Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor

dokumen-dokumen yang mirip
H. Suryoatmojo. Kata-kata kunci : Lithium Polymer, Dual Induktor, Penyeimbang SOC Baterai.

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

B142. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter

Auto Charger System Berbasis Solar Cell pada Robot Management Sampah

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan.

Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK

Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter

DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

Perancangan dan Implementasi Multi-Input Konverter Buck Untuk Pengisian Baterai Menggunakan Panel Surya dan Turbin Angin

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Disain Konverter Charge Pump Rasio Tinggi Untuk Aplikasi Mobil Listrik

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

Simulasi dan Analisis Konverter Kaskade Buck- Boost Dua Arah sebagai Pencatu Tegangan Inverter Motor Induksi pada Mobil Listrik

Desain dan Simulasi Single Stage Boost-Inverter Terhubung Jaringan Satu Fasa Menggunakan Sel Bahan Bakar

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

RANCANG BANGUN UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY (UPS) DENGAN ENERGI HYBRID (SUBJUDUL: HARDWARE) Abstrak

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

PENGARUH PENGATURAN BOOST CONVERTER TERHADAP TORSI DAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE ROTOR BELITAN

Pengendalian Kecepatan Motor DC Magnet Permanen Dengan Menggunakan Sensor Kecepatan Rotari

PERANCANGAN KONVERTER ARUS SEARAH TIPE CUK YANG DIOPERASIKAN UNTUK PENCARIAN TITIK DAYA MAKSIMUM PANEL SURYA BERBASIS PERTURB AND OBSERVE

DESAIN RANGKAIAN BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM CHARGING LAMPU PENERANGAN LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI KOTA MALANG

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

BAB III PERANCANGAN PEMODELAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

KINERJA KONVERTER ARUS SEARAH TIPE BUCK CONVERTER DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN BERBASIS TL494

KONVERTER KY INVERSE BIDIRECTIONAL SEBAGAI PENCATU DAYA KENDARAAN LISTRIK

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE KENDALI ARUS BERBASIS dspic30f4012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Alat Pengukur Tegangan Pengisian dan Pengosongan untuk Baterai Isi Ulang

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control

RANCANG BANGUN CHARGER DENGAN KASKADE FLYBACK DAN BUCK KONVERTER MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

PERANCANGAN BATTERY CHARGE CONTROL UNIT (BCCU) UNTUK APLIKASI SOLAR HOME SYSTEM (SHS)

Andriani Parastiwi. Kata-kata kunci : Buck converter, Boost converter, Photovoltaic, Fuzzy Logic

RANCANGAN SENSOR ARUS PADA PENGISIAN BATERAI DARI PANEL SURYA

Perancangan Simulator Panel Surya Menggunakan LabView

BAB II LANDASAN TEORI

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

ANALISIS PERBANDINGAN HASIL OPERASI CCM DAN DCM PADA DC CHOPPER TIPE CUK

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE-VOLTAGE CONTROL BERBASIS dspic30f4012

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. digunakan, dari mulai jam, perangkat portabel hingga mobil listrik yang mulai

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino

Desain dan Implementasi Tapped Inductor Buck Converter dengan Metode Kontrol PI pada Rumah Mandiri

RANCANG BANGUN BIDIRECTIONAL CONVERTER MENGGUNAKAN KONTROL PROPORTIONAL-INTEGRAL UNTUK SISTEM PENGEREMAN REGENERATIF

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

1 BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu kelistrikan yang menggabungkan ilmu elektronika dengan ilmu ketenaga-listrikan.

