BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

PERANCANGAN GEDUNG PERTUJUKAN SENI DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Concert : Pagelaran musik atau pementasan musik (Wikipedia, 2015)

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Pengertian Judul

Redesain Taman Budaya Raden Saleh Semarang 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Musik Keroncong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

PADEPOKAN DAN GEDUNG PERTUNJUKAN WAYANG ORANG DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Women and Child Center di Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

KANTOR DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUDUS

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

I.1. LATAR BELAKANG I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PUSAT SENI PERTUNJUKAN MEDAN ARSITEKTUR METAFORA LAPORAN PERANCANGAN TKA TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO

PUSAT MUSIK MODERN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. LP3A Teater Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

SMK Pariwisata Bertaraf International di Semarang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

Kolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Alangkah lebih baiknya. Terlebih lagi jika ingin mendalami segala sesuatu yang berkaitan

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Institut Seni Indonesia di Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pusat Seni Rupa Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HOTEL BUTIK & SPA DI SURAKARTA

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SANGGAR BUDAYA KI DJAROT SARWINTO DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari tiap aspek kehidupan manusia, musik membuat hidup tiap manusia lebih berwarna

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG KOMUNAL KELURAHAN KEMLAYAN SEBAGAI KAMPUNG WISATA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL

MAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER B. PEMAHAMAN Gedung pertunjukkan merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk mempertunjukkan hasil-hasil kesenian (Poerwadarminto, 1991, p.303, 1108). Sedangkan musik dan tari kontemporer merupakan musik dan tari yang timbul pada masa sekarang atau aktual baik dari segi cerita, pola garapan serta menanggapi masalah social budaya, politik, dan ekonomi yang terjadi di Indonesia sekarang ini (Robby hidayat. Wawasan seni tari). Sedangkan Arsitektur neo vernacular adalah arsitektur yang mengacu pada bahasa setempat dengan mengambil elemen-elemen arsitektur yang ada kedalam bentuk modern (Yulianto Sumalyo, Arsitektur modern akhir abad 19 sampai 20). Dengan demikian pemahaman dari judul yang ada adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk mementaskan seni kepada masyarakat terutama seni musik dan tari kontemporer yang ada di Surakarta dengan pendekatan Arsitektur neo-vernacular dimana pemahaman Arsitektur neo-vernakuler adalah mengambil bahasa setempat yaitu Arsitektur Dewi Triningsih I0208039 1

tradisional Jawa dan mengambil elemen-elemen yang ada ke bentuk lebih modern sehingga tetap menghargai budaya setempat. C. LATAR BELAKANG 1. Perkembangan musik dan tari kontemporer a. Umum Perkembangan musik dan tari di Indonesia meningkat tiap tahun dari berbagai jenis macamnya. Karena musik dan tari dapat menghadirkan suatu hiburan supaya tidak jenuh terutama untuk masyarakat yang hidup di daerah perkotaan. Pada saat ini beragam jenis musik dan tari tengah berkembang pesat terutama pada kota-kota besar, salah satunya adalah musik dan tari kontemporer dimana dasar pijakannnya adalah musik dan tari tradisional. Perkembangan musik dan tari kontemporer tidak hanya terjadi di kota-kota besar namun telah merambah ke daerahdaerah juga. Ini dapat dilihat dari diadakannya festival musik dan tari diberbagai daerah antara lain di Sumatera Barat dengan Contemporary Dance Festival (CDF), Riau dengan tajuk Pasar Tari Kontemporer, Solo International Ethnic Musik, Festival World Music di Riau, dan lain-lain. b. Khusus Ditengah terus eksisnya keroncong dan campursari, seni musik di Kota Solo ternyata terus berkembang. Belakangan ini fenomena perkembangan seni musik di Solo ditandai lahirnya banyak grup musik commit kontemporer to user terutama kelompok perkusi yang Dewi Triningsih I0208039 2

