Indonesia Corruption Watch 2014

dokumen-dokumen yang mirip
-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, serta Pelaksanaan Cuti Pejabat Negara dalam Kampanye Pemilu

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2003/93, TLN 4311]

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Luar Negeri. Pengawasan.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BAWASLU. Pemilihan Umum. Anggota DPR. Luar Negeri. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DI LUAR NEGERI

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH [LN 2004/125, TLN 4437]

Pengawasan politik uang dalam kampanye

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Muchamad Ali Safa at

POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU Oleh: Arief Budiman Ketua KPU RI Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, 12 Desember 2017

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UJI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG PENCALONAN PESERTA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

- 3 - Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012

Kata Pengantar. Surabaya, 09 Mei Purnomo S. Pringgodigdo, SH., MH.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi Setiap orang. kehilangan hak Menyebabkan orang lain

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tansparansi Dana Kampanye

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Komisi Pemilihan Umum Jl. Iman Bonjol No. 29 Jakarta Pusat Telepon : ( ) Fax:

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 44

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA BAGI PEJABAT NEGARA DALAM MELAKSANAKAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Memperhatikan : Putusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 10 Januari 2013; MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA BAGI PEJABAT NEGARA DALAM MELAKSANAKAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN REJE PEMERINTAH KAMPUNG SECARA SERENTAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mendorong Pemilu Berintegritas Mengawasi Korupsi Pemilu. Indonesia Corruption Watch 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA CIREBON. NOMOR 60 / Kpts / KPU Kota / 2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA BAGI PEJABAT NEGARA DALAM MELAKSANAKAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

Transkripsi:

Indonesia Corruption Watch 2014

CAKUPAN MATERI Pengertian penggunaan fasilitas publik dan fasilitas jabatan di dalam beberapa konteks pengaturan. Pengaturan penggunaan fasilitas publik dan fasilitas jabatan di dalam Undang-undang Pemilu dan lingkup aturan lainnya. Celah dan titik rawan di dalam pengaturan penggunaan fasilitas publik dan fasilitas jabatan. Modus-modus penggunaan fasilitas publik dan fasilitas jabatan. Langkah pengawasan dan pemantauan terhadap penggunaan fasilitas publik dan fasilitas jabatan.

Definisi Penyalahgunaan sumber daya negara untuk tujuan kampanye didefiniskan sebagai penggunaan kekuasaan dan sumber daya negara dan sektor publik termasuk penggunaan kekerasan, orang, keuangan, materi dan sumber daya lainnya oleh politisi incumbent atau politisi partai untuk kepentingan pemilihan mereka, dengan cara melawan aturan.

Sumber daya Administratif dapat di bagi menjadi beberapa bentuk a. Sumber daya pemaksa. Didalamnya polisi dan aparat penegak hukum, atau siapa pun yang memiliki kekuasaan memaksa secara langsung. Lembaga-lembaga tersebut bisa saja digunakan untuk mengintimidasi, mengganggu, menghalangi, atau bahkan mengeliminasi politisi lawan. b. Sumber daya aturan. Contohnya bermacam-macam, bisa komisi pemilihan yang meminta catat ulang kandidat oposisi higga otoritas perpajakan melakukan pemeriksaan pajak secara mendadak kepada partai oposisi di tengah kampanye pemilihan. c. Sumber daya legislatif. d. Sumber daya institusi, merupakan sumber daya manusia dan materi milik negara. e. Sumber daya keuangan. f. Media negara.

Metode Kampanye Pasal 82 Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dapat dilakukan melalui: a. pertemuan terbatas; b. pertemuan tatap muka; c. penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum; d. pemasangan alat peraga di tempat umum; e. iklan media massa cetak dan media massa elektronik; f. rapat umum; dan g. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Larangan Dalam Kampanye Pasal 86 (1) Pelaksana, peserta, dan petugas Kampanye Pemilu dilarang: a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta Pemilu yang lain; d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat; e. mengganggu ketertiban umum; f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain; g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu; h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan; i. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu.

