KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 522/MPP/Kep/8/2003

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN2006 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 633/MPP/Kep/10/2002 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN LABORATORIUM METROLOGI LEGAL

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2015, No Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

DIREKTORAT JENDERAT PERDAGANGAN DALAM NEGERI

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 639/MPP/Kep/10/2004 TENTANG KETENTUAN DAN SYARAT TEKNIS TANGKI UKUR MOBIL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBERIAN PERINGATAN TERTULIS KEPADA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA LANGSA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 14 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DALAM KOTA LANGSA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 55 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-Y TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN INTERN PEMASYARAKATAN.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pembentukan, Unit Pelaksana Teknis, Metrologi, Dinas

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.01/2010 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lemb

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 161/PMK. 01/2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 301/MPP/Kep/10/2001 TENTANG

Transkripsi:

33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin kepastian hukum dan kepastian teknis alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) yang ditera dan ditera ulang serta kelancaran pelaksanaan tera dan tera ulang UTTP, dipandang mengatur ketentuan tentang Tanda Tera; b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang serta Syaratsyarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3283); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

5. Keputusan Presiden R.I Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 8. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 251/MPP/Kep/6/1999; 9. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 86/MPP/Kep/3/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 10. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 731/MPP/Kep/10/2002 tentang Pengelolaan Kemetrologian dan Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TANDA TERA. Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-Undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran. 2. Alat Ukur adalah alat yang diperuntukan atau dipakai bagi pengukuran. 3. Alat Takar adalah alat yang diperuntukan atau dipakai bagi pengukuran. 4. Alat Timbang adalah alat yang diperuntukan atau dipakai bagi pengukuran massa atau penimbangan. 5. Alat Perlengkapan adalah alat yang diperuntukan atau dipakai sebagai pelengkap atau tambahan pada alat-alat ukur, takar, timbang, yang menentukan hasil pengukuran, penakaran atau penimbangan. 6. Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang selanjutnya disingkat UTTP adalah semua UTTP yang dipergunakan dibidang Metrologi Legal.

7. Cap Tanda Tera adalah alat atau benda yang dipergunakan untuk memberikan tanda sah, tanda batal, tanda jaminan, tanda pegawai berhak dan/atau tanda daerah pada UTTP atau pada surat keterangan tertulis bagi UTTP yang tidak dapat dibubuhi tanda tera, yang telah ditera dan/atau ditera ulang, dan merupakan dokumen negara yang bentuk, dimensi, material dan kegunaannya diatur oleh Menteri. 8. Tanda Tera adalah tanda yang dibubuhkan dan/atau dipasang pada UTTP atau pada surat keterangan tertulis yang berbentuk sampul atau label atau bentuk lainnya saat dilakukan peneraan dan/atau penera ulangan yang menyatakan sah atau tidak sahnya UTTP dipergunakan di bidang Metrologi Legal. 9. Tanda Tera Sah adalah tanda-tanda sah yang menyatakan bahwa UTTP telah memenuhi syarat untuk dipergunakan di bidang Metrologi Legal. 10. Tanda Tera Batal adalah tanda batal yang dibubuhkan untuk menyatakan bahwa UTTP tidak sah dipergunakan di bidang Metrologi Legal. 11. Tanda-tanda Sah terdiri dari : tanda sah, tanda jaminan, tanda daerah, tanda pegawai berhak dan/atau tanda sah dan tanda jaminan. 12. Menera adalah hal yang menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP yang telah ditera. 13. Tera Ulang adalah hal menandai secara berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP yang telah ditera. 14. Pegawai Yang Berhak adakah Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Unit Metrologi Legal, telah lulus pendidikan dan pelatihan kemetrologian dan diberi hak oleh Menteri untuk melakukan pengelolaan standar dan laboratorium, menera dan menera ulang UTTP, Pengawasan UTTP dan BDKT, serta penyuluhan kemetrologian. 15. Unit Metrologi adalah organisasi yang dibentuk untuk menyelenggarakan kegiatan kemetrologian. 16. Menteri adalah Menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Metrologi Legal. 17. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Metrologi Legal. (1) Jenis Tanda Tera terdiri dari : a. Tanda Tera Sah; b. Tanda Tera Batal; c. Tanda Jaminan; d. Tanda Daerah; dan e. Tanda Pegawai Yang Berhak. Pasal 2 (2) Tanda Tera Sah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari Sah Logam (SL), Sah Kayu (SK) dan Sah Plombir (SP). (3) Tanda Jaminan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c terdiri dari Jaminan (J) dan Jaminan Plombir (JP).

