Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall Judul :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA ASPEK SOFT SKILLS

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa diberbagai bidang,

BAB I PENDAHULUAN. bebas ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan usaha. Pesatnya perkembangan teknologi telah

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja merupakan salah satu upaya manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

STRATEGI KEMITRAAN SMK DENGAN STAKEHOLDERS DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN LULUSAN

MODEL ON THE JOB TRAINING PENINGKATAN KETERAMPILAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Bab II Kedudukan, Fungsi dan Tujuan pasal 6 menyatakan bahwa: Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

PENINGKATAN KEMAMPUAN SKILL LULUSAN MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS INDUSTRI (INDUSTRIAL BASED PROGRAM) SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, dan (3) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. saat ini matematika dianggap sebagai program pendidikan yang berperan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pelatihan pada hakikatnya adalah suatu sub sistem

MODEL KURIKULUM MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN. Kerja Praktik Industri merupakan salah satu mata kuliah wajib jurusan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

tugas yang dilakukannya. Sumber Daya Manusia yang disoroti pengembangannya dalam penelitian ini adalah SDM karyawan sebuah perusahaan di Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II Tinjauan Umum Perusahaan 2.1. Data Perusahaan Identitas Perusahaan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Soft Skills. a. Pengertian Soft Skills. Permintaan dunia kerja terhadap kriteria calon pekerja dirasa

PENINGKATAN KUALITAS LULUSAN SISWA MELALUI PELATIHAN KOMPUTER AKUNTANSI DASAR BERBASISKAN ACCURATE

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan- perubahan mendasar, baik yang terjadi secara nasional maupun

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan dengan perubahan. Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi

Siaran Pers Kemendikbud: Revitalisasi SMK Untuk Produktivitas dan Daya Saing Bangsa   Rabu, 17 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

Kualitas kualitas Penting seorang Juara

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai hak dan kewajiban setiap warga negara yaitu : Tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

Personal Philosophy Pages

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prihantini, 2014

Indonesia KURIKULUM SMK. Sekolah Menengah Kejuruan. Dadang Hidayat M LOGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

PENGARUH PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN HARDSKILL

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

Transkripsi:

Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall 1998 Judul : High School Graduate Employment Trends and the Skills Graduates Need to Enter Texas Manufacturing Industries John E. De Leon Southwest Texas State University Ralph E. Borchers Southwest Texas State University Oleh : Widarto S3 PTK / 08702261009 Abstrak Banyak telah ditulis mengenai keterampilan kerja yang menjamin keberhasilan kerja namun sangat sedikit yang menulis terkait dengan sektor industri, khususnya manufaktur. Kajian ini dilakukan untuk menentukan keadaan saat ini dan proyeksi tren pekerjaan lulusan SMA berdasarkan kebutuhan industri di Texas. Tujuannya adalah untuk menemukan kompetensi spesifik/dasar akademik dan keterampilan kejuruan lulusan SMA bila ditinjau dari kebutuhan industri manufaktur di Texas. Survei dilakukan terhadap 210 perusahaan di Texas dengan melibatkan 500 karyawan lebih. Diprediksikan bahwa akibat masuknya teknologi baru di tempat kerja, lulusan SMA akan lebih diperlukan karena mereka memiliki kemampuan akademis lebih baik. Kajian ini juga menemukan saat ini dan proyeksi bahwa pekerjaan di industri manufaktur lebih memerlukan lulusan SMA. Jenis keterampilan yang dicari untuk memasuki kerja adalah orang lulusan SMA yang memiliki keterampilan khusus. Pendahuluan Spille (1994) menyatakan bahwa kompetensi akademik : membaca, menulis, komputasi, berbicara, dan mendengarkan; dan kompetensi sosial : kerjasama tim, kepemimpinan, dan berorganisasi berperan dalam menunjang karir seseorang. Untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, di antara sekian kompetensi itu, yang paling penting bagi setiap karyawan adalah: membaca, menulis dan komputasi. Dalam buku berjudul Teaching Workplace Skills, Koffel (1994) berpendapat "seorang pendidik banyak menghabiskan waktu membahas teori, berbagi pengetahuan, percobaan dan mencari konsep, sementara industri ingin melihat karyawan yang dapat melakukan sesuatu. Menurut Cetron (1998) 50% pekerjaan baru tahun 2000 akan memerlukan lulusan SMA, sedangkan 30%nya dari lulusan perguruan tinggi. Jelaslah bahwa permintaan karyawan yang berpendidikan SMA, masih banyak dibutuhkan industri. 1