Larangan Pejabat Kampanye Pelaksana kampanye dalam kegiatan Kampanye Pemilu dilarang mengikutsertakan: a. Ketua, Wakil Ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi; b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; c. Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia; d. direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah; e. pegawai negeri sipil; f. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; g. kepala desa; dan h. perangkat desa. (3) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang ikut serta sebagai pelaksana Kampanye Pemilu. (4) Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf i, dan huruf j, dan ayat (2) merupakan tindak pidana Pemilu.

Pengaturan Jika Pejabat Ikut Kampanye Pasal 87 (1) Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan Presiden, Wakil Presiden, menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota harus memenuhi ketentuan: a. tidak menggunakan fasilitas yang berkaitan dengan jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat negara sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; dan b. menjalani cuti di luar tanggungan negara. (2) Cuti dan jadwal cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan memperhatikan keberlangsungan tugas penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keikutsertaan pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan KPU

Modus Pelanggaran Yang Perlu Diawasi Dalam hal Kewenangan Membuat Keputusan, modus pelanggaran yang dapat terjadi antara lain: Menerbitkan aturan yang memberikan legitimasi pada pejabat tersebut untuk mengumpulkan dana bantuan keuangan parpol. Contoh : Gubernur mengeluarkan surat keputusan untuk memungut biaya tambahan Samsat Kendaraan bermotor dan hasilnya digunakan sumber keuangan parpol; Menerbitkan surat edaran kepada PNS dan keluarganya untuk ikut kampanye dan memilih partai tertentu; Penetapan pejabat publik yang sangat erat dengan sumber sumber keuangan partai sehingga pejabat itu dapat menjadi mesin uang atau bemper parpol tertentu; Pemberian ijin Usaha kepada masyarakat disertai dengan syarat untuk memberikan dukungan pada peserta pemilu tertentu; Memberikan tunjangan khusus kepada pejabat untuk eselon tertentu, kemudian tunjangan tersebut dialihkan ke rekening partai; Rekomendasi gubernur, bupati, walikota dan penetapan anggota KPU, sehingga anggota KPU tidak lagi non partisan dan independen; Mentolerir penggunaan bantuan pemerintah untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan administrasi; Penggunaan dana taktis untuk parpol atau masyarakat tertentu yang tidak terkait dengan kedinasan; Merubah pola penggunaan biaya perjalanan dinas, sehingga menguntungkan salah satu peserta pemilu;

Menyuruh bawahannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan kampanye terselubung, yang disertai dengan janji dan / atau ancaman terhadap jabatan; Menggunakan program dan anggaran pembangunan dari APBN/APBD, dan program dan anggaran pemerintah lainnya yang bukan dari APBN/APBD demi kepentingan salah satu partai politik; Menggunakan jabatan dan kewenangan yang disandangnya untuk mempengaruhi bawahan atau koleganya di dalam jajaran birokrasi untuk mendukung/memilih suatu partai plitik dan/atau menentang/tidak memilih suatu partai politik; Menggunakan otoritas jabatan yang disandangnya untuk mempengaruhi, menjanjkan suatu barang, jasa, atau karier tertentu, memobilisasi atau mengintimidasi seorang anggota masyarakat atau suatu kelompok masyarakat untuk mendukung/memilih suatu partai politik dan/atau memusuhi/tidak memilih suatu partai politik; Meminta atau menggunakan aparat daerah atau Kanwil suatu departemen di daerah untuk membiayai dan/atau melayani kunjungan ke daerah dalam menyambut ke datangannya ke daerah tersebut terkait dengan tugas partai tertentu; Menghambat pemberian ijin cuti kampanye kepada bawahan yang berhak memerlukan, karena semata-mata pertimbangan politis; Arahan briefing apel pagi; Rapat rapat dinas; Kunjungan kerja ke desa desa.