(4) Tanda Pegawai Yang Berhak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e terdiri dari Pegawai Berhak (H) dan Pegawai Yang Berhak Plombir (HP). Pasal 3 (1) Tanda Tera Sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a berbentuk segi lima beraturan, didalamnya terdapat angka arab yang terdiri dari 3 (tiga) ukuran, masing-masing dengan jarak titik sudut dengan sisi di hadapan sudut tersebut : 6 mm, 4 mm dan 2 mm. (2) Tanda Tera Batal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b berbentuk segitiga sama sisi yang didalamnya terdapat 13 (tiga belas) garis sejajar tegak lurus pada salah satu sisinya, terdiri dari 3 (tiga) ukuran, masing-masing dengan garis tengah: 6 mm, 4 mm dan 2 mm. (3) Tanda Jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat gambar bunga teratai berdaun sebanyak 8 (delapan) helai, terdiri dari 4 (empat) ukuran, masing-masing dengan garis tengah: 8 mm, 5 mm, 4 mm dan 2 mm. (4) Tanda Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d berbentuk ellips didalamnya terdapat angka arab yang menunjukan kode unit organisasi Metrologi Legal di Indonesia, terdiri dari 2 (dua) ukuran, masing-masing dengan sumbu panjang 8 mm dan sumbu pendek 6 mm, serta sumbu panjang 4 mm dan sumbu pendek 3 mm. (5) Tanda Pegawai Yang Berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf e berbentuk lingkaran didalamnya terdapat huruf latin yang menunjukan inisial pegawai yang berhak, terdiri dari 3 (tiga) ukuran, masing-masing dengan garis tengah: 8 mm, 5 mm dan 4 mm. Pasal 4 (1) Bentuk dan Ukuran Tanda Tera Sah, Tanda Tera Batal, Tanda Jaminan, Tanda Daerah dan Tanda Pegawai Berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagaimana contoh dalam lampiran keputusan ini. (2) Penetapan Tanda Tera Sah sebagaimana dimaksud ayat (1) yang berlaku setiap tahun ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (3) Penetapan Tanda Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (4) Penetapan Tanda Pegawai Yang Berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal. Pasal 5 (1) Pengadaan dan Pendistribusian Cap Tanda Tera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 dan Pasal 4 dilakukan oleh Direktorat Metrologi. (2) Ketentuan dan tata cara pengadaan dan pendistribusian Cap Tanda Tera diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal. Pasal 6 Masa laku Tanda Sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 sejak tanggal pembubuhan dan atau pemasangan sampai dengan :

a. saat alat-alat ukur dari gelas mengalami pecah atau retak atau rusak; b. 6 tahun 11 bulan untuk Tangki Ukur Apung dan Tangki Ukur Tetap; c. 10 tahun 11 bulan untuk meter kwh 1 (satu) fase dan 3 (tiga) fase; d. 5 tahun 11 bulan untuk meter gas tekanan rendah dan meter air rumah tangga; e. 2 tahun 11 bulan untuk meter prover dan bejana ukur yang khusus digunakan untuk menguji meter prover; atau f. 1 tahun 11 bulan untuk UTTP selain yang dimaksud huruf a, b, c,d, dan e. Pasal 7 Waktu pembubuhan dan atau pemasangan Tanda Sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 dilakukan mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun berjalan. Pasal 8 (1) Tanda Sah dibubuhkan atau dipasang pada UTTP atau pada surat Keterangan Tertulis, setelah tera atau tera ulang dilakukan oleh pegawai yang berhak disesuaikan dengan tahun pelaksanaan tera dan tera ulang UTTP bersangkutan. (2) Tanda Batal dibubuhkan pada UTTP yang dibatalkan pada waktu ditera atau ditera ulang oleh pegawai yang berhak. (3) Tanda Jaminan dibubuhkan dan atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari UTTP yang sudah disahkan oleh pegawai yang berhak untuk mencegah penukaran dan atau perubahan. (4) Tanda Daerah dan Tanda Pegawai Yang Berhak dibubuhkan pada UTTP, untuk mengetahui dimana dan oleh siapa peneraan dilakukan. (5) Tanda Sah atau Tanda Batal yang tidak mungkin dibubuhkan pada UTTP, diberikan surat keterangan tertulis sebagai pengganti Tanda Sah atau Tanda Batal yang diterbitkan oleh pegawai yang berhak. Pasal 9 Tempat dan cara pembubuhan Tanda Tera diatur oleh dengan Keputusan Direktur Jenderal. Pasal 10 (1) Pemeliharaan dan penggunaan Cap Tanda Tera dilakukan oleh Unit Metrologi Legal Pusat dan atau Daerah. (2) Setiap jenis Tanda Tera yang masih berlaku dipelihara, digunakan, diawasi dan disimpan oleh Unit Metrologi Legal Pusat dan atau Daerah. (3) Setiap jenis Tanda Tera yang sudah tidak berlaku masa pembubuhannya wajib dikembalikan kepada Direktorat Metrologi. (4) Penyerahan kembali cap tanda tera sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) paling lambat akhir Januari tahun berikutnya. Pasal 11 (1) Cap Tanda Tera Yang Berlaku hanya dapat dipergunakan oleh Pegawai Yang Berhak atas perintah dan atau persetujuan dari Pimpinan Unit Metrologi setempat.

