoleh temuan-temuan berupa pola

BAB I PENDAHULUAN. mereka pahami (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, dan gerak tubuh (gesture). Bahasa tulis yang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa selalu melibatkan unsur-unsur seperti materi, guru, siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas Penggunaan Teknik Clustering Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak dapat berjalan sempurna. daripada bahasa tulis. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa merupakan periode seorang individu memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari asumsi bahwa bahasa merupakan sarana berkomunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan. komunikasi harus mampu mengekspresikan konsep-konsep yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

PROSES PEMBENTUKAN KOMPETENSI BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Dengan bahasa pula dapat

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia meliputi empat keterampilan,

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa seseorang memiliki sifat serta pengetahuan yang baik. memadukan kalimat-kalimat yang kita tulis dan ucapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu yang mencakup tiga hal utama, yaitu pemerolehan bahasa (language acquisition), pemahaman bahasa ( language comprehension), dan proses menghasilkan bahasa (language production). Pemerolehan bahasa adalah proses yang terjadi ketika manusia memperoleh kapasitas untuk menerima dan memahami bahasa. Selain itu juga untuk menghasilkan bahasa menggunakan kata-kata dan kalimat untuk berkomunikasi. Pemerolehan bahasa lebih mengacu pada pemerolehan bahasa pertama (B1). Pemahaman bahasa adalah kemampuan untuk mengekstraksi makna yang terdapat dalam bahasa, sedangkan proses menghasilkan bahasa adalah proses yang melibatkan kemampuan untuk berbicara atau menulis menggunakan bahasa. Pemahaman bahasa akan berkembang lebih cepat daripada proses menghasilkan bahasa. Pada tahap menghasilkan bahasa, kemampuan berbicara akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan menulis. Jika dalam aktivitas menghasilkan bahasa dalam bentuk tulisan, seseorang mempunyai kesempatan untuk mengolah konsep tata bahasa dan bank kosakata yang dimilikinya untuk dituangkan ke dalam bentuk kalimat yang tepat, baik dari segi gramatika maupun dari segi pilihan kata. Namun, sangat berbeda halnya dengan aspek berbicara. Ketika seseorang menuangkan idenya dalam bentuk lisan, maka ia 1

mempunyai waktu yang sangat terbatas untuk merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang tepat, baik dari segi gramatika maupun dari segi pilihan kata. Traxler dan Gernsbacher (2006:21) menyatakan bahwa proses menghasilkan bahasa lisan meliputi tiga tahapan utama. Ketiga tahapan yang dimaksud, yaitu menentukan apa yang hendak disampaikan, menentukan cara mengekspresikannya, dan mengekspresikan hal yang hendak disampaikan. Secara lebih mengkhusus, Levelt (1989:27) menyatakan bahwa sebuah ujaran dihasilkan melalui beberapa tahapan, yakni konseptualisasi, formulasi, artikulasi, dan pemantauan diri. Pada tahapan terakhir, yakni pemantauan diri, penutur akan meninjau kembali ujaran yang dihasilkannya dan melakukan koreksi apabila terdapat kesalahan dalam ujarannya. Penutur mampu memperbaiki kesalahan mereka sendiri ( self-corrected) dengan menggunakan pengetahuan linguistik yang dimilikinya. Schegloff dkk. (1977:362) menjelaskan bahwa koreksi diri pada kesalahan ujaran terjadi ketika penutur menghentikan ujarannya dan memulai perbaikan terhadap kesalahan ujarannya. Koreksi diri terhadap kesalahan ujaran tersebut merupakan cerminan dari alokasi perhatian terhadap kesenjangan pengetahuan linguistik penutur sendiri. Sebagai salah satu wujud tahapan pemantauan diri (self monitoring) dalam menghasilkan ujaran, koreksi diri menunjukkan pemahaman dan tanggung jawab seseorang terhadap bahasa yang dipelajarinya. Pada akhirnya, koreksi diri akan mendorongnya untuk bersikap lebih mandiri dalam proses pembelajaran bahasa. 2