memadukan alat musik modern dengan berbagai alat musik tradisional. Sayangnya menurut pengamat musik Solo, Wayan Sadra, kelompok musik kontemporer yang ada kurang mengeksploitasi alat musik Jawa terutama kendang. Selain itu Wayan menilai banyak grup musik belum menemukan jati diri sebagai kelompok otentik atau beda dengan kelompok lain. Kebanyakan memainkan musik atau lagu yang populer. Sementara itu Bondan Aji Manggala, koordinator kelompok Etno Ensemble dari Solo mengakui hingga kini memang banyak grup musik kontemporer yang masih mencari jati diri. Salah satu upaya yang dilakukan kelompok musiknya dalam hal ini adalah mencoba mengeksplorasi musik reog yang sangat dinamis. Grup musik kontemporer awalnya Etno Ensemble dibentuk mahasiswa ISI Solo saat diperkenalkan pada djimbe asal Afrika. Bagi mereka, bermain musik perkusi mencerminkan kebebasan dalam berkarya sehingga berbagai komposisi musik terus dihasilkan. Perkembangan genre baru seni musik di Solo diakui telah memberi warna baru di Kota Budaya tersebut. Meski berkembang pesat, diperkirakan tidak akan terjadi benturan dengan genre musik yang sudah ada. (http://musik.liputan6.com/berita/201001/257145/musikkontemporer-berkembang-pesat-di-solo) Kota Solo sendiri merupakan salah satu kota budaya dimana seni dan kebudayaan terutama seni budaya Jawa masih kental. Minat masyarakat commit to akan user seni budaya tidak pernah luntur Dewi Triningsih I0208039 3

termasuk minat pada seni musik dan tari baik tardisional, modern, dan kontemporer. Perkembangan musik dan tari di Solo ditandai dengan banyaknya event-event dengan latar belakang musik dan tari tidak terkecuali musik dan tari kontemporer. Adapun festival ataupun pertunjukkan yang digelar di Solo, diantaranya SIPA (Solo Internasional Performing Art) dan SIEM (Solo International Ethnical Contemporary Music) namun selama ini tempat dilaksanakannya masih berpindah-pindah. Dan masih belum menampung seluruh penonton yang ada, apalagi peminatnya semakin bertambah dari tahun ketahun. 2. Potensi kota Surakarta Surakarta merupakan kota yang masih kental dengan warisan budaya, tidak terkecuali budaya tari dan musik tradisionalnya. Tak jarang pula di Surakarta sendiri sering diadakan event-event yang berbau musik dan tari, dan beragam jenisnya dari yang berskala nasional maupun internasional. Tidak hanya wisata budaya yang bisa dikunjungi sebagai salah satu tujuan pariwisata tetapi juga ada wisata bangunan seperti keraton kasunanan, keraton mangkunegaran dan bangunan hindia belanda yang masih dijaga sampai saat ini. Wisata budaya memang sesuai dengan slogan kota Solo yaitu spirit of java, dimana kota Solo mengangkat dan melestarikan seni tradisional. Ditambah juga letaknya yang dilewati jalur dari Jakarta menuju Surabaya atau sebaliknya sehingga memiliki potensi dari segi wilayahnya. Wisatawan yang datangpun tidak hanya berasal dari daerah sekitar Solo, namun juga dimungkinkan dari luar daerah Dewi Triningsih I0208039 4

bahkan luar negeri. Ini menunjukkan potensi pariwisata yang cukup besar terutama untuk wisata budaya. 3. Keadaan gedung pertunjukkan di Surakarta Gedung pertunjukkan di kota Solo masih sangat minim, gedung yang tersedia bahkan dianggap tidak memenuhi syarat sebagai sebuah gedung pertunjukkan berskala besar. Meski berbagai pembangunan infrastruktur telah dibangun, namun pemerintah kota (Pemkot) Solo, nampaknya kurang memperhatikan pembangunan gedung pertunjukkan. Diakui oleh kepala dinas kebudayaan dan pariwisata gedung pertunjukkan amat minim. Andalan gedung pertunjukkan saat ini adalah gedung Taman Budaya Surakarta/ Taman Budaya Jawa Tengah. Sebenarnya Taman Balekambang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi gedung pertunjukkan berskala besar. Namun keberadaannya dinilai tidak strategis dan sulitnya lahan parkir, sehingga hanya digunakan sebagai gedung pertunjukkan ketoprak saja. Pada saat ini pemerintah kota tengah merencanakan pembangunan gedung pertunjukkan di wilayah Solo utara. Tetapi realisasinya masih kabur, namun pembangunan gedung pertunjukkan yang representatif diperlukan guna mendukung wujud kota Solo menjadi kota budaya. Apalagi para seniman lokal yang cukup banyak bisa disinergikan mengisi berbagai pagelaran bertaraf nasional dan internasional di kota Solo. Sehingga perkembangan seni budaya makin tumbuh dengan baik di Solo.(www.harianjoglosemar.com) Dewi Triningsih I0208039 5

