MENGHUBUNGKAN IDE-IDE MATEMATIK MELALUI KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak pakar matematika, baik pendidik maupun peneliti yang. (1997) yang menyatakan bahwa much discucion and concern have been

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI. Dianne Amor Kusuma Jurusan Matematika FMIPA UNPAD.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

STRUKTUR KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS X PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irvan Noortsani, 2013

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA MELALUI COLLABORATIVE ANALYSIS OF SAMPLE STUDENT RESPONSES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat untuk perkembangan teknologi modern. Tidak hanya sebagai penghubung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

Meningkatkan Kemampuan Operasi Dasar Aljabar Kelas X Melalui PBL Berpendekatan Algebraic Reasoning

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

2014 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam pengertian individu memiliki potensi untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi era globalisasi itu diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Transkripsi:

MENGHUBUNGKAN IDE-IDE MATEMATIK MELALUI KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH Kartika Yulianti Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA - Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setyabudhi, Bandung 40154 Telp. (0) 004508, Fax (0) 004508 e-mail: ykar_tika @ yahoo.com Abstrak Kemampuan koneksi matematik merupakan salah satu kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika. Dengan mengetahui hubungan-hubungan matematika, siswa akan lebih memahami matematika dan juga memberikan mereka daya matematik lebih besar. Kegiatan pemecahan masalah merupakan akitivitas yang membantu siswa untuk dapat mengetahui hubungan berbagai konsep dalam matematika dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Peranan pembelajaran pemecahan masalah terhadap upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematik, antara lain: beragamnya ide-ide yang dihasilkan, langkah-langkah penyelesaian yang bersifat transferable, serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: Pendekatan Pemecahan Masalah, Koneksi Matematik. 1. Pendahuluan Diungkapkan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) (TIM MKPBM, 001: 56) bahwa salah satu tujuan diberikannya matematika di sekolah adalah mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dinyatakan bahwa siswa dapat mengetahui dan memahami relevansi matematika dengan kehidupan sehari-hari serta menggunakannya menjadi aspek penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Selain itu, sebagai pembekalan mereka menghadapi tantangan kehidupan, para siswa juga perlu dibiasakan menggunakan keterampilan berpikirnya untuk menyelesaikan soal-soal yang berupa pemecahan masalah, sebab disadari atau tidak, dalam kehidupan manusia sehari-hari tidak lepas dari masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Jarret (000) solving problems is a basic human drive. Dalam pembelajaran diperlukan kondisi yang menunjang agar siswa dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam GBPP. Hal tersebut akan sangat sulit terpenuhi jika dalam pembelajaran, siswa hanya beraktifitas menyimak, mencontoh, dan 1

menggunakan algoritma rutin. Sebagai tindak lanjutnya sangat diharapkan agar guru memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, serta koneksi matematiknya. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat ditingkatkan salah satunya melalui kegiatan pemecahan masalah. Berikut ini akan disajikan bagaimana pembelajaran pemecahan masalah dapat menghubungkan ide-ide matematik, beserta contoh. Namun sebelumnya akan diuraikan terlebih dahulu mengenai koneksi matematik.. Koneksi Matematik Koneksi matematik dapat diartikan sebagai hubungan ide-ide matematik. National Council Teacher Mathematics (NCTM) (dalam Ruspiani, 000:10) membagi koneksi matematika menjadi dua jenis yaitu 1) hubungan antara dua representasi yang ekivalen dalam matematika dan prosesnya yang saling berkorespondensi, ) hubungan antara matematika dengan situsi masalah yang berkembang di dunia nyata atau pada disiplin ilmu lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa koneksi matematika tidak hanya menghubungkan antar topik dalam matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai ilmu lain dan dengan kehidupan. Lebih lanjut, Ulep, dkk. (000: 6) menguraikan indikator koneksi matematik, sebagai berikut: - Menyelesaikan masalah dengan menggunakan grafik, hitungan numerik, aljabar, dan representasi verbal. - Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru. - Menyadari hubungan antar topik dalam matematika. - Memperluas ide-ide matematik. Kemampuan koneksi matematik merupakan salah satu aspek kemampuan matematik penting yang harus dicapai melalui kegiatan belajar matematika. Mengapa penting? Sebab dengan mengetahui hubungan-hubungan matematik, siswa akan lebih memahami matematika dan juga memberikan mereka daya matematik lebih besar. NCTM (18: 354) mengemukakan: their ability to use a wide range of mathemtical representations, their access to sophisticated technology, the connections they make with other academic disciplines, especially the sciences and social sciences, give them greater mathematical power. Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa kemampuan siswa untuk menggunakan berbagai representasi matematika, keahliannya dalam bidang teknologi, serta membuat

keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain, memberikan mereka daya matematik yang lebih besar. Bruner (dalam Ruseffendi, 11: 15) juga mengemukakan bahwa agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan, baik kaitan antara dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dan topik, maupun antara cabang matematika (aljabar dan geometri misalnya). Selain itu, Ruspiani (000: 0) berpendapat bahwa jika suatu topik diberikan secara tersendiri, maka pembelajaran akan kehilangan satu momen yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika secara umum. 3. Peranan Pembelajaran Pemecahan Masalah Kegiatan pemecahan masalah merupakan akitivitas yang membantu siswa untuk dapat mengetahui dan menyadari hubungan berbagai konsep dalam matematika dan juga aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Adapun peranan pembelajaran pemecahan masalah terhadap upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematik, antara lain: a. Free Production Masalah yang bersifat non rutin dan terbuka (open ended problem solving) menjadi fokus pada pembelajaran pemecahan masalah. Jika masalah yang disajikan adalah soalsoal rutin, maka hal tersebut akan lebih tepat disebut sebagai latihan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Jarret (000) bahwa true problem solving involves nonroutine or open-ended problems. Soal non rutin adalah soal yang penyelesaiannya secara eksplisit belum ada. Sedangkan masalah terbuka adalah masalah yang memiliki banyak jawaban atau cara. Siswa dihadapkan pada soal yang seperti ini, mereka belum mengetahui algoritma / prosedur untuk menyelesaikannya sehingga mereka menggunakan berbagai cara dan strategi untuk menyelesaikan soal tersebut. Selain itu karena sifat soalnya yang terbuka, siswa memperoleh kebebasan untuk membuat keputusan pendekatan atau strategi apa yang akan digunakan. Untuk mendukung pembelajaran pemecahan masalah, setting kelas yang digunakan biasanya mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil (small group cooperative learning). Dalam kelompoknya siswa mendiskusikan masalah yang dihadapi, kemudian hasilnya dikomunikasikan dalam diskusi kelas, siswa mengemukakan idenya masingmasing. 3

Dengan setting kelas seperti itu sangat memungkinkan diperoleh hasil atau cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Guru berperan membantu siswa menghubungkan konsep-konsep tersebut. Perbedaan itulah yang memberikan pengalaman kepada siswa bahwa suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau konsep. Selain itu, juga memberikan pandangan pada siswa bagaimana ide-ide matematika berhubungan, saling membangun untuk menghasilkan kesatuan yang koheren. Seperti yang diungkapkan oleh Hiebert (Jarret, 000): student who reflect on what they do and communicate with others about it are in the best position to build useful connections in mathematics. b. Langkah-Langkah Penyelesaian Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (Ruseffendi, 11: 177), yaitu: 1) memahami persoalan, ) membuat rencana atau cara untuk menyelesaikan, 3) menjalankan rencana, dan 4) memeriksa kembali. Aspek koneksi muncul pada langkah pertama, yaitu pada langkah memahami persoalan. Greeno (Matlin, 184: 333; Jacob, 18: 3) mengungkapkan bahwa pengertian meliputi mengkonstruksi suatu representasi internal. Selanjutnya Greeno yakin bahwa pengertian memiliki tiga tugas, yaitu: 1). Pertalian (coherence). Suatu representasi yang bertalian secara logis merupakan pola yang terhubung, sehingga semua bagian dapat dimengerti. ). Korespondensi (correspondence). Pengertian membutuhkan suatu korespondensi yang tepat antara representasi internal dan material yang dapat dimengerti. 3). Hubungan dengan latar belakang. Pengertian yang baik merupakan material untuk mengerti yang harus dihubungkan dengan latar belakang pengetahuan orang yang mengerti. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengerti permasalahan, ia harus dapat menghubungkan data-data yang diketahui, kemudian dihubungkan pula dengan hal yang akan dicari jawabannya. Semua hal tersebut dilakukan dengan menggunakan modal pengetahuan yang telah ia miliki. Pada langkah keempat, siswa melakukan pengecekan, mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah yang sama, dan mencari kemungkinan adanya penyelesaian lain. Mereka merefleksikan pengalamannya, menelusuri proses berpikirnya, meninjau kembali strategi yang dipilih, dan menyimpulkan mengapa suatu strategi berhasil sedangkan yang lainnya tidak berhasil. 4