Desain dan Simulasi Konverter Boost Multilevel sebagai Catu Daya Kendaraan Listrik

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

RANCANG BANGUN KONVERTER BUCK BOOST MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK UNIVERSITAS TELKOM

Desain dan Simulasi Konverter Boost Multilevel sebagai Catu Daya Kendaraan Listrik

Perancangan dan Realisasi Konverter DC-DC Tipe Boost Berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535

Desain dan Implementasi Self Tuning LQR Adaptif untuk Pengaturan Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MULTI-INPUT KONVERTER DC-DC PADA SISTEM TENAGA LISTRIK HIBRIDA PV/WIND

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

BAB 3 DISAIN RANGKAIAN SNUBBER DAN SIMULASI MENGGUNAKAN MULTISIM

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perbaikan Performa DC-Link Inverter Satu Fasa Menggunakan Interleaved DC-DC Boost Konverter pada Aplikasi Photovoltaics

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1375

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

Rancang Bangun Catu Daya Tenaga Surya Untuk Perangkat Audio Mobil

Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro,Universitas Telkom 2. Prodi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro,Universitas Telkom

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN BATERAI PADA DC POWER HOUSE

Transkripsi:

B272 Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor Darus Setyo Widiyanto, Heri Suryoatmojo, dan Soedibyo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail: darus13@mhs.ee.its.ac.id; suryomgt@ee.its.ac.id; dibyosoe@gmail.com Abstrak - Baterai Lithium Polymer merupakan baterai yang banyak digunakan pada saat ini, baterai Lithium Polymer dapat mensuplai dengan arus yang tinggi hingga mencapai dua puluh kali kapasitasnya. Selain itu desain baterai Lithium Polymer lebih kecil dibangkan dengan baterai Lead Acid maupun Ni-CD dengan kapasitas yang sama. Akan tetapi baterai Lithium Polymer mempunyai beberapa kelemahan. Salah satunya yaitu dapat rusak jika overcharging dan over discharging. Pada alat alat tertentu sel baterai Lithium Polymer disusun secara seri untuk menaikkan tegangannya. Penyusunan sel baterai secara seri membuat perbedaan tegangan saat charging maupun discharging pada masing sel baterai. Perbedaan tegangan tersebut menyebabkan sel baterai tidak terisi penuh secara bersamaan sehingga menyebabkan overcharging pada sebagian sel baterai. Hal ini menyebabkan rusaknya sel baterai dan bisa menyebabkan baterai meledak. Pada penelitian ini akan didesain dan diimplementasikan Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor. Penyeimbang ini merupakan pengembangan dari Buck-boost converter dengan penambahan induktor dan flying capacitor. Hasil implementasi menunjukkan bahwa penyeimbang baterai dapat menyeimbangkan tegangan tiga sel baterai dengan perbedaan tegangan yang tinggi. Disamping itu desain alat ini lebih sederhana dibandingkan dengan metode lain sehingga mudah untuk diaplikasikan. Kata Kunci : Lithium Polymer, Dual Induktor, Penyeimbang Baterai I. PENDAHULUAN PENGGUNAAN baterai lithium polymer semakin tinggi karena mempunyai banyak kelebihan seperti tegangan yang tinggi, kapasitas besar dengan ukuran fisik kecil, tidak ada efek memori, dan minim polusi. Umumnya pada peralatan berkapasitas besar dibutuhkan lebih dari satu baterai untuk catu dayanya. Baterai tersebut disusun secara seri atau pararel pada sebuah wadah khusus yang disebut battery pack. Setiap sel baterai pada battery pack mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini menyebabkan perbedaan waktu pengisian maupun pengosongan pada tiap sel baterai sehingga baterai tidak terisi penuh secara bersamaan. Jika ketidak seimbangan tersebut tidak dikontrol maka, akan berpotensi membahayakan sel baterai tersebut. Untuk memperpanjang umur baterai dan sebagai pengaman baterai dibutuhkan alat penyeimbang (balancer) yang berfungsi untuk menyeimbangkan tegangan tiap sel baterai sehingga sel baterai terhindar dari overcharging. Berdasarkan aliran energi yang melalui sel baterai, proses penyeimbangan baterai dikategorikan dalam dua jenis, yaitu penyeimbang pasif dan penyeimbang aktif. Penyeimbangan secara pasif dilakukan dengan membuang muatan dari baterai yang bertegangan paling tinggi menggunakan resistor dan transistor. Penyeimbang secara pasif mempunyai efisiensi nol, karena energi dari kelebihan muatan pada baterai diserap oleh resistor. Sedangkan pada penyeimbang aktif, energi dari baterai yang bertegangan lebih tinggi dapat dialirkan menuju baterai yang mempunyai tegangan lebih rendah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dua Inductor merupakan penyeimbang aktif yang terdiri dari dua buah induktor, satu kapasitor, tiga diode, empat saklar frekuensi tinggi, dan sebuah switch array untuk mengalirkan energi dari sel baterai yang bertegangan lebih tinggi menuju baterai dengan tegangan yang lebih rendah. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mempersingkat waktu penyeimbangan karena energi dari sel yang bertegangan paling tinggi dapat dialirkan secara langsung menuju baterai yang mempunyai tegangan lebih rendah. II. URAIAN PENELITIAN Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor adalah sebuah alat penyeimbang (balancer) tegangan baterai jenis cell to pack yang terdiri dari dua buah induktor, empat saklar frekuensi tinggi, diode serta sebuah flying capacitor yang berfungsi untuk mentransfer energi dari satu sel baterai menuju ke seluruh sel baterai dalam satu modul[2]. Rangkaian dari Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor dapat dilihat pada Gambar 1.