Modus Pelanggaran Yang Perlu Diawasi Dalam hal Penggunaan Fasilitas Langsung, modus pelanggaran yang terjadi antara lain: Penggunaan kendaraan dinas dan biaya perawatannya; Penggunaan rumah dinas beserta perlengkapannya untuk menunjang kegiatan kampanye; Penggunaan kantor-kantor pemerintah dan kelengkapannya untuk kegiatan kampanye. Mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan peserta pemilu tertentu

Trend Dana Bansos Kementerian dalam APBN Tahun Anggaran 2013-2012-2011 No. Kementerian Tahun (dalam ribu) 2013 2012 2011 1 Kementerian Sosial 3.351.468.074 2.735.547.273 2.284.320.640 2 Kementerian Kelautan dan Perikanan 727.996.019 784.662.050 398.207.100 3 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 446.581.500 165.740.000 112.382.187 4 Kementerian Perumahan Rakyat 2.224.360.000 1.218.334.400-5 Kementerian Pemuda dan Olahraga 608.656.333 - - 6 Kementerian Pekerjaan Umum 3.953.417.017 3286920110 2.874.321.348 7 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 86.275.000 - - 8 Kementerian Kehutanan 200.000.000 100.000.000 5.000.000 9 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 70.215.000 7.682.800 32.188.525 10 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 22920294616 - - 11 Kementerian Agama 11.312.042.045 5.559.902.259 8.107.020.092 12 Kementerian Pertanian 6.039.120.816 5.325.347.353 7.582.217.104 13 Kementerian Kesehatan 8.106.650.000 7.294.900.000 6.398.931.639 14 Kementerian Dalam Negeri 8.279.452.609 8.880.743.343 8.254.561.864 15 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal 1.215.059.666 511.456.971 679.133.536 16 Kementerian Pendidikan Nasional - 4.353.658.600 19.410.197.838 17 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata - 85.020.000 43.190.000 18 Kementerian Perdagangan - - 2.180.600 19 Kementerian Komunikasi dan Informasi - - 29.992.829 Jumlah Total Bansos (dalam ribu) 69.541.588.695 40.309.915.159 56.213.845.302

Modus Pelanggaran Yang Perlu Diawasi Bentuk Dukungan lainnya yang berasal dari jabatan, modus operandi yang lumrah terjadi antara lain: Pemberian sumbangan pada parpol melebihi ketentuan perundang-undangan; Menyuruh bawahannya untuk melakukan kegiatan-kegiatan kampanye terselubung, yang disertai dengan janji dan / atau ancaman terhadap jabatan; Menggunakan waktu kerja (jam dinas) untuk kepentingan suatu partai politik; Memasang satu atau lebih atribut suatu partai politik pada kantor, gedung dan kendaraan milik pemerintah; Memberikan pernyataan secara terbuka kepada umum tentang suatu partai politik baik yang berupa dukungan ataupun kritik; Memakai atribut suatu partai politik, seperti jaket, emblem, bendera, tanda gambar, dan gambar tokoh dan kandidat partai pada jam kerja (jam dinas); Menggunakan atribut pegawai negeri sipil atribut birokrasi dan pejabat pemerintah, seperti pakaian seragam dan kelengkapannya, emblem, topi, dan tanda identitas diri, ketika menghadiri kegiatan kampanye suatu partai politik kecuali ketika tengah menjalankan tugas pemerintahan; Memberikan celah-celah yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku demi kepentingan suatu partai politik dan/atau untuk memusuhi suatu partai politik; Memberi keistimewaan kepada atau melakukan diskriminasi terhadap anggota atau aktivis suatu partai politik ketika melaksanakan tugas mendapatkan dan mengolah informasi;

Menggunakan acara kunjungan dinas ke daerah sekaligus untuk kepentingan partai; Berbicara dengan kapasitas pejabat negara/pemerintah ketika melaksanakan tugas partai tertentu; Menyerahkan satu atau lebih aspek penyelenggaraan suatu program pemerintah, pelaksanaan ataupun monitoring kepada suatu partai politik; Melakukan KKN dalam penunjukkan rekanan pelaksana proyek pemerintah, dan hasilnya adalah untuk kepentingan parpol; Tutup mata terhadap kegiatan kampanye pemilu yang dilakukan oleh bawahan; Membiarkan penggunaan tiang listrik, tiang telepon, rambu-rambu lalu-lintas sebagai penyangga tiang-tiang bendera saat kampanye; Membiarkan pembangunan posko-posko partai yang dapat mengganggu kepentingan umum dan ketidakadilan bagi peserta pemilu (misalnya : pembangunan posko di atas trotoar jalan, Pembangunan posko di atas tanah negara); Membiarkan pemasangan spanduk ucapan hari raya dari partai peserta pemilu tanpa batas waktu yang tegas; Memberi atau menolak memberikan suatu jenis pelayanan publik kepada seorang warga negara karena yang bersangkutan mendukung suatu partai politik dan/atau memusuhi suatu partai politik; Memberi keistimewaan kepada atau melakukan diskriminasi terhadap suatu partai politik dalam pemberian izin dan pelayanan administratif lainnya; Memberi keistimewaan kepada atau melakukan diskriminasi terhadap suatu partai politik dalam penegakkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Memberikan keistimewaan kepada atau melakukan diskriminasi terhadap suatu partai poltik dalam memberikan perlindungan dan pengayoman keamanan dan ketertiban.

