BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. a. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik maupun mental yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diajarkan di sekolah menengah atas (SMA). Mata pelajaran ekonomi juga diujikan dalam

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. belajar terhadap siswa-siswa berinteligensi tinggi semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa yang akan datang. Pembahasan tentang pendidikan tentu tidak

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ini seorang siswa mulai mengalami penjurusan IPA dan IPS. Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS HUMANIORA BINUS UNIVERSITY TAHUN AJARAN GENAP

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

I. PENDAHULUAN. diperlukan modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas bangsa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil keputusan dalam berbagai hal (Santrock, 2002). Menurut Papalia dan Olds (2009:8), masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Pada masa ini, remaja mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, salah satu tugas remaja sebagai seorang siswa adalah memilih jurusan studi di Sekolah Menengah Atas. Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003, program penjurusan di Sekolah Menengah Atas bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke jenjang perguruan tinggi dan mendidik siswa menjadi individu yang memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar serta mampu mengembangkan kemampuan tersebut ke dalam dunia kerja. Dalam mempersiapkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Sekolah Menengah Atas memiliki tiga jurusan yaitu, jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan jurusan Bahasa. Penjurusan dilaksanakan untuk lebih mengarahkan siswa belajar berdasarkan minat dan kemampuan akademiknya (Widayanti, 2009). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sulistyawati (2007) membandingkan seberapa banyak siswa yang mengambil jurusan IPA dan IPS. Hasil menunjukkan

persentase jumlah siswa yang memilih jurusan IPA sebanyak 76% sedangkan persentase jumlah siswa yang memilih jurusan IPS sebanyak 20,45%. Dari hasil penelitian tersebut, jurusan IPA masih menjadi pilihan favorit bagi para siswa. Memilih jurusan studi di Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu tugas perkembangan remaja khususnya dalam mempersiapkan karir ekonomi. Remaja sudah mulai membuat rencana dalam memilih karir serta mempersiapkan diri untuk menjalani karir tersebut. Pemilihan karir remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Berk menyatakan bahwa penentuan dan pemilihan karir seorang remaja ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya orang tua, teman-teman, gender, dan karakteristik individu itu sendiri seperti bakat minat, kepribadian, dan intelektual (www.psikologizone.com, 2009). Dalam memilih jurusan, remaja harus siap menerima konsekuensikonsekuensi yang akan muncul dari pilihan jurusan yang akan mereka ambil. Konsekuensi tersebut antara lain seperti tugas-tugas yang sulit serta kegiatankegiatan yang mampu menguras tenaga dan pikiran mereka. Oleh karena itu, remaja membutuhkan efikasi diri yang tinggi dalam memilih jurusan. Efikasi diri merupakan salah satu faktor dari kepribadian individu yang mempengaruhi remaja dalam pemilihan karir khususnya dalam memilih jurusan di Sekolah Menengah Atas. Efikasi diri adalah salah satu aspek penting yang harus dimiliki remaja dalam memilih jurusan. Hal ini dikarenakan efikasi diri mempengaruhi

motivasi dan hasil dari proses belajar mereka. Bandura mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang akan kapabilitasnya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencapaian tertentu (Woolfolk, 2009: 127). Menurut Bandura, efikasi diri sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar remaja di sekolah (Santrock, 2007). Remaja dengan efikasi diri tinggi akan memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan setiap tugasnya. Mereka akan lebih aktif, berani, serta giat dalam berusaha dan menetapkan tujuan yang ingin mereka capai terutama untuk masa depannya. Dengan memilih jurusan yang tepat maka karirnya di masa depan akan lebih baik. Memilih jurusan di Sekolah Menengah Atas merupakan dasar dari pemilihan karir seorang individu. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Komandyahrini dan Hawadi (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan kematangan karir pada siswa program percepatan belajar. Hal ini berarti semakin tinggi self-efficacy siswa maka semakin tinggi pula kematangan karir pada siswa program percepatan belajar. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kematangan karir individu dipengaruhi oleh efikasi diri yang tinggi. Oleh karena itu, remaja harus memiliki efikasi diri yang tinggi dalam memilih jurusan sehingga tepat dalam menentukan karirnya di masa depan. Remaja yang memilih jurusan studi berdasarkan kemampuannya, maka mereka akan memiliki efikasi diri yang tinggi terutama dalam mengerjakan setiap kegiatan dan tugas-tugasnya. Menurut Dale Schunk, remaja dengan