Koreksi diri juga akan membuat seseorang menjadi lebih percaya diri karena merasa mampu memperbaiki kesalahannya sendiri atau mampu menghasilkan bahasa yang lebih baik. Richard dan Lockhart (1996:188) menyatakan bahwa koreksi terhadap kesalahan adalah sebuah respons yang diberikan terhadap isi dan bentuk ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur. Jika yang menjadi fokus adalah bentuk bahasa, maka koreksi terhadap kesalahan harus memberikan refleksi terhadap bentuk yang salah sehingga dapat dihasilkan bentuk yang tepat. Terdapat banyak hal yang perlu dicermati ketika koreksi terhadap kesalahan itu dilakukan, bentuk kesalahan yang diperbaiki, berapa banyak kesalahan yang diperbaiki, dan bagaimana koreksi terhadap kesalahan itu dilakukan. Oleh karena itu, koreksi terhadap kesalahan sesungguhnya bisa menjadi kompleks karena semua faktor ini akan memengaruhi keberhasilannya (Stern, 1992:51). Untuk menemukan sebuah metode koreksi terhadap kesalahan yang efektif, sangatlah penting untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang sifat kesalahan yang akan dikoreksi. Corder (1967) dalam Cook (1995 :21) menjelaskan bahwa kesalahan adalah bentuk kemampuan penutur untuk menguji hipotesis mereka tentang sifat bahasa yang digunakan. Koreksi diri terhadap kesalahan ujaran dapat dilihat dengan jelas pada proses pembelajaran bahasa kedua (B2). Dalam proses pembelajaran bahasa, seseorang mampu melihat beberapa kesalahan mereka sendiri, melalui strategi pemantauan ( strategi of monitoring) sehingga mereka mampu mengoreksi 3

kesalahan tersebut untuk menghasilkan bahasa yang lebih baik. Hal ini dikenal dengan istilah koreksi diri (Levelt dalam Scovel, 2002:29). Proses pembelajaran B2 meliputi aspek membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara. Proses ini mencakup sebuah usaha yang panjang dan kompleks. Ketika seseorang menghasilkan ujaran dalam bahasa yang sedang dipelajarinya, ia akan sepenuhnya dipengaruhi oleh usahanya untuk melampaui batas-batas bahasa pertama (B1) ke bahasa baru, budaya yang baru, serta cara berpikir dan cara bersikap yang baru (Brown, 2000:1). Krashen (1987:74) menyatakan bahwa kesalahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Di samping itu, jumlahnya akan sangat banyak ketika seseorang belajar dan bereksperimen dalam menggunakan bahasa yang mereka pelajari. Berkaitan dengan proses pembelajaran B2, seseorang yang dapat mengoreksi ujaran yang dihasilkannya berarti memahami kesalahannya sendiri, dapat mengidentifikasi kesalahan tersebut, dan pada akhirnya berusaha untuk memperbaikinya. Jika seseorang mampu mengoreksi kesalahan ujaran yang dilakukan, maka hal ini menunjukkan bahwa seseorang telah menyerap informasi yang tepat tentang B2 yang sedang dipelajarainya. Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa koreksi diri mendorong seseorang untuk bersikap lebih mandiri dan lebih percaya diri dalam proses pembelajran B2, maka koreksi diri merupakan unsur penting dalam pembelajaran B2. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan koreksi diri sudah banyak dilkukan, tetapi terbatas hanya pada penelitian yang berkaitan dengan koreksi diri yang dilakukan kesalahan menulis. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk 4

mengkaji koreksi diri pada kesalahan ujaran. Mengingat bahwa koreksi diri merupakan salah satu wujud pemantauan diri dalam proses menghasilkan sebuah ujaran yang penelitian ini berkaitan dengan pemahaman bahasa yang digunakan, maka membahas lebih rinci tentang koreksi diri pada ujaran bahasa Inggris. Sumber data penelitian ini adalah enam orang dari tiga puluh lima karyawan DGITS Software House yang berfprofesi sebagai pemrogram yang mendapatkan pelatihan bahasa Inggris. Keenam karyawan tersebut dipilih sebagai sumber data karena menduduki tingkat kecakapan berbahasa Inggris yang sama berdasarkan tes penempatan yang dilakukan pada awal pelatihan bahasa Inggris. Pelatihan bahasa Inggris ini diberikan kepada karyawan sebagai sebuah program yang diwajibkan. Kegiatan pelatihan bahasa Inggris tersebut dilakukan sebanyak tiga kali seminggu dengan durasi setiap pertemuan selama sembilan puluh menit. Pada saat perekrutan karyawan, telah diajukan persyaratan mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif. Namun, dalam perjalanannya, kendala berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan klien acap kali muncul. Kendala tersebut berkaitan dengan ujaran bahasa Inggris yang dihasilkan oleh karyawan DGITS Software House yang masih banyak mengandung usur kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa yang muncul berada pada tatanan fonologi hingga sintaksis. Dengan demikian, pelatihan bahasa Inggris ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan klien yang merupakan orang asing. 5