B273 Gambar 3 Arah aliran arus fase pertama 2. Fase II Fase II adalah periode saat ton1~(ton1 + td) dimana semua saklar off sedangkan arus I1 menuju ke kapasitor C seperti pada Gambar 4. Diode D1 digunakan untuk menghindari condisi resonansi dari C dan L1[1]. Gambar 1 Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor Komponen utama pada alat ini adalah converter berbasis dual induktor. Untuk mempermudah, rangkaian dari converter berbasis dual induktor dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 4 Fase II 3. Fase III Fase ketiga terjadi pada saat (ton1 + td) sampai dengan (ton1 + td + ton2). Pada fase ini saklar S3 dan S4 off. Pada fase ketiga kapasitor akan mengalirkan energi ke L2 sehingga terjadi resonansi antara C dengan L2[1]. Periode dari resonansi LC dapat dihitung dengan persamaan. T LC2 = 2π L 2 C (2.8) Agar C bekerja pada mode non zero current, maka Gambar 2 converter berbasis dual induktor Prinsip kerja dari adalah converter berbasis dual induktor dibagi menjadi empat fase[1]. 1. Fase I Arah aliran arus fase pertama dapat dilihat pada Gambar 3. Pada fase pertama (0 ~ ton1) S1 dan S2 on sehingga sel 2 mengisi induktor L1 besarnya arus pada fase pertama dapat dihitung dengan persamaan I 1 (t) = V sel2 R 1 R 1 t (1 e L 1 ) (2.6) Dimana Vsel2 adalah terminal dari sel2, R1 adalah resistansi dari induktor dan L1 adalah induktansi dari L1. Dalam keadaan normal, nilai R1 sangat kecil sehingga dapat diabaikan menjadi[1]. I 1 (t) = V sel2 L 1 t (2.7) TLC2 / 4 > ton2 (2.9) Sehingga nilai minimum kapasitor adalah C min 4t 2 on2 (2.10) π 2 L 2 Jika kapasitas C terlalu besar maka pada L1 akan terjadi saturasi magnetik sehingga mengurangi efisiensi[1]. untuk menghindari hal tersebut maka nilai Cmax ditentukan dengan persamaan TLC1 / 4 < (2tD + ton2) (2.11) Dimana T LC1 = 2π L 1 C (2.12) Sehingga didapatkan C max < 4(2t D+t on2 ) 2 π 2 L 1 (2.13) 4. Fase IV Fase keempat berlangsung pada saat (ton1 + td + ton2) hingga T. Pada fase ini S3 dan S4 off sementara S1 dan S2 on. Aliran arus dapat dilihat pada Gambar 5. L2 mengisi modul baterai