Langkah terakhir ini merupakan kegiatan yang sangat penting karena dengan meninjau kembali, sang pemecah masalah (siswa) dapat menemukan inti atau karakteristik masalah yang telah dipecahkan (TIM MKPBM, 001: 5, Jarret, 000). Dengan demikian dia dapat menggeneralisasi struktur yang telah dikerjakan agar dapat diterapkan pada masalah lain yang serupa, menyadari mengapa strategi yang telah digunakan menjadi tidak lagi berhasil pada masalah lain atau memerlukan modifikasi terlebih dahulu agar menjadi berhasil. Hal perlu digarisbawahi pada langkah terakhir ini yang memiliki peranan dalam peningkatan kemampuan koneksi matematik adalah kegiatan siswa memonitor strategi berpikirnya agar dapat menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru. Seperti yang diungkapkan oleh Taplin (004) bahwa problem solving can help people to adapt to changes and unexpected problems in their careers and other aspect of their lives. c. Aplikasi Jika masalah yang diberikan berupa masalah kontekstual, secara tidak langsung memberikan siswa pengalaman bahwa matematika berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Ruseffendi (11: 341) bahwa salah satu sebab diberikannya pemecahan masalah kepada siswa karena dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya. Tidak terbatas pada masalah kontekstual, meskipun masalah yang diberikan bukan masalah kontekstual, namun pengalaman yang telah diperoleh berupa langkah-langkah yang biasa digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika dapat diterapkan dalam spektrum yang lebih luas untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti memahami masalah, menghubungkan informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui, menganalisa mengapa suatu masalah itu muncul, dan lain-lain. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa strategi umum problem solving yang dipelajari dalam kelas matematika, dapat ditransfer dan digunakan ke situasi problem solving lainnya (Asmin, 003). 4. Contoh Berikut adalah sebuah contoh masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Soal tersebut dapat diberikan pada siswa, maksimal siswa kelas 1 SMA. Materi prasyarat yang diperlukan adalah penjumlahan dan pembagian pecahan, konsep 5

ratio/perbandingan, menentukan garis yang melalui dua titik, menyelesaikan persamaan linier. Masalah: Mang Ujang dapat mencangkul ladangnya dalam waktu 5 jam. Sedangkan tetangganya, Mang Atang, dapat melakukan hal yang sama dalam waktu 4 jam. Berapa jam waktu yang diperlukan jika Mang Ujang dan Mang Atang bersama-sama mencangkul ladang tersebut? (diadaptasi dari High School Mathematics I & II). Penyelesaian 1. Menggunakan Rata-Rata Misalkan luas ladang adalah 0 m. Mang Ujang dapat mencangkul rata-rata 4 m per jam (0 m /5 jam). Pada gambar 1 adalah bagian yang berwarna abu-abu. Mang Atang dapat mencangkul rata-rata 5 m per jam (0 m /4 jam). Pada gambar 1 adalah bagian yang berwarna abu-abu tebal. Berarti jika bekerja bersama-sama mereka mencangkul m /jam. Sehingga mereka dapat mencangkul ladang seluas 0 m dalam waktu: 0m m / jam 0 jam jam. Gambar 1. Penyelesaian. Menggunakan Pembalikkan. Misalkan 1 menyatakan keseluruhan pekerjaan. Mang Ujang dapat menyelesaikan jam ia dapat menyelesaikan seluruh pekerjaannya. 1 pekerjaannya dalam waktu 1 jam. Sehingga dalam 5 5 Mang Atang dapat mengerjakan ¼ bagian pekerjaannya dalam waktu 1 jam. Sehingga dalam waktu 4 jam ia dapat membereskan pekerjaannya. Jika berkerja bersama-sama mereka dapat mengerjakan dalam 1 jam. Sehingga dalam pekerjaannya. 0 atau 1 bagian pekerjaan 5 1 4 0 jam mereka dapat menyelesaikan Penyelesaian 3. Menggunakan Perbandingan dan Proporsi. 6