Tujuan Telah banyak ditulis tentang pendidikan vokasi yang menunjang keterampilan dan menjamin keberhasilan kerja, tetapi masih sangat sedikit yang memfokuskan pada aspek ketenagakerjaan sektor industri, khususnya manufaktur. Selain itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa terdapat sejumlah lulusan SMA kemungkinan tidak akan melanjutkan ke pendidikan tinggi. Untuk itu, perlu dikaji relevansi antara jenis pendidikan dan keterampilan yang diperlukan oleh industri manufaktur dengan ijazah. Tiga pertanyaan tersebut di bawah disampaikan kepada karyawan yang bekerja di perusahaan manufaktur di Texas, yakni : 1. Apakah saat ini industri menerima karyawan yang hanya memiliki ijazah perguruan tinggi? 2. Apakah industri berkecenderungan untuk mempekerjakan orang yang hanya memiliki ijazah perguruan tinggi? 3. Apakah jenis keterampilan (yakni, akademis, teknis, interpersonal) yang diperlukan dari lulusan SMA? Metode Pernyataan dikelompokkan ke dalam sembilan kategori keterampilan, yakni : (a) membaca, menulis, (b) matematika, (c) komunikasi, (d) berpikir kritis, (e) interaksi kelompok, (f) pengembangan pribadi, (g) keterampilan komputer, (h) teknis sistem, dan (i) kepemimpinan. Survei dilakukan terhadap 210 perusahaan di Texas dengan melibatkan lebih dari 500 karyawan yang diperoleh melalui Direktori Texas Manufaktur di University of Texas di Austin. Survei dikirim ke departemen sumber daya manusia masing-masing perusahaan. Surat pendahuluan kajian telah dikirimkan sekitar 1-1/2 bulan sebelumnya. Sebanyak 96 perusahaan menanggapi; 16 dianggap tidak bisa digunakan karena mereka tidak lengkap. Temuan Berdasarkan pada hasil survei, kategori responden, dibagi menjadi empat kelompok, yakni secara berurutan sebagai berikut : 68% mewakili bagian SDM, 10% mewakili bagian Diklat, 10% manajer lapangan, dan 10% manajer humas serta 2% responden bagian departemen produksi. Diprediksikan bahwa akibat masuknya teknologi baru di tempat kerja, lulusan SMA akan lebih diperlukan karena mereka memiliki kemampuan akademis yang lebih baik. Kajian ini juga menemukan saat ini dan proyeksi pekerjaan lebih memerlukan lulusan SMA. Jenis keterampilan yang dicari untuk memasuki kerja adalah 2

orang lulusan SMA dengan keterampilan khusus. Temuan studi ini sangat relevan hasil penelitian sebelumnya dari proyek ENCCARE. Analisis Kritis Kelebihan 1: Pendidikan di SMA lebih efisien bila dibanding dengan pendidikan SMK. Membandingkan antara keduanya memang tidak proporsional, tetapi pendidikan seharusnya bukan hanya dipandang sebagai kegiatan konsumtif, namun diakui sebagai suatu investasi sumber daya manusia. Investasi penyelenggaraan pendidikan di SMK jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan di SMA. Sementara anatar keduanya akan sama-sama memberikan sumbangan terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui cara-cara meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan produktivitas. Oleh karena itu, menjadi hal yang urgen bila pendekatan perencanaan pendidikan khususnya pendidikan menengah perlu mengakomodasi prinsip human investment sebagai salah satu pendekatan dalam rangka mencapai efektivitas dan efesiensi. Kelebihan 2 : Lulusan SMA lebih fleksibel ketika masuk dunia kerja. Selama proses pendidikan di sekolah, pembelajaan SMA dirancang untuk pengembangan aspek intelektualitasnya. Diyakini bahwa, orang yang memiliki kadar intelektualitas lebih tinggi memiliki kemampuan adaptabilitas lebih baik. Artinya, orang yang demikian akan lebih mudah untuk dikembangkan ke arah yang diinginkan. Terbukti, pekerja yang berasal dari lulusan SMA lebih cepat beradaptasi dengan jenis pekerjaan yang lebih mengutamakan kecerdasan akademik. Oleh karena itu sudah saatnya SMA perlu didorong untuk merubah orientasi pembelajarannya yakni untuk menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja. Peningkatan fasilitasi pembelajaran, diversifikasi praktikum, dan kajian relevansi kurikulum merupakan langkah awal yang dapat dilakukan sekolah untuk menyiapan lulusannya masuk kerja. Kelebihan 3 : Lulusan SMA memiliki potensi berkembang lebih luas bila dibanding lulusan SMK. Pada awalnya,anak didik SMA dipersiapkan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi pasa kenyataannya, banyak juga para lulusan SMA yang langsung masuk dunia kerja. Bahkan banyak di antaranya juga sukses masuk industri manufaktur. Berdasarkan hasil studi, anak lulusan SMA dalam jangka waktu sekitar 4 bulan sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Bahkan dia mampu mengimbangi pekerja 3

