BAB I PENDAHULUAN. dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada perbaikan sistem pendidikan.. Usaha tersebut mesti. dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

HUBUNGAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN MATA PELAJARAN AKHLAK (STUDI KASUS KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE- KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK TESIS. Oleh : BUHORI NIM.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. upaya mengaktifkan siswa belajar. Pelaksanaan pengajaran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya. Hal ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ialah kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses untuk mendewasakan manusia atau dalam istilah lain,

BAB I PENDAHULUAN. dan dianggap sebagai bagian dari proses sosial, dengan pendidikan itu pula

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

DESKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GURU SMK SE-KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB 1 PENDAHULUAN. Portofolio berasal dari bahasa Inggris Portfolio yang artinya dokumen atau suratsurat

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mereka. Dalam Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan kondusif. Namun, tidak dapat dipungkiri sering terdapat. siswa tidak tuntas dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas. 1 Semuanya terasa lebih kuat ketika Negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami. Hal ini tampaknya tidak sesuai dengan pesan yang terkandung dalam Undang-Undang Sisdiknas yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha yang secara sadar dilaksanakan dan program yang terencana untuk menimbulkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar dengan itu peserta didik secara aktif bisa terbantu untuk mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 2 Salah satu upaya untuk mengembangkan intelektual dan karakter yang ada pada manusia pada dasarnya dapat dilakukan oleh pendidikan apa saja yang baik, 1 Dharma Kesuma dkk, 2011, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya offset, h. 5 2 Muhibbin Syah, 2005, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, h. 1 1

2 terutama pendidikan agama, sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa pendidikan agama menyangkut kebutuhan manusia seutuhnya, ia tidak hanya membekali anak dengan pengetahuan agama atau mengembangkan intelektual anak semata dan tidak pula mengisi dan menguburkan perasaan agama saja, akan tetapi menyangkut keseluruhan diri pribadi dari latihan-latihan amaliah sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya maupun manusia dengan dirinya sendiri. 3 Artinya pendidikan itu bukan hanya untuk pandai melakukan atau sekedar mengetahui, akan tetapi, pentingnya pendidikan membuat anak dapat memahami hakikat apa yang dia lakukan, sehingga dalam kehidupannya, dia mempunyai karakter yang baik dalam kehidupannya. Saat sekarang ini, pendidikan karakter sudah didefenisikan oleh banyak kalangan, walaupun ada beberapa masalah ketidaktepatan makna yang beredar di masyarakat, seperti: 1. Pendidikan Karakter: mata pelajaran agama dan Pkn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan Pkn. 2. Pendidikan Karakter: mata pelajaran pendidikan budi 3. Pendidikan Karakter: pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukan tanggung jawab sekolah 3 Zakiah Daradjat, 1995, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, h. 107

3 4. Pendidikan Karakter: adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP. 4 Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan menempati pemikiran banyak orang tua, guru, dan masyarakat umum. Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan shari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Defenisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar, yaitu sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang, sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. 5 Dalam defenisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yakni proses transformasi nilai-nilai, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan menjadi satu dalam perilaku. 6 Ketiga hal tersebut tampaknya seperti satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, mereka harus jalan sekaligus tanpa meninggalkan satu sisinya, karena jika ditinggalkan, maka akan terasa tidak lengkap dan belum bisa dikatakan berhasil. Dari defenisi dan pemaparan diatas, setidaknya ada tiga makna yang dikandung dari pengertian pendidikan karakter tersebut, yaitu: 1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran 4 Dharma Kesuma dkk, 2011, Pendidikan Karakter, op.cit, h. 5 5 ibid 6 Ibid.

4 2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan. 3. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga) 7 Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak dikaitkan dengan evaluasi hasil. Apakah anak sudah memiliki karakter jujur atau belum, memerlukan suatu evaluasi. Jadi evaluasi untuk pendidikan karakter memiliki makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang dilakukan secara terencana, sistematis, sistemik, dan terarah pada tujuan yang jelas. Adapun tujuan evaluasi pendidikan karakter ditujukan untuk: 1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu 2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru 3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada seting kelas, sekolah, maupun rumah. 8 Evaluasi dalam pendidikan berkarakter bertujuan untuk mengetahui apakah dalam diri siswa sudah ada akhlak mulia dan beberapa sikap budi luhur yang 7 Ibid. 8 Ibid.