FOKUS PENGAWASAN Penggunaan program-program pemerintah, baik yang didanai APBN/APBD untuk kepentingan kampanye terselubung maupun kampanye terang-terangan. Penggunaan fasilitas pemerintah pusat atau daerah untuk aktivitas kampanye Penggunaan dana negara/pemerintah daerah dalam program seperti pembagian sembako gratis, operasi pasar murah dsb menjelang kampanye atau pada saat periode kampanye. Manipulasi kegiatan pemerintah, baik pusat maupun daerah yang diarahkan untuk kampanye terselubung seperti iklan layanan masyarakat dsb.

LARANGAN DI DALAM PP NO. 14 TAHUN 2009 (TENTANG TATA CARA KAMPANYE BAGI PEJABAT NEGARA) Fasilitas yang dikuasai oleh negara/pemerintah, dibiayai oleh APBN atau APBD, di bawah pengurusan lembaga-lembaga negara dalam arti yang luas, tidak termasuk barang atau kekayaan yang dimiliki oleh BUMN/BUMD, yang pemanfaatannya ditujukan secara khusus untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. (Kepmen Keuangan 225/MK/V/4/1971 tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi Barangbarang Milik Negara) Fasilitas Umum didefinisikan sebagai barang yang dikuasai negara, dibiayai sebagian atau seluruhnya oleh anggaran dan belanja negara yang pemakaiannya atau peruntukkannya oleh pemerintah atau negara (bestemming atau Bestimmung) bagi umum. (Hukum Administrasi Negara) Pejabat negara adalah pejabat yang dimaksud dalam pasal 11 UU 43 tahun 1999 tentang Kepegawaian yaitu: Presiden dan Wakil Presiden Ketua, Wakil Ketua dan anggota MPR Ketua, Wakil Ketua dan anggota DPR Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung MA serta semua badan peradilan Ketua, Wakil Ketua dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (sudah dibubarkan) Ketua, Wakil Ketua dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan Menteri dan jabatan setingkat menteri Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar, Gubernur dan Wakil Gubernur Bupati Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota, Pejabat Negara lain yang ditentukan oleh Undang-Undang. Fasilitas Negara adalah sarana dan prasarana yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tata Cara Bagi Pejabat Negara Dalam melaksanakan Kampanye Pemilihan Umum)

Pelaporan Penyalahgnaan Fasilitas) (contoh dalam form pemantauan) APA KASUSNYA BAGAIMANA KASUS TERJADI : SIAPA YANG MELAKUKAN : : KAPAN KEJADIAN KASUSNYA DIMANA TERJADINYA KASUS: APAALAT BUKTINYA : ANALISA HUKUM

Analisis Materi Pelaporan Gambaran umum mengenai kegiatan peserta pileg dan pilpres yang bertendensi terjadi penyalahgunaan fasilitas terkait dengan waktu kegiatan, tempat, daftar penyelenggara/panitia, gambaran peserta kegiatan. Kronologis terjadinya penyalahgnaan fasilitas meliputi modus operandi, nama pelaku dan jenis fasilitas negara/daerah yag di gunakan Data pendukung seperti kesaksian peserta, video rekaman terjadinya politik uang (jika memungkinkan), barang bukti berupa materi yang dibagikan, foto-foto yang mendukung informasi mengenai terjadinya politik uang

Pelaporan Pemantauan Paatikan Laporan Memenuhi Unsur Pidana Pemilu Temuan Pemantau Laporan Pemantau Perhatikan : Laporan harus tepat waktu Koordinator Daerah Laporan Ke Bawaslu/Panwaslu Laporan Ke : Data Base ICW : www.politikuang.net