B274 sementara sel 2 kembali mengisi L1. Arus pengisian dari L2 ke modul baterai adalah I 2 (t) = V batt R 2 R 2 t + e L 2 (IM2 + V batt ) (2.14) R2 baterai kemudian membandingkan sel yang lain sehingga didapatkan sebuah sel dengan tegangan tertinggi. Flow Chart dari kontroler dapat dilihat pada Gambar 7. Dimana Vbatt adalah tegangan terminal dari modul baterai, L2 adalah induktansi L2, R2 adalah resistansi dari induktor L2 dan IM2 adalah arus L2 saat (ton1 + td + ton2). Dalam keadaan normal, resistansi dari induktor L2 sangat kecil sedangkan nilai L1 sama dengan nilai L2 sehingga persamaan (2.14) dapat disederhanakan menjadi[1]. I 2 (t) = I M2 V batt t (2.15) L Gambar 5 Aliran arus pada fase IV III. A. Blok Diagram DESAIN, SIMULASI DAN IMPLEMENTASI Perancangan dan pembuatan penyeimbang baterai berbasis dual induktor menggunakan mikrokontroler ATMEGA8 sebagai kontroler utama dan pembangkit pulsa PWM mengacu pada blok diagram yang ditunjukkan pada Gambar 6. Input dari alat ini adalah tegangan dari salah satu sel pada modul baterai yang dipilih oleh kontroler utama melalui relay. Tegangan tersebut dinaikkan oleh konverter dual 274nduktor menjadi setara dengan tegangan total dari modul baterai yang kemudian dimasukkan kembali ke modul baterai melalui charge bus. Gambar 7 Flow Chart Kontroler Utama C. Perancangan Pembangkit Pulsa PWM Pembangkit pulsa pwm terdiri dari sebuah mikrokontroler ATMEGA8 yang diprogram untuk membangkitkan pulsa PWM dengan duty cycle PWM 1 75% dan PWM 2 = 76% dimana PWM 2 adalah inverting dari PWM 1. Bentuk gelombang PWM1 dan PWM2 ditunjukkan pada Gambar 8 Frekuensi PWM ditentukan dengan persamaan f PWM = f clk 510 prescaler (3.2) Dimana fpw M = frekuensi pwm fclk = frekuensi clock prescaler = faktor pembagi Gambar 6 Blok Diagram Sistem B. Perancangan Kontroler Utama Kontroler utama dari penyeimbang baterai terdiri dari mikrokontroler ATMEGA8, rangkaian pembagi tegangan dan LCD. Mikrokontroler akan memonitor tegangan tiap sel dengan frekuensi clock sebesar 12Mhz maka didapatkan frekuensi PWM sebesar f PWM = 12000000 510 1 fpw M = 23,5 Khz