Keadaan gedung-gedung yang ada tidak dapat mendukung aktivitas kota Solo yang penuh dengan event-event kebudayaan. Terutama untuk pertunjukkan, selama ini hanya digunakan gedung seadanya dengan fasilitas yang seadanya pula. Untuk indoor sendiri biasanya diadakan di THR Sriwedari, Diamond, atau hotel-hotel yang memiliki hall cukup luas. Dan outdoornya di stadion manahan, alun-alun, mangkunegaran. Padahal jika dilihat secara kelayakan masih belum memenuhi syarat. 4. Arsitektur neo vernakular sebagai penghormatan dengan lingkungan sekitar Kota Solo masih banyak terdapat bangunan-bangunan tua seperti bangunan peninggalan kolonial Belanda maupun bangunan dengan Arsitektur Jawa. Kesemuanya itu adalah bagian dari proses kebudayaan yang harus dijaga dan dilestarikan. Penerapan arsitektur neovernakular merupakan penghormatan terhadap Arsitektur lokal. Walaupun tidak sepenuhnya dengan konsep lokalitas Solo tapi terdapat unsur Arsitektur tradisional Surakarta. Begitu juga dengan musik dan tari kontemporer yang memang dasar atau pijakannya adalah budaya setempat dalam hal ini adalah kota Solo. Maka seperti itulah Arsitektur neo vernakular yang dasar pijakannya Arsitektur tradisional Surakarta namun tetap disesuaikan dengan fungsi dan perkembangan jaman. Tidak berpegang penuh pada pakem Arsitektur Jawa. Dewi Triningsih I0208039 6

D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN Permasalahan Berdasarkan dari latar belakang yang ada maka permasalahan yang utama adalah bagaimana desain gedung pertunjukkan musik dan tari kontemporer yang representatif sehingga mampu mengakomodasi seluruh aktivitas didalamnya, menciptakan suasana nyaman, layak sebagai gedung pertunjukkan, akustik yang baik dan dengan citra bangunan menyatu dengan lingkungan sekitar sesuai konsep arsitektur neovernakular? Persoalan 1. Menentukan lokasi di Surakarta yang sesuai dengan prinsip perencanaan dan perancangan untuk gedung pertunjukkan berikut dengan tata site. 2. Menentukan tata massa sesuai dengan kegiatan yang diwadahi dalam gedung pertunjukkan dan sesuai dengan konsep pendekatan. 3. Menentukan peruangan yang nyaman, layak dan dapat mewadahi seluruh aktivitas. 4. Menentukan sistem akustik yang sesuai dengan standar. 5. Menentukan tata sirkulasi yang nyaman. 6. Menentukan tampilan gedung pertunjukkan dengan pendekatan Arsitektur neovernakular. 7. Menentukan sistem struktur dan utilitas bangunan untuk mendukung konsep bangunan dan sesuai dengan fungsinya. E. TUJUAN DAN SASARAN Dewi Triningsih I0208039 7

TUJUAN Menghasilkan konsep perencanaan dan perancangan gedung pertunjukkan musik dan tari kontemporer yang dapat mewadahi segala aspek aktivitas didalamnya yang berfungsi sebagai sarana hiburan, infotaiment, dan edukasi. Sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat umum dan seniman. SASARAN Menghasilkan konsep perencanaan dan perancangan yang meliputi: 1. Konsep lokasi dan tata site 2. Konsep tata massa 3. Konsep sirkulasi 4. Konsep akustik 5. Konsep peruangan 6. Konsep tampilan bangunan neo-vernakular 7. Konsep struktur dan utilitas bangunan F. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN Lingkup pembahasan: Pembahasan ditekankan pada permasalahan dan persoalan yang meliputi wilayah bidang Arsitektur. Yaitu guna menentukan konsep perancangan dan perencanaan gedung pertunjukkan musik dan tari kontemporer yang telah ditentukan. Pembahasannya dibatasi seminimal mungkin, yaitu seputar bidang ilmu arsitektur. Batasan pembahasan: Pembahasan mencakup permasalahan dan persoalan yang akan diarahkan sesuai tujuan commit dan to sasaran user guna menunjang konsep Dewi Triningsih I0208039 8

perencanaan dan perancangan. Pemakaian kebutuhan tersebut guna memenuhi kebutuhan saat ini dan diproyeksikan untuk 10 tahun kedepan. G. METODE PEMBAHASAN 1. Input (pengumpulan data dan informasi) a. Survey Survey merupakan kunjungan secara langsung pada institusi musik dan tari kontemporer di kota Solo. Kegiatan survey tersebut dilakukan untuk meneliti, mengetahui, dan memperoleh data mengenai aktivitas, kebutuhan ruang, dan permasalahan desain yang akan dipecahkan, sehingga data yang diperoleh bersifat objektif. b. Wawancara Wawancara dilakukan melalui interview (tanya jawab) dengan beberapa narasumber di lokasi survey untuk memperoleh informasi-informasi yang terkait dengan pengguna, kegiatan yang dilakukan, dan atribusi yang dibutuhkan, sehingga data yang diperoleh bersifat subjektif. c. Dokumentasi Dokumentasi sebagai salah satu pelengkap data digunakan untuk memberi ilustrasi visual mengenai objek yang diobservasi. Dokumentasi dapat memperjelas gambaran detail mengenai permasalahan yang dihadapi. Dokumentasi kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam gedung pertunjukkan yang disurvey, gerakangerakan dalam tari commit kontemporer. to user Dewi Triningsih I0208039 9