efikasi diri yang rendah mungkin menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang, sedangkan siswa dengan efikasi diri yang tinggi mempunyai keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugasnya (Santrock, 2007). Pemilihan jurusan studi di Sekolah Menengah Atas juga menjadi perhatian yang penting bagi orang tua. Orang tua merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi remaja dalam memilih jurusan. Remaja sangat membutuhkan dukungan sosial dari pihak lain terutama dari orang tuanya. Menurut Sarafino (1994:102), dukungan sosial adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam hal ini, remaja sangat membutuhkan perhatian, nasehat, dan informasiinformasi dari orang tuanya. Dengan adanya dukungan dari orang tua, remaja akan mengambil keputusan dengan tepat. Dengan keputusan yang tepat maka mereka akan termotivasi untuk belajar dan mencapai prestasi yang lebih baik. Dengan adanya dukungan sosial dari orang tua, remaja dapat menjalankan setiap kegiatan pembelajaran dari jurusan yang telah mereka pilih dengan baik. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Syarifa, Mustami ah, dan Sulistiani (2011) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan sosial orang tua dengan komitmen terhadap tugas (task commitment) pada siswa akselerasi tingkat SMA. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial orang tua maka semakin tinggi komitmen terhadap tugas (task commitment) pada siswa akselerasi tingkat SMA dan

sebaliknya semakin rendah dukungan sosial orang tua maka semakin rendah pula komitmen terhadap tugas (task commitment) pada siswa akselerasi tingkat SMA. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki dukungan sosial tinggi maka mereka akan mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik. Dukungan sosial orang tua dan efikasi diri merupakan faktor penting yang mempengaruhi remaja dalam memilih jurusan di Sekolah Menengah Atas. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sulistyawati (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diterima mahasiswa maka semakin tinggi self-efficacy mahasiswa dalam menyusun skripsi, dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diterima mahasiswa maka semakin rendah selfefficacy mahasiswa dalam menyusun skripsi. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri mahasiswa dalam menyusun skripsi. Berdasarkan fakta di atas, peneliti menjadi tertarik untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan efikasi diri dalam memilih jurusan pada remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung. Penelitian dilaksanakan di sekolah tersebut dikarenakan masih terdapatnya permasalahan yang terjadi antara orang tua dan remaja dalam memilih jurusan. Salah satu kasus yang terdapat pada sekolah tersebut adalah seorang siswa yang merasa tidak mampu masuk jurusan IPA namun kedua orang tua memaksakan siswa tersebut masuk jurusan IPA. Akhirnya, siswa tersebut sering tidak masuk pelajaran di jurusan IPA dan lebih sering diam di luar kelas ketika pelajaran sedang berlangsung.

B. Rumusan Masalah Dalam memilih jurusan, remaja membutuhkan dukungan sosial dari orang tua serta efikasi diri yang tinggi. Kedua aspek tersebut sangat berpengaruh bagi remaja. Hal ini dikarenakan kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi motivasi dan hasil dari proses belajar mereka. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan efikasi diri pada remaja dalam pemilihan jurusan. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tersebut, peneliti menggunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian di bawah ini, yaitu: 1. Bagaimana gambaran dukungan sosial orang tua pada siswa kelas X di SMA Negeri 6 Bandung? 2. Bagaimana gambaran efikasi diri dalam pemilihan jurusan pada siswa kelas X di SMA Negeri 6 Bandung? 3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan efikasi diri dalam pemilihan jurusan pada siswa kelas X di SMA Negeri 6 Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh gambaran tentang dukungan sosial orang tua pada siswa kelas X di SMA Negeri 6 Bandung.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang efikasi diri dalam pemilihan jurusan pada siswa kelas X di SMA Negeri 6 Bandung. 3. Untuk memperoleh gambaran tentang ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan efikasi diri dalam pemilihan jurusan pada siswa kelas X di SMA Negeri 6 Bandung. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan, Psikologi Sosial, dan Psikologi Pendidikan, memberikan gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan efikasi diri serta menjadi sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Siswa Sebagai pedoman dalam membentuk efikasi diri siswa ketika memilih jurusan di sekolah. Siswa mampu merencanakan dan menjalankan serangkaian aktivitas dalam mencapai jurusan yang diinginkan. b. Orang Tua Sebagai pedoman bagi orang tua dalam memberikan dukungan sosial kepada anaknya. Orang tua mampu memberikan bantuan baik berupa pikiran, perhatian, kasih sayang, saran, maupun nasehat.

c. Sekolah Sebagai pedoman dalam memberikan pengarahan kepada orang tua dan siswa bahwa pemilihan jurusan di sekolah merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang baik antara orang tua, siswa, dan sekolah demi tercapainya keberhasilan siswa. E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I Pendahuluan Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari pentingnya diadakan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian Pustaka Bab II berisi uraian mengenai tinjauan teoritis yang digunakan dalam membahas masalah penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dukungan sosial dan teori efikasi diri. BAB III Metode Penelitian Bab III berisi uraian yang menjelaskan tentang lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas alat ukur, teknik pengumpulan data, serta prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data untuk melakukan pengujian hipotesis.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV berisi uraian mengenai hasil dan analisis dari penelitian serta bagaimana pembahasan dan interpretasi yang dilakukan peneliti terhadap hasil yang diperoleh. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab V berisi uraian tentang kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.