B275 Ib = Arus basis Ic = Arus colector Rb = Hambatan pada kaki basis Vce = Tegangan colector emitor hfe = nilai penguatan arus DC Transistor TIP 2955 dan TIP3055 mempunyai nilai hfe minimum 20 sehingga nilai Rb Ib = 2 20 Gambar 8 Pulsa PWM 1 dan PWM 2 D. Menghitung Nilai Induktor Pada Konverter Berbasis Dual Inductor, nilai dari induktor 1 sama dengan nilai induktor 2 dimana fswitch = 23,5kHz T = 42,5us D1 = 75% Ton1 = 31,87us Im1 = 1,5A Dengan menggunakan persamaan (2,7) maka didapatkan L = Vsel Im t on1 L = 4,2 1,5 31,8us L = 89,23 Uh 100Uh Ib = 0,1 A Rb = 4,2 0,6 0,1 Rb = 36Ω 33Ω G. Simulasi Konverter Berbasis Dual Inductor Karena keterbatasan software simulasi PSIM maka, simulasi hanya dapat dilakukan pada modul Konverter Berbasis Dual Inductor saja. Skema simulasi dari Konverter Berbasis Dual Inductor ditunjukkan pada Gambar 9 E. Menghitung nilai kapasitor L = 100 Uh Ton1 = 31,87 us 2TD + TON2 = 42,5 31,87 2TD + TON2 = 10,63 us Dengan menggunakan rumus persamaan (2,13), maka nilai kapasitas kapasitor maksimum adalah C max = 4(10,63us )2 3,14 2 100uH Cmax = 0,46 Uf 0,47 Uf F. Perancangan Swtich S1 dan S2 Saklar frekuensi tinggi SI dan S2 pada rangkaian konverter ini beroperasi pada tegangan rendah yaitu 4V, sehingga mosfet tidak dapat digunakan karena tegangan treshold minimum dari mosfet tidak terpenuhi. Oleh karena itu saklar S1 dan S2 menggunakan transistor sebagai switch frekuensi tinggi karena transistor bekerja berdasarkan arus pada kaki basis. Gambar 9 Skema Simulasi Konverter Berbasis Dual Inductor Antara PWM 1 dan PWM2 terdapat jeda waktu TD sebesar 1Us. Jeda waktu ini berfungsi untuk membuat flying capacitor berada pada mode non zero current. Dimana arah tegangan kapasitor tidak berubah sedangkan arus kapasitor tidak berhenti di titik nol seperti pada gambar10, sehingga kapasitor dapat bekerja sebagai buffer L1. Arus pada induktor L1 akan berpindah ke induktor L2. Hal ini menyebabkan arus peak dari induktor L1 sama dengan arus peak dari induktor L2 Bentuk gelombang hasil simulasi ditunjukkan pada gambar 11. Ib = Ic hfe Rb = Vce 0,6 Ib (3.3) (3.4) Dimana Gambar 10 Arus dan Tegangan Kapasitor

B276 polymer yang berbeda. Pengujian dilakukan sebagaimana disebutkan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Kondisi Pengujian Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor. parameter Kondisi Frekuensi 23,53kHz PWM1 75% PWM2 24% T B 10S Baterai Li-Po 3 sel 1600mAh Status sel Sel1 : 3,93V; sel2 :4V ; sel3: 3,82V Status balancer Discharge bus terhubung ke sel 2 A. Pengujian Induktor PWM1, PWM2, IL1, IL2, VC, dan IC Bentuk gelombang hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 13. PWM1 PWM2 Gambar 11 Bentuk gelombang hasil simulasi H. Implementasi Konverter Berbasis Dual Inductor Implementasi dari Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor disesuaikan seperti pada Gambar 6. Implementasi dari Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor dapat dilihat pada gambar 12 sedangkan komponen yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Spesifikasi Komponen Komponen Nilai Induktor L1 100uH Induktor L2 100uH Kapasitor 0,47uF N-Mosfet Irf 540 P-Mosfet Irf 9830 Transistor PNP TIP 2955 Transistor NPN TIP 3055 Diode 1N5822 Driver Mosfet TLP 250 IL1 VC IC IL2 Gambar 13 Bentuk gelombang hasil pengujian Gambar 12 Implementasi dari Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor IV. PENGUJIAN Pengujian yang dilakukan adalah pengujian, arus induktor L1, arus induktor L2, tegangan kapasitor, arus kapasitor, dan pengujian terhadap tiga kondisi baterai lithium Di dalam simulasi, arus induktor L1 dapat menyentuh angka nol sedangkan pada implementasi arus induktor selalu lebih dari nol. Hal ini disebabkan karena dalam simulasi dan perhitungan, induktor diasumsikan ideal sedangkan pada implementasi komponen yang digunakan tidak ideal.. polaritas tegangan pada kapasitor tidak berubah, hal ini menunjukkan bahwa kapasitor bekerja pada mode buffer. Induktor L2 bekerja berdasarkan PWM2. Ketika t2 pada PWM2 on, maka induktor L2 charging. Ketika t2 off, maka induktor L2 mengisi baterai. Pada simulasi, Arus yang melalui induktor L2 sama dengan arus yang melalui induktor L1, sedangkan pada implementasi arus induktor L2 berbeda dengan arus pada L1. Hal ini dikarenakan komponen yang dipakai pada alat ini tidak ideal. Pengujian Terhadap Kondisi Baterai: 1. Kondisi dua baterai under voltage Pengujian terhadap Kondisi dua baterai under voltage dapat dilihat pada gambar 14.