5 ditetapkan. Hal itu dapat kita ketahui dengan berbagai dan bermacam-macam tes dan alat evaluasinya, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi diri oleh anak itu sendiri, 2. Penilaian teman, 3. Catatan anekdot guru, 4. Catatan anekdot orang tua, 5. Catatan perkembangan aktivitas anak (psikolog), 6. Lembar observasi guru, 7. Lembar kerja siswa (LKS), 8. Penilaian portofolio. 9 Pada saat observasi awal yang penulis lakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru, yakni Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), dan termasuk salah satu sekolah yang menjadi model percontohan disetiap kurikulum baru. Guru agama Islam disana salah satunya sudah bergelar M.Pd.I dan salah seorang lagi dari jurusan dakwah dan pengalaman dalam mengajar cukup besar. Guru-gurnya disana secara umum telah menjalankan evaluasi karakter terhadap peserta didik. Terkhusus pada evaluasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Agama islam, belum secara menyeluruh dan sepenuhnya atau masih setengah hati, hal ini terlihat dalam gejalagejala sebagai berikut: 9 Dharma Kesuma dkk, 2011, Pendidikan Karakter, op.cit, h. 142

6 1. Dalam proses pengevaluasian, guru hanya memakai form penilaian saja sebagai alat untuk mengevaluasi karakter, padahal instrumennya sangat banyak dan bermacam-macam. 2. Dalam proses pengevaluasian, masih ada guru yang tidak komprehensif, tidak kontiniu, kurang objektif, dan kurang mengacu pada tujuan. 3. Dari hasil wawancara penulis terhadap guru, beliau mengakui bahwa sulit untuk menjalankan evaluasi karakter ini didalam kegiatan mengajar di sekolah. 10 Seharusnya pada sekolah yang bertaraf internasional seperti SMP.N 1 pekanbaru, dan sekolah ini kerap kali menjadi salah satu sekolah percontohan, artinya setiap rumusan baru dari kebijakan elite pendidikan, selalu ikut yang pertama dalam mencontohkannya lalu kemudian diikuti oleh sekolah sekolah lainnya seharusnya bisa dalam menjalankan evaluasi pendidikan karakter ini dengan maksimal, akan tetapi jika melihat hasil dugaan sementara penulis yang terlihat pada gejala di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti pelaksanaan evaluasi pendidikan karakter di sana Oleh karena itulah, berdasarkan gejala-gejala tersebut penulis melihat adanya beberapa kesenjangan, dan sekali lagi, penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul: TEKNIK EVALUASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 PEKANBARU. 10 Wawancara penulis terhadap guru mata pelajaran agama islam di SMPN 1 Pekanbaru pada hari selasa 4 Februari 2014 diruang masing-masing guru

7 B. Penegasan Istilah Untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam mengartikan judul penelitian ini, maka perlu untuk menegaskan beberapa kalimat dalam judul ini: 1. Teknik evaluasi maksudnya adalah suatu cara atau metode tertentu yang digunakan untuk merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. 11 Teknik evaluasi juga bermaksud suatu cara atau metode tertentu yang digunakan untuk menaksirkan pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilainilai yang telah ditetapkan didalam kurikulum. 12 2. Pendidikan karakter maksudnya pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. 13 Artinya, setiap sekolah sudah menetapkan nilai karakter dan nilai luhur dalam kurikulum yang selanjutnya akan diintegrasikan dalam pembelajaran. Serta nilai-nilai tersebut diupayakan agar anak mampu melaksanakannya di dalam maupun luar sekolah. Dari penjelasan penegasan istilah diatas, maka dapat penulis katakan bahwa maksud judul skripsi ini adalah teknik atau suatu cara atau metode tertentu yang digunakan untuk merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan atau untuk menaksir pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Atau dalam kata lain suatu metode yang 11 Ngalim Purwanto, 1992, Prinsip-prinsip dan Teknik pengajaran, op.cit, h. 3 12 Ibid. 13 Dharma Kesuma dkk, 2011, Pendidikan Karakter, op.cit, h. 5

8 digunakan oleh sekolah dalam melihat atau mengevaluasi pengembangan perilaku yang diterapkan disekolah tersebut, apakah metode atau cara pengevaluasian itu sudah berjalan baik atau belum. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah: a. Bagaimana teknik penilaian karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru? b. Bagaimana pola ideal teknik penilaian karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru.? c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi teknik evaluasi karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru.? 2. Batasan Masalah Supaya penelitian ini jelas tujuan akhirnya, maka perlu untuk membatasi masalah yang ada, yakni teknik evaluasi pendidikan karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru dan faktor faktor yang mempengaruhinya. 3. Rumusan Masalah a. Bagaimana teknik evaluasi pendidikan karaker yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.?

9 b. Apa faktor faktor yang mempengaruhi Teknik evaluasi pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian: a. Untuk mengetahui teknik evaluasi pendidikan karakter yang dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Teknik evaluasi pendidikan karakter yang dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekanbaru pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Manfaat Penelitian: a. Untuk menambah pengetahuan bagi semua, terutama bagi penulis sendiri mengenai pembahasan pada penelitian ini. b. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan positif atau bahan pertimbangan bagi sekolah yang penulis melakukan penelitian didalamnya mengenai teknis evaluasi pada pendidikan karakter, khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) c. Sebagai syarat bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah serta untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di progr am strata 1 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.