Pada saat kegiatan berbicara selama pelatihan bahasa Inggris yang diadakan di DGITS Software House, ditemukan kesalahan ujaran bahasa Inggris dan koreksi diri terhadap kesalahan ujaran bahasa Inggirs tersebut yang dilakukan oleh peserta didik. Sementara itu, koreksi diri yang ditemukan untuk memperbaiki kesalahan ujaran oleh karyawan DGITS Software House terdiri atas berbagai jenis koreksi. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menemukan pemecahan dari beberapa permasalahan yang berkaitan dengan fenomena tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Fraenkel dan Wallen (2009:20) mengibaratkan rumusan masalah dalam sebuah penelitian sebagai panggung yang akan menjadi tempat pertunjukan bagi unsur-unsur lain dalam sebuah penelitian. Rumusan masalah harus diawali dengan latar belakang yang menjelaskan mengapa rumusan masalah itu muncul sabagai hal yang sangat krusial dalam sebuah penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam subbab sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang diteliti dalam tulisan kali ini. Penelitian ini merupakan penelitian yang memfokuskan analisis tentang koreksi diri pada kesalahan ujaran bahasa Inggris. Adapun beberapa masalah yang hendak diteliti berkaitan dengan hal di atas adalah sebagai berikut. 1. Kategori kesalahan ujaran bahasa Inggris apa sajakah yang dapat diidentifikasi oleh karyawan DGITS Software House? 6

2. Jenis koreksi diri apa sajakah yang dilakukan untuk memperbaiki kesalahan ujaran bahasa Inggris tersebut? 3. Sejauh manakah koreksi diri pada kesalahan ujaran dapat meningkatkan ketepatan berbicara karyawan DGITS Software House? 1.3 Tujuan Penelitian Sebuah penelitian memiliki tujuan yang menjadi alasan utama mengapa penelitian itu dilakukan. Tujuan penelitian adalah faktor yang mendorong seorang peneliti untuk melakukan penelitian. Tujuan penelitian seolah-olah menjadi titik akhir yang dituju dalam melakukan sebuah penelitian. Tujuan sebuah penelitian dapat bersifat umum dan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang hendak dicapai yang bersifat umum berkaitan dengan topik kajian dalam penelitian. Tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat lebih terperinci berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam sebuah penelitian. 1.3.1 Tujuan Umum Kesalahan tidak hanya terjadi pada proses pemahaman bahasa, tetapi juga dapat terjadi dalam proses menghasilkan bahasa, baik secara tertulis maupun lisan. Kesalahan merupakan hal yang sangat mungkin terjadi dalam proses menghasilkan sebuah ujaran, terlebih dalam menghasilkan ujaran B2 yang sedang dipelajari. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji koreksi diri pada kesalahan ujaran bahasa Inggris. 7

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus adalah yang hal menjadi kunci utama dalam pelaksanaan penelitian ini. Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengetahui kategori kesalahan ujaran yang dapat diidentifikasi oleh karyawan DGITS Software House. 2. Mengetahui jenis koreksi diri yang muncul untuk memperbaiki kesalahan ujaran bahasa Inggris. 3. Menganalisis pengaruh koreksi diri pada kesalahan ujaran terhadap ketepatan berbicara. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan dalam sebuah penelitian. Sebuah penelitian akan mempunyai nilai guna jika penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu psikolinguistik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konsep-konsep baru mengenai proses menghasilkan bahasa, khususnya proses menghasilkan ujaran dalam B2 yang sedang dipelajari dengan menerapkan koreksi diri untuk meningkatkan ketepatan berbicara. 8

1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan koreksi diri pada proses menghasilkan ujaran. Mengingat bahwa koreksi diri merupakan salah satu tolok ukur pemahaman seseorang terhadap bahasa yang dipelajarinya maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi upaya peningkatan pemahaman bahasa dalam proses pembelajaran B2. 9