Misalkan luas tanah 0 unit persegi. Misalkan x menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk mencangkul jika mereka bekerja bersama-sama. Dalam waktu 1 jam, Mang Ujang dapat mencangkul 4 unit persegi sedangkan Mang Atang 5 unit persegi. Jika mencangkul bersama-sama, dalam 1 jam diperoleh unit persegi. Ditulis dalam bentuk perbandingan: : 0 = 1 : x dengan menyelesaikan perbandingan tersebut, diperoleh x = 0, sehingga x = 0/ atau / jam. Penyelesaian 4. Menggunakan Gambar dan Konsep Persamaan Linier (1). Misalkan luas tanah 0 unit persegi. Waktu yang diperlukan dan luas tanah yang dicangkul ditunjukkan pada tabel di bawah : Mang Ujang (A): Jam (x) 1 3 4 5 Luas yang dicangkul (y) 4 8 1 16 0 Mang Atang (B): Jam (x) 1 3 4 Luas yang dicangkul (y) 5 10 15 0 Luas tanah yang dicangkul dijumlahkan. Pada waktu 1 jam luas tanah yang dicangkul bersama-sama adalah unit persegi. Pada waktu jam, diperoleh 18 unit persegi. Pada waktu 3 jam diperoleh 7 unit persegi. Sebuah hasil jumlah 0 unit persegi berarti mereka telah menyelesaikan pekerjaan bersama-sama dan diselesaikan pada selang waktu sampai 3 jam. Jika digambar dalam bentuk grafik akan mempermudah melihat hasilnya. C B A 1 3 4 5 Waktu (jam) 7

Garis OA dan OB menyatakan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Mang Ujang dan Mang Atang sebagai fungsi dari waktu. Sedangkan garis OC menyatakan hasil pekerjaan jika Mang Ujang dan Mang Atang mencangkul bersama-sama. Kemiringan OA adalah 4, sedangkan kemiringan OB adalah 5. Maka kemiringan OC adalah. Garis OC melalui titik (0,0) dan (x,0). Maka nilai x adalah: 0 x 0 0 1 x 0 x 0 Penyelesaian 5. Menggunakan Grafik (). 1 3 4 5 Sumbu X menyatakan waktu yang dibutuhkan Mang Atang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan sumbu Y menyatakan waktu yang dibutuhkan Mang Ujang untuk menyelesaikan pekerjaannya (dalam jam). Titik (0,5) berarti Mang Ujang menyelesaikan pekerjaan sendirian dan titik (4,0) berarti Mang Atang menyelesaikan pekerjaannya sendirian pula. Dengan menghubungkan dua titik tersebut diperoleh sebuah ruas garis yang tiap titik pada garis tersebut menyatakan waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Karena mereka bekerja bersama-sama sampai seluruh pekerjaan selesai, maka waktu yang digunakan oleh Mang Ujang dan Mang Atang adalah sama. Untuk menentukan titik tersebut pada garis AB, digunakan garis y = x sampai memotong garis AB. Perpotongan kedua garis tersebut, adalah AB 4y = -5x + 0 y = x disubstitusi pada persamaan tersebut, diperoleh: 4x = -5x + 0 x = 0 x = 0/ = /. 8