d. Studi literatur Literatur termasuk bagian dari pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan kajian teori pada beberapa referensi buku untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan objek yang diamati. Orientasi literatur ditekankan melalui studi pustaka yang berkaitan dengan gedung pertunjukan musik dan tari. Sebagai acuan standart dalam konsep peruangan, dan teori-teori yang akan digunakan dalam sebuah gedung pertunjukkan. Seperti teori akustik, teori neo-vernakular dimana merupakan pendekatan yang dipakai. e. Studi empiris Study empiris sebagai pelengkap data merupakan tambahan informasi berupa preseden yang dapat dijadikan acuan. Study empiris ini dilakukan dengan mengeksplorasi contoh-contoh objek sejenis maupun yang berkaitan sehingga dapat dijadikan perbandingan. Preseden yang diambil adalah gedung pertunjukkan dan preseden bangunan neo vernakular yang akan diambil sebagai dasar acuan. 2. Analisis Merupakan proses analisis data-data (fisik dan non fisik) yang diperoleh baik dari survey, wawancara, studi literature, studi empiris dan dari dokumentasi. Pemilahan dan analisis data yang digunakan untuk mendukung proses penyusunan konsep gedung pertunjukkkan musik dan tari kontemporer. 3. Output Dewi Triningsih I0208039 10

Ouput yang diperoleh setelah analisis ada beberapa bagian yaitu: a. Perumusan konsep Merupakan hasil dari analisis data-data yang dirumuskan kedalam konsep perencanaan dan perancangan. Berupa perumusan konsep kegiatan, peruangan, tata site, akustik, tata massa, tata sirkulasi, interior, lanscape, struktur dan utilitas b. Transformasi desain Proses transformasi dari konsep sebelum menuju sebuah desain. c. Hasil desain Merupakan hasil akhir produk desain yang terdiri dari siteplan, situasi, denah, tampak, potongan, detail arsitektur, 3D eksterior dan interior. H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB l PENDAHULUAN Merupakan pengungkapan permasalahan dan persoalan mengenai gedung pertunjukkan musik dan tari kontemporer melalui pengungkapan pemahaman judul, latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, lingkup dan batasan pembahasan, metoda pembahasan dan sistematika pembahasan. BAB ll TINJAUAN TEORI Berisi tentang eksplorasi yang diambil baik dari literatur, pengetahuan commit empiris, to user dokumentasi maupun survey Dewi Triningsih I0208039 11

lapangan mengenai pemahaman musik dan tari kontemporer, teori akustik untuk sebuah gedung pertunjukkan, preseden gedung pertunjukkan, preseden neo vernakular dimana akan digunakan sebagai acuan dasar pembuatan desain yang akan direncanakan. BAB lll TINJAUAN LOKASI Merupakan tinjauan mengenai kondisi dan potensi kota Surakarta sebagai lokasi pendirian gedung pertunjukan musik dan tari kontemporer baik dari data fisik. Analisis lokasi Surakarta yang cocok sebagai pendirian gedung pertunjukkan dan sesuai dengan peraturan tata kota. Dan merupakan pengungkapan mengenai fungsi, misi, sasaran, lokasi pendirian, program kegiatan, waktu yang direncanakan. BAB IV PENDEKATAN KONSEP Pengungkapan analisa perencanaan dan perancangan sebagai usaha pemecahan masalah dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai dari data-data informasi yang diperoleh. Proses analisis meliputi analisis peruangan meliputi pola kegiatan, pola pelaku kegiatan, pola hubungan ruang, analisa peruangan, pendekatan kebutuhan ruang, persyaratan ruang. Dan analisa fisik meliputi analisa site, pola sirkulasi, analisa view, sistem Dewi Triningsih I0208039 12

parkir, pola ruang terbuka hijau, pola tata massa, interior, analisa akustik, struktur dan utilitas. BAB V RUMUSAN KONSEP Merupakan hasil akhir dari proses analisis untuk kemudian ditranformasikan dalam wujud desain fisik bangunan. Konsep yang dikemukakan dalam bab ini adalah konsep peruangan, konsep tata site, konsep sirkulasi, view, sistem parkir, ruang terbuka hijau, interior, konsep akustik tata massa struktur dan utilitas yang digunakan. Dewi Triningsih I0208039 13