lulusan SMK khususnya pada bidang-bidang pekerjaan yang bukan keteramplan fisik. Hal ini membuktikan bahwa lulusan SMA lebih fleksibel dan lebih berpotensi untuk berkembang. Kepada lulusan SMA tinggal menambahkan keterampilan khusus yang terkait langsung dengan bidang pekerjaannya. Pola pembekalan (training) yang dapat dilakukan oleh industriadalah training internal. Hal ini dimungkinkan karena ketersediaan sumberdaya selain kompleksitas pekerjaan. Atau langsung ditempatkan bekerja sambil pelatihan dengan sistem magang kepada karyawan senior. Hal ini karena kemampuan dasar yang dimiliki dirasa mencukupi. Oleh karenanya pelatihan yang dilakukan lebih memasukkan aspek-aspek yang praktis. Kelemahan 1 : Dalam hal kesesuaian antara kompetensi yang diberikan oleh sekolah dengan yang dibutuhkan dalam dunia industri terlihat bahwa terdapat kesenjangan antara apa yang dibekalkan oleh SMA dengan kinerja lulusan di industri manufaktur. Temuan ini menjadi masukan yang berarti bagi SMA untuk semakin memperkecil kesenjangan yang terjadi. Semakin kecil kesenjangan yang terjadi menunjukkan bahwa semakin berhasil SMA dalam mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja. Dilihat dari aspek-aspek kompetensi berupa hard skill dan soft skill, tampak bahwa kesenjangan aspek soft skill lebih mendominasi daripada aspek hard skill. Pengembangan secara berimbang hard skill dan soft skill selaras dengan peran pendidikan sebagai upaya memberikan pengetahuan dan keterampilan serta menanamkan nilai, sehingga dapat membentuk jatidiri individu. Skill dan knowledge sering disebut hard competencies, sedangkan self concept, traits dan motives disebut soft competence. Dalam menghadapi perubahan tuntutan dunia kerja yang cepat maka diperlukan tenaga kerja yang tidak hanya mempunyai kemampuan bekerja dalam bidangnya (hard competencies) namun juga sangat penting untuk menguasai kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu sendiri (soft competence). Dalam konteks kajian ini, menjadi tantangan pendidikan menengah untuk mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut secara terpadu dan tidak berat sebelah agar mampu menyiapkan SDM utuh yang memiliki kemampuan bekerja dan berkembang di masa depan. Kelamahan 2 : Berdasarkan identifikasi kesenjangan kompetensi yang dimiliki lulusan SMA untuk bekerja di industri, tampak bahwa kelemahan dan kekurangan lulusan SMA sebagai tenaga kerja baru di industri lebih banyak pada aspek soft skill seperti adaptasi, percaya diri, kerjasama tim manajemen diri, kedisiplinan, inisiatif, mental kerja dan sejenisnya. Di 4

samping itu beberapa industri sudah mulai menuntut lulusan SMA untuk melakukan perencanaan proses produksi meskipun dalam lingkup sederhana. Hal ini kiranya menjadi masukan bagi SMA dalam mendesain pembelajarannya. Kelamahan 3 : Lulusan SMA masih perlu program chain conversion, antara lain perlunya penambahan kompetensi lulusan dengan kemampuan merencanakan pekerjaan (sederhana), kemampuan dalam K3, kemampuan memahami bahan berbahaya, pemahaman mutu dan instruksi kerja yang lebih banyak. Beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai faktor chain conversion antara lain perlunya penambahan kompetensi lulusan dengan kemampuan merencanakan pekerjaan (sederhana), kemampuan dalam K3, kemampuan memahami bahan berbahaya, pemahaman mutu dan instruksi kerja. Sedangkan aspek soft skill yang perlu ditekankan antara lain etos kerja, disiplin, kerjasama tim, kemampuan bersaing dan mental kerja. *******W******* 5