Penyelesaian 6. Menggunakan Variabel. Misalkan 1 menyatakan seluruh pekerjaan x = waktu yang diperlukan jika mereka mencangkul bersama-sama (dalam jam). 1/5 = bagian pekerjaan yang diselesaikan Mang Ujang dalam satu jam. ¼ = bagian pekerjaan yang diselesaikan Mang Atang dalam satu jam. 1/5 x = bagian pekerjaan yang diselesaikan Mang Ujang dalam x jam. ¼ x = bagian pekerjaan yang diselesaikan Mang Atang dalam x jam. 1/5 x + ¼ x = 1 x (1/5 + ¼) = 1 x (/0) = 1 x = 0/ jam = / jam. Guru menanggapi setiap jawaban yang dikemukakan siswa dan untuk membantu siswa menghubungkan ide-ide yang diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, antara lain: - Mengapa mengambil pemisalan luas ladang 0 m? Bisakah bilangan positif lain digunakan? Apa yang spesial dari bilangan ini? - Cobalah dengan bilangan lain, misalnya 100, 50, 1, atau n m. - Bagaimana hubungan solusi yang anda peroleh dengan solusi lain yang diajukan oleh teman anda? 5. Penutup Dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan aspek keterkaitan. Dalam upaya peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa, hendaknya guru lebih melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Salah satu caranya meningkatkan jalinan komunikasi antara guru dengan siswa (sharing ideas), memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan berbagai cara serta menerapkan konsep yang telah diperolehnya, sehingga pengetahuan menjadi lebih bermakna dan relevan. Kegiatan-kegiatan tersebut terfasilitasi oleh kegiatan pemecahan masalah. Kegiatan pemecahan masalah bukanlah satu-satunya kegiatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi upaya peningkatan kemampuan koneksi matematika. Terdapat berbagai pendekatan dan model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik, antara lain pendekatan kontekstual, open-ended, konstruktivisme, dan inkuiri. Sebagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan Yulianti (004)

menunjukkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivisme, dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa. Daftar Pustaka Asmin. (003). Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan Kendala yang Muncul di Lapangan. Tersedia: www.depdiknas.go.id./jurnal/44/asmin.htm. [11 Agustus 005]. Jarret. (000). Problem Solving: Getting to The Heart of Mathematics. Tersedia: www.cut-the-knot/mset/posing.shtml. [10 Januari 005] Jacob, C. (18). Mengajar Pemecahan Masalah Dalam Matematika. Makalah disajikan pada Seminar nasional Upaya-Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi; Perspektif Pembelajaran Alternatif-Kompetitif. Program Pascasarjana IKIP Malang, 4 April 18. NCTM. (18). Standard For Grades -1. Virginia: NCTM. Ruseffendi, E.T. (11). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Ruspiani. (000). Kemampuan siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Taplin, M. (004). Mathematics Through Problem Solving. Tersedia: www.mathgoodies.com/articles/problemsolving.html. [11 Agustus 005]. TIM MKPBM. (001). Strategi Mengajar Komtomporer. Bandung: JICA. Ulet, dkk. (000). High School mathematics I & II, Sourcebook on Practical Work For Teacher Trainers. Quezon City: SMEMDP Yulianti, K. (004). Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pembelajaran Barisan dan Deret dalam Upaya Meningkatkan Koneksi Matematik Siswa. Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. 10

Ga kepake!!! Namun kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Suryadi, dkk. (1: 5) di kota Bandung, Yogya, dan Malang diperoleh keterangan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam hal pembuktian teorema, penggunaan penalaran matematika untuk memecahkan masalah, proses menggeneralisasi, penyelesaian soal-soal geometri, pemodelan matematika, serta penemuan hubungan di antara data-data yang diketahui. Selanjutnya Suryadi mengungkapkan bahwa bagi kebanyakan guru, kegiatan pemecahan masalah merupakan salah satu kegiatan yang dianggap sulit untuk diajarkan kepada siswa. Jarret () menyatakan in this increasingly complex word, the ability to transfer knowledge ang skills to meet changing conditions and challenges is essential pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa dalam berkembangnya dunia nyata yang kompleks, diperlukan kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan agar dapat berhadapan dengan kondisi yang berbeda. Kenyataan di lapangan, kegiatan pemecahan masalah jarang dilakukan, sebab bagi kebanyakan guru, kegiatan pemecahan masalah merupakan salah satu kegiatan yang dianggap sulit untuk diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan hasil survey yang dilakukan di kota Bandung, Yogya, dan Malang, yaitu Kind of activities considered difficult for most teachers to teach are: solving problems using mathematical reasoning as well as problem solving. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa strategi umum problem solving yang dipelajari dalam kelas matematika, dapat ditransfer dan digunakan ke situasi problem solving lainnya. Prinsip-prinsip yang dipelajari dan diaplikasikan dalam problem solving lebih banyak kemungkinannya ditransfer ke situasi problem solving lainnya daripada prinsip-prinsip yang tidak diaplikasikan dalam penyelesaian problem-problem. 11