OCV (V) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B277 4.2 4 3.8 3.6 3.4 3.2 sel1 sel2 sel3 0 5 1015202530354045505560657075808590 Waktu(menit) Gambar 14 Pengujian terhadap Kondisi dua baterai under voltage OCV 4.2 4.15 4.1 4.05 4 sel1 sel2 sel3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Waktu(menit) Gambar 16 Kondisi ketiga sel baterai normal ocv Diketahui bahwa untuk menyeimbangkan tegangan dari dua dari tiga sel yang under voltage dibutuhkan waktu 70 menit. Kedua sel baterai yang mempunyai OCV awal 3,61V dan 3,51V meningkat menjadi 3,69V sedangkan pada sel baterai yang mempunyai OCV awal 4,02V menurun menjadi 3,7V 2. Kondisi satu sel baterai under voltage Pengujian terhadap Kondisi satu baterai under voltage dapat dilihat pada gambar 15. 4.2 4 3.8 3.6 3.4 3.2 0 15 30 45 60 75 90 105120135150165180195 Waktu (menit) Gambar 15 Kondisi satu baterai under voltage sel1 sel2 sel3 Dari Gambar 15 diketahui bahwa proses penyeimbangan pada kondisi kedua membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan proses penyeimbangan pada kondisi 1 dimana proses penyeimbangan membutuhkan waktu 175 menit. Tegangan sel 2 baterai awal 3,61 meningkat dengan cepat hingga 3,7v dalam waktu 40 menit. Kemudian peningkatan tegangan berjalan lebih lambat hingga mencapai 3,75V pada menit ke- 175. V. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data, hasil simulasi dan pengujian implementasi alat Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut 1. Penyeimbang Baterai Berbasis Dual Inductor dapat digunakan pada battery pack dengan tingkat ketidakseimbangan yang tinggi hingga 0,5V. 2. Waktu penyeimbangan tegangan OCV baterai tergantung dari perbedaan tegangan antar sel baterai. Semakin besar perbedaan tegangan antar sel baterai maka semakin lama proses penyeimbangannya. 3. Tegangan total dari battery pack setelah proses penyeimbangan lebih kecil dibandingkan dengan tegangan total dari battery pack sebelum proses penyeimbangan. Hal ini dikarenakan terjadi loses saat proses penyeimbangan dan akibat dari efisiensi pengisisan dari baterai. DAFTAR PUSTAKA [1] Dai, Haifeng., Wei, Xuezhe., Sun, Zechang., dan Wang, Daizhuang., A novel dual-inductor based charge equalizer for traction battery cells of electric vehicles, Electrical Power and Energy Systems, Shanghai, 2014. [2] Xu, Jun., Li, Siqi., Mi, Chris., Chen, Zheng dan Cao, Binggang., SOC Based Battery Cell Balancing with a Novel Topology and Reduced Component Count, energies ISSN 1996-1073, 2013 3. Kondisi ketiga sel baterai normal Pengujian terhadap Kondisi ketiga sel baterai normal dapat dilihat pada gambar 16. Dari gambar 4.8 diketahui bahwa proses penyeimbangan memerlukan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan kondisi 1 dan kondisi 2. Hal ini dikarenakan perbedaan tegangan antar sel yang kecil sehingga ketiga sel baterai mempunyai tegangan yang seimbang dalam waktu 35 menit.