(2) Cap Tanda Tera sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat dipergunakan untuk kegiatan tera dan tera ulang di kantor atau diluar kantor. (3) Cap Tanda Tera hanya dapat dipergunakan untuk memberikan penandaan tera terhadap UTTP pada waktu sidang tera atau tera ulang di kantor dan atau di luar kantor yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Unit Metrologi setempat. (4) Pemeliharaan, penggunaan, penyimpanan dan pengawasan Cap Tanda Tera selama kegiatan sidang tera atau tera ulang di kantor atau di luar kantor menjadi tanggung jawab Pimpinan Sidang/Pimpinan regu. (5) Pengambilan dan pengembalian Cap Tanda Tera yang digunakan dilakukan melalui Berita Acara. (6) Pengembalian Cap Tanda Tera yang digunakan di kantor dilakukan pada hari pengambilan. (7) Pengembalian Cap Tanda Tera yang digunakan di luar kantor dilakukan selambatlambatnya 1 (satu) hari setelah menyelesaikan tugasnya. Pasal 12 (1) Cap Tanda Tera yang tidak dipergunakan harus disimpan dalam ruangan kerja dalam almari besi khusus yang terkunci dengan baik dan kokoh. (2) Tanggung jawab penyimpanan berada pada Kepala Unit Metrologi setempat. Pasal 13 (1) Penyalahgunaan prosedur penggunaan Cap Tanda Tera sebagaimana diatur dalam Pasal 11 dikenakan sanksi penjatuhan hukuman disiplin pegawai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Menghilangkan, memalsukan dan merusak Cap Tanda Tera dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 (1) Hasil pemeriksaan penyalahgunaan Cap Tanda Tera oleh Pegawai Negeri Sipil dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. (2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan salah satu pertimbangan untuk pengenaan sanksi penjatuhan hukuman disiplin pegawai. Pasal 15 (1) Pengawasan penggunaan dan atau penyimpanan Cap Tanda Tera dilakukan oleh Kepala Unit Metrologi setempat. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara sistematis dan berkala setiap 3 (tiga) bulan. (3) Apabila diperlukan, Direktur Metrologi dapat membentuk tim untuk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 16 (1) Dalam hal diperoleh data-data penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku, Kepala Unit Metrologi setempat segera melakukan pemeriksaan.

(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Atasan Kepala Unit Metrologi setempat dan tembusannya disampaikan kepada Direktur Metrologi. (3) Apabila dipandang perlu, Kepala Unit Metrologi setempat dapat meminta bantuan dari Direktorat Metrologi untuk melakukan pemeriksaan terhadap penyalahgunaan Cap Tanda Tera. Pasal 17 Keputusan penjatuhan hukuman disiplin kepada Pegawai Negeri Sipil di daerah yang disebabkan oleh penyalahgunaan Cap Tanda Tera oleh yang bersangkutan disampaikan kepada Direktorat Metrologi. Pasal 18 Ketentuan yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini, diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal. Pasal 19 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 15 Oktober 2004 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I, ttd RINI M SUMARNO SOEWANDI Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd TITI HENDRAWATI